~ Before That | Double J ~

522 57 12
                                    

"Jeno... Kau yakin kita akan selamat?"

"Bicara apa kau? Lagipula kita masih punya Renjun, aku mulai yakin kalau dia bisa menyelamatkan kita"

"Kau mulai percaya padanya? Apa kau tidak merasa curiga dengan kejadian Chenle?", selidik Jaemin.

"Cih kau ini!! Sekarang pikirkan baik-baik. Hubungan keluarga mereka sudah dekat. Dari jaman orok Chenle udah dekat sama Renjun. Diantara kita semua, Renjun yang paling sabar menghadapi sifat Chenle. Bagaimana mungkin dia pembunuhnya?"

"Kau benar, tapi aku masih ragu. Lagipula yang menyarankan liburan untuk camping ini kan Renjun. Dan kau ingat saat kita menyusuri Zero Miles bersama, ucapan Renjun tentang pembunuhan itu membuatku sedikit merinding"

"Haish sudah jangan termakan pikiran. Aku mau membangunkan mereka dulu"

"Sebentar! Lee Je no kemarilah sebentar. Sini duduklah sini. Ada yang ingin kubicarakan denganmu"

"Hmm? Apa?", Jeno mengambil tempat di depan Jaemin.

"Kau tau cara cepat kita keluar dari sini?"

"Tidak, bahkan untuk melangkah keluar cottage sendirian aku tak ada nyali"

"Haish kau ini. Kau lihat ini?"

"Tentu. Itu kunci mobilku. Hey, wait.. kau mau keluar dari Zero Miles?"

"That's right! Lebih baik keluar dari pada terperangkap disini Lee Je No"

"Jangan terburu-buru Jaemin. Coba pikirkan lagi. Kau tidak ingat kata Renjun? Kita harus tetap bersama, mau keluar pun Kita harus bersama"

"Oh come on... Renjun lagi Renjun lagi! Hey aku sudah lelah melihatnya, mau sampai kapan Kita disini. Melihat satu per satu dari Kita gugur. Aku sudah lelah. Lebih baik aku mengambil langkahku sendiri"

"Kau termakan emosi Jae.. sudahlah, aku akan bangunkan mereka dan Kita bahas rencana ini bersama"

"Jeno, kau pilih aku apa Renjun? Kau pilih sobat kecilmu na Jaemin ini atau bocah yang baru kau temui 6 tahun itu?"

"Jaemin? Apa maksudmu? Kalian semua penting bagiku. Sudah kubilang, jernihkan pikiranmu dulu. Kau kalut dengan emosi"

"Ya sudah! Kalau kau ingin tetap tinggal, aku pergi sekarang. Kalau mereka tanya, bilang saja ketika kau bangun aku sudah tidak ada. Aku pergi!", Jaemin keluar cottage.

"Haish.... Ya tuhaan, rumit sekali! Jaemin... Yak... Na Jae min...", Panggil Jeno menyusul Jaemin keluar cottage.

"Kau bilang tidak berani melangkah keluar cottage, cih!"

"Aku tidak berani sendiri, tapi kalau berdua aku masih berani"

"Kau pasti keluar karena tidak bisa jauh-jauh dariku kaan", ejek Jaemin yang sedikit lega karena sahabatnya ini akhirnya mengikutinya.

"Bukan begituu, aku hanya khawatir kalau kau sendirian"

"Sekhawatir itukah? Sampai kau keluar hanya memakai kaos tanpa jacket dan tidak mengganti celana pendekmu itu"

"Sudahlah! Aku akan ikut saranmu. Tapi tolong, jangan sekarang. Pikirkan keadaan mereka juga. Pasti mereka Makin terpukul. Dan itu tidak baik"

"Lalu kapan Kita pergi?"

"Entahlah.. besok? Atau kapan kita cari celah"

"Tapi janji! Kau akan ikut denganku"

"Janji"

Mereka berdua masuk kembali dan membangunkan temannya.

.
.
.

Esok hari, seperti biasa Jaemin bangun lebih awal dan segera membangunkan Jeno.

"Hey, Ayo sekarang. Katanya janji mau ikut denganku"

"Bukankah ini terlalu pagi? Aku masih mengantuk"

"Haish kau ini! Ya sudah kalau tidak mau ikut, aku pergi sendiri", Ucap Jaemin menuju pintu keluar.

"Okay.. okay aku ikut"

"Pakailah jacket, diluar dingin. Aku tunggu diluar"

Tak menunggu lama Jeno keluar cottage. Mereka berdua mulai berjalan ke arah Kantor utama.
.
.

"Jeno kau tidak ganti celana panjang lagi?? Apa tidak dingin?"

"Setidaknya aku masih memakai sepatu. Jaemin apa kau yakin kita bisa keluar dengan selamat?"

"Of course! Lihatlah mobil kita sudah di depan mata"

"Tunggu! Jae.. kenapa ada 3 mobil?"

"Aku sepertinya tidak asing dengan mobil itu"

"Kau benar, aku rasa juga pernah melihatnya. Siapa ya?"

"Sudah, Ayo kesana saja"

.
.
.

"Na Jaemin... ?Lee Jeno...?"

"Hyung!!"

"Emmm.....Kalian?? Ba.."

"Hyung.. hyung tolong kami hyung!"

"Jaehyun-ah kau bicara dengan siapa?"

Seven SomethingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang