PENYAKIT CINTA

863 76 11
                                    

Randa terbaring di kasur kamar rumah Ridwan, sejak selesai berjalan-jalan di pekan raya untuk menyelesaikan tugasnya dia mengalami demam. Ridwan bingung melihat sahabatnya yang tiba-tiba sakit padahal saat datang dan berjalan-jalan di pekan raya, Randa masih sehat dan baik-baik saja.

"Malarindu itu.."goda sepupu Ridwan.

Randa hanya mengulum senyum tipis menanggapi ocehan sepupu Ridwan. Mungkin ada benarnya ucapan itu, sejak bertukar kabar dengan Selfi tentang liburannya di Dam Square, Randa tidak mendapat kabar lagi tentang Selfi. Adiknya itu seolah lupa akan dirinya yang selalu menunggu ceritanya.

"Ran, udahan dong sakitnya.. Masak cuma sehari doang sih kita ke pekan rayanya.."ucap Ridwan seraya mengganti kompresan Randa.

"Siapa sih yang mau sakit Wan, udah kalo lo mau jalan-jalan ya pergi aja sana.. Gue nggak papa kok.. Tapi gue titip beli-beli.."sahut Randa.

"Nggak mau ah, masak sahabat gue sakit malah gue tinggalin.. Tapi kok lo tiba-tiba sakit gini sih?"

Ridwan menatap wajah pucat Randa, dia sangat tau jika sahabatnya itu jarang sekali sakit tapi kenapa saat jauh dari Selfi dia menjadi terlihat begitu lemah

"Kayaknya sepupu gue bener deh Ran.."ucap Ridwan.

"Bener? Apanya yang bener?"tanya Randa bingung.

"Lo malarindu.."

Randa terkekeh mendengar jawaban Ridwan. Sahabatnya itu sudah teracuni oleh pikiran sepupunya ternyata.

"Apaan sih Wan, malarindu sama siapa coba.."tukas Randa.

"Siapa lagi kalo bukan cewek yang sering ngomong i love you ke elo.."

Randa mengernyitkan dahinya.

"Selfi maksud lo?" Ridwan mengangguk.

"Hari ini gue belum lihat elo pegang ponsel atau telponan sama dia tuh.. Dan lo sakit juga tiba-tiba gini, lo kepikiran dia kan?"selidik Ridwan.

Randa menyerap ucapan Ridwan kedalam hati dan pikirannya. Dia memang merasa rindu pada Selfi, tapi sejak chat terakhir mereka, adiknya itu belum memberi kabar lagi padanya. Randa takut jika dia menghubungi duluan malah akan mengganggu liburan adiknya bersama sang ayah.

Randa serba salah, tak menghubungi rindu, menghubungi takut mengganggu. Ucapan Ridwan memang benar, dia terus memikirkan keadaan Selfi di Belanda sana. Dia khawatir karena Selfi tak memberi kabar, instagramnya pun sepi-sepi saja. Selfi bukan tipe orang yang menyimpan kebahagiaan, dia akan membaginya meski hanya sebuah foto namun itu tak ditemukan Randa di instagram Selfi.

"Et dah malah ngelamun.. Telepon aja Ran,.."ucap Ridwan seolah tahu isi hati Randa.

"Takut ganggu gue Wan.. Dia pasti lagi nikmatin waktu sama ayah Reza.."sahut Randa.

"Gengsi lo jangan di gedein kenapa sih, kan awal-awal gue udah bilang jangan uring-uringan.."

"Gue kan nggak uring-uringan Wan.."

"Lo emang nggak uring-uringan, tapi lo pendem sampe jadi penyakit kayak gini.."ucap Ridwan sewot.

Ridwan bukannya marah, dia hanya kesal karena sahabatnya itu tak juga menyadari perasaannya sendiri.

"Jangan marah dong Wan.. Kalo lo marah yang ngerawat gue siapa.."ucap Randa seraya meraih tangan Ridwan.

Randa memasang wajah tanpa dosa, dia menirukan Selfi jika sedang merayunya jika merajuk. Ridwan bergidik ngeri melihat tatapan Randa, dia menepis tangan Randa dan melepar sahabatmya itu dengan bantal.

"Jijik Ran.. Lo pikir gue cowok apaan hah.."

Randa tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Ridwan.

I LOVE YOU (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang