28. Pertemuan dengan investor

12.9K 810 6
                                    

“Bu Lovi, sudah ditunggu pak Ayyass di ruang rapat” ujar bu Hani sekretarisku.

Jantungku berdebar kenapa nama laki-laki itu sama seperti nama anakku. Ah rupanya investor itu sudah datang lebih dulu dan aku masih di ruanganku baru saja menerima telpon dari jagoanku. Kata mama Ayyass agak rewel dan manja karena mau tumbuh gigi lagi.

“Iya bu aku segera kesana” kataku setelah menutup telpon.

Aku bergegas ke ruang rapat karena sudah ditunggu. Di dalam ruang rapat sudah duduk dua laki-laki, yang satu ku tahu asistennya bernama Bayu yang selalu mewakilinya dan satunya lagi namanya Ayyass si investor.

“Bu Lovita, ini investor Paradise. Pak Ayyass” kata Bu Silvi memperkenalkan laki-laki di hadapanku.

Bu Silvi sekarang menjadi teman baikku di Paradise. Dia juga sudah menikah dengan pengusaha property.
Aku menangkupkan tanganku kepadanya diapun membalas dengan cara yang sama. Pak Ayyas tersenyum. Ya Tuhan senyumannya mirip...ah sudahlah aku tidak mau larut dalam kesedihan lagi.

“Maaf pak Ayyass, tadi anak saya menelpon. Kalau lagi rewel manjanya minta ampun. Eh kok saya jadi curhat” kataku tersenyum tidak enak.

“Baiklah kita mulai saja” lanjutku.

“Sesuai kesepakatan kita bersama dan sebagian saham hotel ini sudah saya beli. Jadi saya ingin memiliki kantor di Paradise agar bisa memantau perkembangannya” katanya memulai percakapan kami.

Suaranya kenapa tidak asing lagi bagiku. Kenapa semua yang ada  pada laki-laki di depanku ini mirip sekali dengan mas Pram. Aku seperti melihat mas Pram hidup kembali. Ah tidak...mungkin saja dia suami orang. Bedanya pak Ayyass memakai kacamata. Wajahnya dipenuhi bulu-bulu atau jambang tapi tipis, berjenggot pendek dan lebat. Kalau diperhatikan lebih lama wajah mirip sekali dengan mas Pram.

“Bu Lovi” panggil pak Ayyass menyadarkanku dari lamunan.

“Eh..iya pak tentu saja. Saya akan menyiapkan ruangan untuk bapak. Bu Silvi tolong nanti hubungi bagian perlengkapan ya” kataku melirik bu Silvi.

“Untuk sementara bapak bisa istirahat di salah satu kamar hotel” kataku.

“Bu Lovi, kamar sudah penuh, sebagian sudah dipesan” sela bu Silvi. Aduh bagaimana ini, masa dia harus menginap di hotel lain.

“Tapi ada satu kamar kecuali ibu mengizinkan” aku menoleh ke arah Bu Silvi.

“Kamar privacy pak Pram” katanya takut.

Sebenarnya aku tidak mau kamar itu digunakan oleh orang lain, tapi daripada mengecewakan pak Ayyass yang sudah banyak berjasa dengan Paradise aku pun ikhlas mengizinkannya untuk memakai kamar itu.

“Baiklah bu Silvi, tidak apa dipakai” kataku dengan berat hati. “Tolong antar pak Ayyass ke kamar bu Silvi” perintahku.

“Maaf pak Ayyass, sepertinya anak saya menelpon lagi” aku permisi keluar ruangan karena ponselku berbunyi lagi.

Sambil menerima telpon di pinggir pintu ruang rapat, aku melihat Silvi dan pak Bayu berlalu melewatiku. Lho dimana pak Ayyass? Aku menoleh ke belakang. Bugh!! Aku menabrak pak Ayyass yang sedang berdiri di belakangku. Mata kami bertemu sejenak aku dan dia saling pandang sampai suara Ayyass anakku di ponsel menyadarkanku. Aku menunduk menepis tatapannya.

“Maaf” hanya itu yang keluar dari mulutku.

“Anakmu umur berapa tahun?” tanya pak Ayyass.

“Oh..dia hampir dua tahun. Namanya sama seperti pak Ayyass” kataku tersenyum.

“Oh ya..kebetulan sekali kalau begitu. Siapa nama lengkapnya?” tanya pak Ayyass lagi.

“Ayyass Pramudya Haya” jawabku.

“Ayahnya...”

“Dia sudah meninggal, maaf pak Ayyass saya permisi dulu” kataku berjalan cepat meninggalkannya. Sambil berjalan airmataku menetes.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang