Berawal dari sebuah rencana yang mengasyikkan
"By the way, liburan ini kalian pada mau kemana?", tanya Jeno
"Sepertinya berlibur bersama cocok untuk liburan ini", ucap Renjun.
Apakah liburan mereka akan benar mengasyikkan? Ataukah mereka akan terjeb...
"Apa benar ini rumah Park Jisung? Ah, perkenalkan saya Winwin Kakak Huang Renjun"
"Aah, kau putra keluarga Huang.... Chanyeol, Park Chanyeol kakak Jisung. Silahkan masuk" . . "Ada yang bisa kubantu?"
"Jadi begini, sudah dua hari ini orangtua Chenle selalu menghubungi orangtua kami. Katanya Chenle tidak bisa dihubungi. Jadi aku langsung coba menghubungi Renjun. Tapi juga nihil. Awalnya aku biasa saja, tapi karena orangtua kami khawatir, aku ikut khawatir juga"
"Mungkin sinyal disana lagi buruk. Atau mereka low bat?"
"Mungkin iya. Tapi boleh saya meminta tolong?"
"Yaa tentu saja, apa yang bisa kubantu?"
"Coba hubungi Jisung, tanyakan padanya apa mereka baik baik saja"
"Aah akan aku hubungi sekarang saja. Tunggu sebentar yaa"
. . .
"Yaakk... Dasar anak ini! Kenapa tidak bisa dihubungi juga!! Awas saja kau Park Jisung!", geram Chanyeol sambil menutup ponselnya. " Maafkan aku, tapi Jisung tidak bisa dihubungi juga"
"Ah, tidak apa. Kalau begitu saya pamit dulu, karena masih ada kelas tambahan"
"Iyaa. Nanti kalau Jisung sudah bisa dihubungi, aku akan mengabari"
"Terimakasih"
~ ZeroMiles ~
"Yaakk Na Jaemin, bisakah kau berhenti memakan itu??", bentak Jeno.
" Memang kenapa? ", jawab Jaemin tidak peduli dan melanjutkan makan.
" Apa kau gila? Kalau kau terus memakannya, persediaan makan kita akan habis! ", bentak Jisung.
"Gila katamu?? Gila? Hahaha mungkin benar. Begitu juga dengan kalian! ", ucap Jaemin frustasi.
" Yaak hentikan! Bisakah kalian tidak ribut?", lerai Renjun.
"Lalu kau mau kita berbuat apa hah? Diam disini? Tidak berkutik? Ikut mati juga?? Buka matamu Huang Renjun! Buka!!", Teriak Jaemin sambil mengangkat hoodie bagian leher renjun.
" Tenangkan dirimu sedikit ", lerai Jisung.
" Benar kata jaemin, kita tidak bisa diam saja disini. Sekarang tidak hanya satu, tetapi tiga! Tiga orang diantara kita sudah tiada! Dan ini terjadi hanya dalam waktu sehari!!Apa kita tetap menuruti perkataanmu untuk tetap diam dan terus berpikir Huang Renjun??", Jeno yang selama ini duduk ikut berdiri terpancing emosi.
"Baiklah terserah kalian mau berbuat apa. Aku pasrah, aku akan tidur saja sekarang. Kusudah lelah", ucap jisung sambil merebahkan tubuhnya.
Flashback
"Kenapa mereka tak kunjung kembali?", tanya Jeno.
" Apa gitarnya hilang?", pikir Jaemin.
"Ah tidak mungkin, akan kulihat", kata Jisung sambil berjalan keluar cottage.
Ketiga temannya langsung menghampirinya. Sesampainya di tempat semua langsung menganga lemas tak percaya. Haechan dan Mark tergeletak tak bernyawa. Terdapat luka tusuk di tubuh haechan dan banyak lumuran darah tentunya.
"Apakah Mark masih hidup? Dia terlihat tidak apa-apa", tanya Jaemin.
" Tidak apa bagaimana?? Mana mungkin dia kuat melotot selama itu dan tak bergerak sedikit pun!!",sentak Jeno.
"Mungkin saja! Aku tak percaya ini. Ya! Mark Lee jangan bercanda kau! Ayo bangun!!", teriak Jaemin tak percaya.
" Kemarilah! Pegang denyut nadinya kalau kau tak percaya! Dia sudah tiada, Na Jaemin! ", bentak Renjun sambil menyeret Jaemin.
" Di.. Dia.. Diii.. Cekik??", ujar Jisung sambil bergetar yang hanya disauti anggukan oleh Jeno.
"Sekarang kita harus apa?", tanya Jisung dengan pasrah.
" Coba cek sinyal lagii"
"Tetap saja, tidak ada sinyal!"
"Sudahlah aku lelah, ayo istirahat saja", ujar Jeno pusing.
" Lalu mereka? Apa kita biarkan begitu saja?", tanya Jisung tak terima.
"Lalu kau mau apa?? Pulang? Ini sudah larut dan pembunuh bisa saja masih disekitar sini! Jika kita berpencar sama saja cari mati!!", bantah Jeno.
Kenapa ayah terus memandangiku seperti itu?
...
Apa aku tidak boleh melakukannya lagi?
Iya, sudah cukup
Tapi masih ada satu orang lagi yang harus kuhabisi. Lihat foto ini.Lihatlah dia, dia tumbuh bahagia dan masih bisa bersenang-senang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lagipula Aku sudah bertindak, aku tidak boleh berhenti setengah jalan. Ini semua juga untuk ayah
...
Sudahlah lebih baik sekarang aku istirahat, dan besok aku akan berangkat.