TERI MERI PREM KAHANI

887 82 16
                                    

Pagi itu rumah keluarga Al-Rasyid heboh karena kepala rumah tangga mereka tiba-tiba saja demam tinggi. Lesti, Randa, Selfi, Rara dan Putri heran melihat Fildan yang tidur diranjangnya dengan wajah yang sangat pucat pasi.

"Ayah gimana sih, ngatain bunda parnoan tapi sendirinya baru liat gitu aja langsung sakit.."ejek Randa seraya mengganti kompresan Fildan.

"Kan ayah belum siap waktu itu.."elak Fildan.

"Maafin Selfi ya ayah.. Sumpah nggak ada niat buat nakutin, saat itu Selfi cuma mau ambil minum terus liat ayah sama kakak jadi kepo deh.."sesal Selfi seraya memijit kaki Fildan.

"Iya nggak papa sayang, ayah sama kakak cuma kaget aja kok.. Tapi lain kali kalo maskeran jangan jalan-jalan ya.."ucap Fildan.

"Anak-anak, pak Diman sudah siap di depan ayo kalian buruan berangkat nanti terlambat loh.."ucap Lesti memberitahukan kepada seluruh anaknya.

Keempat anak itupun berpamitan kepada Fildan dan Lesti untuk berangkat ke sekolah. Lesti terpaksa ijin tidak bekerja juga untuk merawat suaminya. Setelah mengantar anak-anaknya sampai mobil berangkat, Lesti kembali ke kamar dan memeriksa Fildan.

"Bagaimana perasaannya kak?"tanya Lesti yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Lebih mendingan, cuma masih pusing aja.."jawab Fildan.

"Kakak kok bisa sih, terus kemarin juga ngapain malah ngobrol sama Randa, kan bunda cuma nyuruh ngecek aja.."ucap Lesti.

Dengan penuh perasaan Lesti merawat Fildan, dia mengganti kompresan Fildan setiap beberapa menit sekali dan memijit tangan juga kaki suami tercintanya itu.

"Apa yang kita takutkan selama ini terjadi sayang.."ucap Fildan.

"Yang kita takutkan? Maksudnya?"tanya Lesti.

Fildan pun menceritakan pembicaraannya dengan Randa semalam kepada Lesti. Istrinya itu tidak menunjukkan raut terkejut sama sekali sehingga membuat Fildan sedikit kesal.

"Kok nggak kaget sih, Randa beneran suka loh sama Selfi.."ucap Fildan.

"Kan adek udah dukung dari dulu kalo mereka bisa bersama.. Kakak sama kak Reza aja yang selalu mengatakan tidak.."sahut Lesti.

"Kamu setuju kalo mereka saling jatuh cinta bahkan kalo mereka minta untuk menikah?"tanya Fildan.

"Kak, meski sekarang Randa adalah putra kita namun tidak bisa dipungkiri jika dia tetap orang lain dikeluarga kita dan dia punya hak untuk mencintai orang lain meskipun itu adalah saudara angkatnya sendiri. Tidak ada yang melarangnya karena mereka bukanlah mahram dan hubungan ini tidak terlarang kak.."jawab Lesti.

"Adek nggak mau memisahkan mereka ataupun melarang mereka memiliki perasaan satu sama lain, cukup adek yang merasakan sakitnya harus dipisahkan dengan orang yang kita cintai.. Cukup kita kak, jangan anak-anak kita.."sambung Lesti dengan suara bergetar.

Fildan kembali teringat perjuangannya dan Lesti sebelum mereka bisa menjadi orang tua hebat seperti sekarang. Bagaimana mereka dulu harus terpisah karena orang tua Fildan yang tidak setuju akan hubungannya dan Lesti karena mereka sudah menjodohkan Fildan dengan anak rekan bisnis ayah Fildan saat itu.

Fildan menarik Lesti kedalam pelukannya dan tangis Lestipun pecah seketika. Menderita karena harus berada jauh dari orang yang dicintainya bahkan hubungan yang sudah mereka impikan hampir tidak bisa terwujud membuat Lesti banyak belajar tentang sebuah rasa yang semestinya. Cinta memang tak harus memiliki, tapi itu jika kita sudah berusaha sekuat tenaga namun tetap tak bisa bersama. Bukan malah menyerah sebelum berjuang, itu pengecut namanya.

Fildan dan Lesti kembali tenggelam dalam masa-masa sulit mereka  memperjuangankan rasa cinta yang tak terestui saat niat baik mereka sampaikan kepada orang tua Fildan.

I LOVE YOU (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang