Paradise (Complete)

10. Percakapan Lovita dan Anita

Satu bulan sudah aku bekerja di hotel Paradise. Tinggal satu bulan lagi aku kerja tanpa gaji. Hari ini aku bernafas lega. Pak Pram tidak ada di ruangannya ku dengar dari sekretarisnya bu Hani dia ke luar kota.

Ku buka kulkasnya. Panas-panas gini enak juga minum teh kotak dingin. Ambil satu nggak apa kali ya. Masa udah satu bulan nggak berkurang juga isi kulkasnya. Sebelum pulang seperti biasa aku menyapu ruangannya. Si songong itu paling nggak suka melihat ruangannya berdebu.

“Nit, mas Diko hari ini kemana ya kok batang hidungnya nggak kelihatan?” tanyaku melirik Anita sedang mengelap piring prasmanan.

“Mana aku tahu” jawabnya singkat.

“Bukannya kamu paling tahu kalau mas Diko nggak ada, tumben hari ini. Berantem ya” godaku.

Dari gelagatnya emang mas Diko kayaknya suka sama Anita, tapi Anita jual mahal.

“Vi, lo tau nggak siapa gadis seksi yang suka menemui pak Pram?” tanya Anita.

“Pacarnya kali, gadis kayak gitu emang selera bos-bos kayak dia” jawabku ketus.

Tanpa Lovita dan Anita sadari ada sepasang telinga sedang mendengarkan pembicaraan mereka.

“Cantik ya. Oya Vi, enak lo bisa lihat wajah ganteng pak Pram setiap hari” goda Anita.

“Enak apaan, emangnya kue brownies” balasku.

“Eh Vi, pak Pram itu suami idaman banget ya” puji Anita.

“Idaman dari Hongkong, suami idaman mah kayak bang Ali yang ngurusin Musholla hotel. Sholat kagak pernah idaman darimana, lho mau dibawa ke neraka. Aku mah ogah” kataku membayangkan punya suami ganteng tapi nggak pernah sholat.

Pak Pram manusia sempurna dari segi duniawi tapi akhiratnya nol besar. Aku tidak tergoda.

Seseorang yang mendengarkan percakapan antara Lovita dan Anita mengurungkan niatnya untuk masuk ke pantry setelah mendengar kalimat Lovita yang menohoknya. Dia bergegas masuk ke ruang kerjanya.

Continue