Part 8

926 87 1
                                        

"Masalah apalagi ini Tuhan...", geram Mark.

Mereka berada di situasi yang benar-benar membingungkan. Salah satu sahabat mereka telah tiada, pemilik perkemahan menghilang, dan sekarang salah satu andalan mereka " sinyal" ikut menghilang juga.

Terik matahari semakin memanas, waktu menunjukkan pukul 13.00. Hari ini mereka menghabiskan waktu untuk berpikir, mengurusi jasad Chenle, mencari sinyal, berunding bahkan bertengkar. Menyuapi mulut dengan makanan pun belum sempat mereka lakukan.

Untuk jasad Chenle, mereka memutuskan untuk menyelimutinya dengan plastik sampah besar serta mengisolasinya dengan perekat dan menaruhnya sedikit jauh di belakang cottage untuk mengurangi adanya bau menyengat. Sebenarnya mereka ingin menimbunnya, tetapi tidak tega karena kondisinya yang kurang layak. Melihat kondisi jasadnya yang dibungkus seperti itu saja mereka tidak tega. Namun mau bagaimana lagi, hanya itu yang bisa dilakukan sekarang. Sekarang mereka sedang duduk termenung di depan cottage. Meratapi keadaan dengan ketidak percayaan masing-masing.

"Ah.. Lihatlah kita bahkan lupa mencari kayu bakar", ucap Jeno memecah keheningan.

" Sudahlah tak usah menyalakan api unggun. Hari ini kita tidur di dalam cottage saja", sahut Renjun.

"Benar! Kita tidur di dalam saja. Sekarang ayo kita memasak", susul Haechan.

" That's right! Sekarang waktunya memupuk perut kita kawan", ajak Mark sambil masuk ke dalam cottage.

Mereka segera masuk dan memasak. Walaupun perut kosong tetapi mereka tetap tidak nafsu makan. Dan suasana makan hari ini sangatlah hening tak seperti biasanya. Setelah makan pun mereka hanya duduk merenung sambil menyelami pikiran masing-masing hingga matahari tenggelam mereka tetap saja seperti itu.

Sampai Jaemin memecah keheningan

"Yaa..!! Kenapa kita merenung seperti ini terus? Kita sedang berlibur bukan? Ayo kita bersenang-senang!!".

"Bersenang-senang katamu? Satu sahabatmu telah tiada dan kau masih ingin bersenang-senang?", gerutu Jisung.

" Sudahlah benar kata Jaemin, tidak seharusnya kita merenung terus. Nanti kalau sinyal nya sudah muncul akan kita coba hubungi polisi dan keluarga Chenle", sahut Renjun setelah meneguk segelas air putih.

" Huh..Tinggal mengaku saja apa susahnya??", sindir Jisung.

" Ooh gitarnya masih ada di tenda luar bukan? Tunggu sebentar akan kuambilkan lalu kita bisa bernyanyi bersama lagi ", sahut Haechan mengalihkan topik pembicaraan.

Setelah Haechan keluar cottage, suasana kembali hening kembali. 3 menit... 5 menit ... Bahkan sampai 10 menit Haechan belum kembali juga.

" Yaa, apa Haechan baik-baik saja? Kenapa dia belum kembali?", ucap Jeno yang mulai khawatir.

"Mungkin dia masih buang air kecil", jawab Jaemin yang sibuk memakan apel.

"Manamungkin? Kamar mandi ada di sini", kata Renjun.

"Tuh kan, manamungkin coba?? Hmm apa dia baik-baik saja? Lebih baik aku memeriksanya", ucap Jeno sambil bangkit dari duduknya.

" Biar aku saja, sekalian mau ambil headphone ", sela Mark menuju keluar cottage.

Sreek... Sreek...

" Haechan...?? Kaukah itu? " ucap Mark ragu, karena saat keluar tenda dia melihat seseorang yang mencurigakan di tenda sebelahnya.

" Eoh?? "

"Haechan?? Oh My God... Yaakk..."

Bugh... Bugh...

"Pp.. Please.. Sto..stop it.. Argh"

"Mark Lee?? Mianhe..."

"Siapapun tolong kamii!! "






















Maafkan akuu... Aku tidak tau kalau ternyata dia harusnya tidak terlibat. Tapi apalagi yang harus kuperbuat.

Ayah? Bagaimana ini? Apakah aku salah?

Tidak kau tidak salah, apa yang kau lakukan sudah benar. Sekarang saatnya untuk tenang, seperti tidak terjadi apa apa

Yaaa kau benar, setelah ini semua beres.

Seven SomethingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang