CINTA SAHABAT

855 64 26
                                    

Rani sedang duduk melamun di balkon kamarnya menikmati langit Amsterdan yang hitam bertabur bintang. Sejak pagi perasaannya gelisah, dia terus kepikiran tentang keadaan sahabatnya yang sedang sakit di Indonesia. Dia sangat ingin mengunjunginya tapi pekerjaan membuat dia tidak bisa memiliki waktu untuk terbang melintasi samudra dan menemui sahabatnya.

"Rani sayang..."

Sebuah usapan lembut diterima bahu Rani membuatnya menoleh.

"Bunda.. Kok belum tidur?"tanya Rani.

"Harusnya bunda yang tanya. Kamu kok belum tidur, terus ngapain duduk disini, udara sangat dingin ayo masuk.."ucap sang bunda.

"Rani kangen Gita bun.. Dia lagi sakit, tapi Rani nggak bisa jengukin dia.."keluh Rani.

Rani memeluk tubuh sang bunda dan melepaskan semua kegusaran dan kegelisahan yang dirasakannya sejak pagi. Dering ponsel membuat Rani melepaskan pelukannya dan beralih pada benda pipih yang ada diatas meja riasnya.

"Reza?"gumam Rani.

Rani mengangkat panggilan tersebut, namun bukan suara seorang pria yang dia dengar melainkan suara perempuan yang disayanginya.

"Gita? Kamu kenapa?"tanya Rani cemas karena sahabatnya itu terdengar seperti menangis.

"Ran, aku minta maaf.. Aku minta maaf Rani.."

"Maaf kenapa Git, kamu kenapa sih ini, jangan bikin aku cemas deh.."

Rani semakin panik, cemas dan bingung.

"Ran, hidupku udah nggak lama lagi.. Aku pengen sebelum aku pergi, kamu jujur sama aku Ran.."

"Jujur apa? Kamu jangan ngomong gitu ah, kamu pasti sembuh Gita.. Reza mana lagi, kamu kok telpon pake nomernya Reza?"

"Dia sedang keluar, Ran, jujur sama aku.. Apa..apa kamu masih mencintai Reza?"

Deg!

Rani terkejut mendengar pertanyaan Gita.

"Apaan sih Git, mana mungkin aku suka sama suami kamu.."sanggah Gita.

"Jangan bohong Ran, kamu mencintai Reza jauh sebelum aku menikah dengannya, iya kan?"

"Git, aku.."

"Ran, aku titip Reza sama kamu.. Menikahlah dengannya.. Jagain dia ya, aku udah nggak kuat lagi nahan ini semua.. Maaf aku sudah menghancurkan cintamu, maaf aku merebut cintamu, maaf tidak sadar sejak dulu.. Aku titip Reza dan Selfi padamu ya Ran, aku pamit.."

Tut tut tut...

Sambungan telepon terputus, tangis Rani kembali pecah. Dia memeluk erat tubuh bunda yang ada disampingnya. Pikirannya kalut, dia cemas pada keadaan sahabatnya. Tanpa memberi penjelasan kepada bundanya, Rani bergegas pergi dan melesat menggunakan mobilnya memecah keheningan malam menuju bandara. Rani ingin segera menemui sahabatnya, dia ingin ada disebelah sahabatnya. Rani berulang kali mencoba menghubungi Gita dan Reza namun sambungannya tidak pernah terhubung. Perasaan Rani sudah kacau balau, sahabatnya sekarat, perasaan yang ditutupinya sudah diketahui oleh sahabatnya.

Sampai di bandara, dia bergegas menuju loket pembelian tiket. Namun karena terburu-buru dan terbawa emosi, Rani tidak membawa sama sekali dokumen-dokumen perjalanan luar negeri seperti paspor dan visa. Rani menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, benda pipih yang ada ditangannya juga menjadi sasaran amukannya karena teleponnya tak juga tersambung pada sahabatnya.

"AAARGGGHHH..."teriak Rani frustasi.

"Rani, ya tuhan terima kasih.."seru seseorang yang sudah mendekap tubuh Rani yang lemah.

I LOVE YOU (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang