8. Stella

13.2K 891 11
                                    

"Kenapa Vi, kok kerja di ruangan pak Pram siganteng itu muka lo ditekuk mulu?” tanya Anita.

“Gimana nggak ditekuk Nit. Aku kerja dua bulan tanpa digaji, siapa yang nggak semangat coba.” Jawabku tak bersemangat

“Lho kok bisa Vi?” tanya Anita lagi.

“Ya bisa Nit, kalau aku pernah melempar mobil pak Pram pakai batu” jawabku kesal.

Anita melongo. Dipikirnya aku begitu berani. Itu terjadi karena aku belum tahu statusnya sebagai anak pemilik hotel tempat ku bekerja.

“Huh..untung lo nggak langsung dipecatnya”

“Ihh mendingan aku dipecat aja Nit, aku bisa santai di rumah tanpa harus kerja nggak bergaji kayak gini” kataku sewot.

“Yah elo..Zaman sekarang cari kerjaan susah neng”

Benar juga kata Anita, harusnya aku bersyukur. Anggap aja aku sedang beramal ibadah dengan si songong itu.

Dret.dret.dret.

Ponsel bututku berbunyi. Nomor siapa ya ini. Aku ragu untuk mengangkatnya. Tapi penasaran juga. Akhirnya ku angkat telpon bernomor asing itu.

[Assalamualaikum]

[Waalaikumsalam] balas suara bas dari ponsel.

Suara laki-laki, siapa? Aku yang tidak pernah mendapat telpon dari laki-laki selain ayah dan kakakku Thoriq merasa aneh.

[Lovita, cepat buatkan aku kopi. Nggak pake lama] perintahnya.

Aku tersenyum kesal. Suara siapalagi yang main perintah-perintah begitu kalau bukan si songong. Tapi tunggu dia dapat nomorku darimana? Ah begonya kamu Lovita, dia itu bos disini bisa dengan gampangnya dia tau nomor kamu.

[Iya] kataku singkat.

Aku masuk ke ruangannya. Di ruangan itu ku lihat ada gadis cantik bergelayut manja di tangannya. Ih siapa lagi gadis genit itu. Pacarnya mungkin. Tebakku.

“Stella udah, kamu bisa nggak duduk mantap di sana” tunjuk pak Pram setelah melihatku masuk.

“Ih kamu Pram, aku kan kangen udah lama nggak ketemu sama kamu. Emangnya kamu nggak kangen apa sama aku?” katanya manja.

Ya ampun muak banget deh aku melihatnya.
Mana pakaian seksi lagi.

“Ini kopinya pak” kataku datar meletakkan secangkir kopi di atas mejanya.

“Pram kok ada OG penampilan kuno kayak gini” kata gadis yang ku dengar tadi bernama Stella melirikku. Dadaku bergemuruh saat dia menyindirku.

“Maaf mba Stella. Yang mba maksud kuno itu siapa ya?” tanyaku menatapnya tajam.

Dia melonggo tak percaya melihatku berani komentar atas ucapannya. Kalau orang sudah menghina hijabku aku akan sangat marah. Itu sama saja dia menghina agamaku.

“Bukannya pakaian mba yah yang kuno. Manusia pra sejarah kan pakaian kayak gitu, kurang bahan. Justru pakaian manusia beradab itu seperti yang saya pakai ini mba Stella” lanjutku.

Matanya membulat mendengar serangan telak dariku. Ku lihat pak Pram mengulum senyumnya.

“Pram, berani sekali OG ini, kamu pecat dia Pram” rengek Stella.

Pak Pram hanya diam sambil melihatku. Aku segera permisi keluar dari ruangan itu.

Continue

Paradise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang