" Argh.. maafkan aku, sepertinya aku kelelahan. Teriakan Jaemin sampai terdengar seperti teriakan Chenle ", ucap Renjun setelah semua nyawanya sudah terkumpul.
" Sudahlah tak apa. Itu wajar, karena kau selalu bersama Chenle setiap saat ", ucap Jaemin lembut.
" Aku juga merindukannya.. aku merindukan mereka semua. Ini hari ketiga kita menginap di sini. Tapi suasananya sudah kacau", Jisung berucap sambil berkaca-kaca.
" Sudah sudah ayo, sudah kusiapkan sarapan untuk kita. Ayoo sebelum dingin. Aku dan Jaemin sudah menyiapkannya dari tadi", ajak Jeno menuju meja makan.
13.00, Siang ini suasana gelap. Awan masih enggan berpaling untuk memberi kesempatan mentari menyemburkan sinarnya. Sudah sesiang ini masih belum ada satupun dari mereka berempat yang keluar cottage. Mereka semua memilih menuruti perkataan Renjun untuk stay di dalam. Menunggu sambil mengamati apakah ada hal yang mencurigakan terjadi di luar.
Jisung sibuk menata dan mengamati persediaan makanan. Renjun tetap mengintai di kursi balik jendela. Sedangkan Jeno dan Jaemin ada di meja makan.
Jeno yang sedang membaca novel, seketika menghentikan aktifitasnya ketika dicolek Jaemin. Mata Jaemin menunjuk arah pintu. Seakan memberi isyarat keluar.
"Apa? Sekarang?? Bagaimana? Dia sedang mengintai seperti itu ", lirih Jeno.
"Teman-teman! Mau kubuatkan cokelat hangat? Atau teh hangat mungkin? Kalian terlihat bosan seperti itu. Ini juga masih ada banyak biskuit" Jisung muncul dari dapur sambil membawa biskuit.
"Boleh juga. Aku mau cokelat hangat saja", jawab Renjun.
"Kalian apa?"
...
"Yak! Aku bertanya pada kau! Jaemin Jeno! Kenapa kalian malah ngobrol sendiri!", Bentak Jisung yang sudah lama didiamkan.
"Aah mian.. kita sama dengan Renjun saja", jawab Jaemin.
"Jawab dari tadi kan enak, dari pada asyik ngobrol sendiri", sahut Jisung sembari jalan ke dapur.
Prang.... Blugh....
Suara keras yang datangnya bersamaan membuat pendengar merasa terkejut dan memberi respon yang berbeda pula.
"Jisung kau tak apa?", dengan sigap Jaemin berlari ke dapur.
"Apa itu?", Jeno terkejut dan langsung berlari ke arah Renjun yang juga sudah siaga.
"Kau mendengarnya juga?", Tanya Renjun yang dijawab dengan anggukan oleh Jeno.
"Apa kalian juga mendengarnya?", Tanya Renjun pada Jaemin dan jisung yang datang dari dapur
"Ya, tapi syukurlah dia tidak apa", ucap Jaemin yang disertai anggukan oleh Jisung disampingnya.
"Ne??", Jeno terbingung begitu juga Renjun.
"Iya benar, aku tidak apa. Aku tadi cuman menyenggol panci saja", jelas Jisung.
"Sebenarnya apa yang kau dengarkan sih?", tanya Renjun
"Suara nyaring dari dapur kan?", tutur Jaemin.
"Kau tidak mendengar suara keras dari luar?", lanjut Jeno yang dijawab gelengan oleh Jaemin.
~ Sreek sreek ~
"Bunyi apa itu??", Jisung tersentak.
Mereka berempat mulai merapat ke jendela. Memperhatikan keadaan luar.
"Apa kita cek keluar?", tanya Jeno.
"Bukankah lebih aman kalau kita amati dari dalam?", saran Jisung.
"Jika ingin keluar, kita harus tetap bersama seperti ini. Biar kalau ada apa-apa kita bisa saling membantu", ucap Renjun.
"Kalau pelakunya main keroyok gimana?", Jisung khawatir.
"Aah.. sudahlah ayo keluar! Keburu pelakunya menghilang. Biar sekalian kita tau siapa pelakunya", Jaemin memimpin membuka pintu. Disusul teman-teman nya.
Mendung semakin gelap membuat suasana terasa samakin mencekam untuk mereka. Mereka mulai mengecek keadan luar. Dimulai area depan cottage sampai memutar ke belakang.
Terkejut bukan main....
ketika mereka melihat tempat jasad teman-teman nya diletakkan. jasad Chenle yang sudah mereka bungkus rapat bisa terbuka dengan sendirinya seperti itu.
"Bagaimana ini? Pelakunya ada disekitar sini sekarang", Jisung mulai panik."Ayo cepat kita keluar! Ayoo kita cek kantornya sekali lagi! Mungkin Yuta sudah ada disana!", lanjutnya.
"Jangan-jangan Yuta sudah diculik atau dia sudah dihabisi duluan oleh pelaku. Karena waktu itu kantornya benar- benar berantakan", ucap Jeno.
Tiba- tiba terdengar gemuruh awan dan petir mulai menyambar disertai rintikan hujan.
"Oh sial! Ayo kita masuk ke cottage dulu. Hujan disertai petir begini sangat berbahaya", ajak Renjun.
Mereka berempat memutuskan untuk masuk ke dalam cottage dulu.
"Setelah hujan reda, ayo kita cek ke kantor depan. Untuk saat ini kita di sini dulu saja, karena di luar sangat berbahaya. Dan ingat! Kalaupun kita keluar, kita harus bersama terus seperti ini", komando Renjun.
"Benar katamu, kita harus bersama! Ini minumlah cokelat ini dulu sambil menunggu hujan reda", Jisung menyodorkan minuman ke temannya.
Sementara itu, Jeno dan Jaemin hanya diam saling berpandangan.
Keuntungan tidak berpihak pada mereka, sudah pukul 17.00 tapi hujan tak kunjung reda. Cuaca semakin gelap dan hujan makin deras. Makin buruknya lagi, tiba-tiba mati lampu.
"Oh tidak! Bagaimana ini??", Jisung panik.
"Lebih baik kita keluar sekarang sambil membawa senter saja!Lebih cepat lebih baik bukan?", Usul Jaemin semangat.
"Itu sangat berisiko Jae, keadaan di luar sangat berbahaya. Bisa jadi ada kejadian yang tidak terduga", tegas Renjun.
Seketika Jaemin merolling kan mata dan memandang Jeno.
"Je, ayo! Lebih baik bantu aku siapkan makan malam untuk kita", ajak Jisung.
Setelah makan malam, sisa hari ini mereka memilih untuk menetap di cottage dulu. Karena hujan tidak kunjung reda dan lampu padam, Renjun tidak berani membawa temannya untuk keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Somethings
Mister / ThrillerBerawal dari sebuah rencana yang mengasyikkan "By the way, liburan ini kalian pada mau kemana?", tanya Jeno "Sepertinya berlibur bersama cocok untuk liburan ini", ucap Renjun. Apakah liburan mereka akan benar mengasyikkan? Ataukah mereka akan terjeb...