BINTANG MALAM

734 70 10
                                    

Alam duduk merenung di balkon kamarnya seraya menatap sinar matahari yang mulai pudar. Pikirannya terbang melayang pada gadis yang telah mencuri hatinya bahkan sejak mereka masih kecil.

"Sel, apa udah nggak ada harapan lagi buat gue bisa milikin elo?"gumam Alam.

Alam menghela nafasnya berat. Memori saat pertama kali dia bertemu dengan Selfi kembali melintas. Saat gadis itu tanpa sengaja jatuh dihadapannya.

"Aku Bintang Malam Wasesa, panggil saja Alam.."ucap bocah laki-laki berusia 6 tahun itu didepan kelas.

Tepuk tangan bergemuruh saat dia mengenalkan dirinya lalu kembali duduk dibangkunya. Giliran berikutnya adalah bocah perempuan yang ada dibelakangnya. Saat berjalan, entah kenapa tiba-tiba bocah itu terjatuh disebelah meja Alam. Semua anak menertawakannya, tapi tidak dengan Alam. Dia berdiri dan membantu bocah perempuan itu berdiri.

"Nggak usah cengeng, kamu nggak papa.."ucap  Alam datar.

"Terimakasih.."

Bocah perempuan itu tidak jadi menangis dan kembali berjalan ke depan kelas untuk mengenalkan dirinya.

"Nama saya Selfina Al-Rasyid, teman-teman bisa panggil saya Selfi.."ucap bocah itu seraya tersenyum sangat manis.

"Anak itu manis sekali.. Lucu.."batin Alam ikut tersenyum.

Setelah perkenalan singkat dihari pertama masuk sekolah, kegiatan belajar dilanjutkan. Alam sesekali menoleh kebelakang untuk melihat bocah perempuan yang duduk dibelakangnya itu. Setiap menoleh Alam selalu mendapat senyuman manis dari bocah itu dan itu membuat Alam senang.

Alam selalu ada dimanapun Selfi berada, mereka selalu bermain bersama ketika istirahat pelajaran. Kedekatan mereka membuat teman-teman mereka yang lain selalu meledek. Namanya anak kecil kalau diledekin pasti kesal. Alam kesal dengan teman-temannya yang selalu meledek hingga ia berubah menjadi nakal kepada Selfi. Dia selalu mengganggu Selfi untuk tetap dekat dengannya namun tidak ada yang meledeknya lagi. Selfi tak pernah marah meski Alam sudah membuatnya menangis dan semua itu terus berlanjut sampai seorang bocah laki-laki datang dikehidupan Selfi dan membelanya saat diganggu oleh Alam.

Alam marah karena Selfi kini selalu ditemani oleh bocah laki-laki yang tak lain adalah Randa. Alam tau jika Randa adalah saudara angkat Selfi. Kedekatan keduanya membuat Alam dilanda cemburu. Alam memendam cemburu itu sejak dia kecil. Baginya Selfi adalah senyumannya dan ketika Selfi tak lagi tersenyum untuknya itu sama saja dengan senyuman tak akan pernah ada dibibirnya.

Alam tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan terkesan angkuh. Tapi dibalik itu dia tetap memiliki sisi baik dan mampu mengambil hati banyak orang. Saat SMP dia terpilih menjadi ketua OSIS, awalnya dia berharap bisa kembali mencuri hati Selfi namun tetap saja tidak bisa karena Randa yang selalu menghalanginya. Alam sama sekali mendiamkan Selfi selama masa putih biru, dia jarang bertegur sapa jika tidak ada hal penting yang harus dia sampaikan. Dia bersikap seperti itu karena ingin menghilangkan rasa yang ada dihatinya. Sebuah rasa yang dia tau mungkin tidak akan pernah bisa bersambut.

Namun semua itu berubah saat Selfi dengan nekat memeluknya ketika mereka mengantarkan tim basket untuk bertanding. Alam tidak bisa lagi membendung perasaannya, dia merasa sudah cukup membuat Selfi selalu menangis dengan tingkahnya. Alam pun mengutarakan isi hatinya kepada Selfi juga alasan kenapa dia bersikap seperti itu. Meski Selfi tidak menerima perasaannya tapi menjadi sahabat Selfi dan bisa kembali dekat dengan gadis itu membuat Alam bahagia.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Alam. Dia pun beranjak dari balkon dan membukakan pintu.

I LOVE YOU (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang