Ayesha merutuk semua kejadian yang menimpanya kali ini. Mobil yang tadinya baik-baik saja mendadak tidak bisa dinyalakan. Ditambah ponselnya mati dan Ayesha tidak membawa charger.
Sekarang Ayesha menunggu taksi lewat. Sudah hampir satu jam gadis itu berdiri disana, namun dia tak menemukan satu pun taksi yang lewat. Kaki Ayesha sungguh pegal, karena kini dia memakai heels setinggi lima belas centi meter.
Ayesha menyerah untuk menunggu taksi. Dia melangkahlan kakinya ke halte bus yang tidak jauh dari sana. Kali aja ada bus yang lewat disana. Setidaknya disana Ayesha tidak harus berdiri. Karena kakinya pegal bukan main.
Dua jam berlalu hingga hari mulai gelap. Tapi tak ada satu kendaraan pun yang bisa membantu Ayesha pulang kerumah.
Ayesha menunduk lesu. Apakah ini karma untuknya karena tadi telah melukai perasaan Eza?
"Kenapa kamu disini?
Ayesha tersentak mendengar suara itu. Ayesha sangat hafal dengan sang pemilik suara. Ayesha mendongak, matanya bertatapan langsung dengan Eza.
"Lo sendiri ngapain disini?"
"Tadi Arkan telpon saya. Katanya kamu belum pulang dan nomor kamu ga bisa dihubungi."
"Mobil gue mogok, handphone gue mati."
"Ayo pulang." Ucap Eza dingin, membuat tubuh Ayesha meremang seketika. Ini seperti Eza yang dia temui pertama kali.
Ayesha melangkahkan kakinya lesu mengikuti Eza. Dia membuang segala gengsi yang ada dihatinya. Ini bukan waktunya menolak permintaan Eza. Badannya sudah sangat lelah untuk melakukan hal yang nantinya akan memperburuk keadaan.
Ketika di perjalanan keduanya saling bungkam. Ayesha juga tak meminta maaf atas perkataan yang dia lontarkan tadi kepada Eza. Lagi-lagi gengsinya muncul.
"Turun, sudah sampai."
Hening tak ada balasan dari Ayesha. Eza menoleh kearah Ayesha dan ternyata gadis itu sedang tidur.
Eza menghela nafasnya pelan. Mengamati wajah cantik Ayesha yang sedang tertidur. Pemandangan seperti ini membuat hatinya menghangat. Ayesha terlihat seribu kali lebih cantik saat tertidur. Tak ada raut muka marah ataupun suara yang sering membentak Eza.
"Kamu kapan sih sadarnya, kalau perasaan saya ke kamu itu tulus. Bukan main-main." Eza menyelipkan rambut yang menutupi wajah Ayesha.
Eza memang marah dengan ucapan Ayesha. Tapi melihat Ayesha yang tenang seperti ini, amarahnya luntur. Eza terlalu mencintai Ayesha sehingga sekejam apapun perkataan wanita itu membuat Eza tak bisa membencinya.
Meskipun Eza sudah tidak marah lagi. Namun, Eza berniat untuk tetap bersikap dingin kepada Ayesha. Memberi sedikit pelajaran kepada gadis itu.
"Bangun, Sha. Sudah sampai."
Tak ada pergerakan dari Ayesha. Yang ada malah dengkuran halus yang bersumber dari bibir mungil Ayesha.
Eza memutuskan menelfon Alya untuk meminta bantuan.
"Hallo nak Eza, ada apa ya?"
"Saya ada di depan rumahnya Tante. Ini saya sama Ayesha, tapi Ayeshanya lagi tidur. Saya coba bangunin ga mau bangun. Saya minta ijin mau bopong Ayesha masuk kerumah, boleh? Karena saya takutnya dinilai kurang sopan."
"Wah boleh banget! Dirumah juga ga ada orang yang bisa gendong Ayesha ke kamar. Anak itu emang kebiasaan kalau tidur ga bangun-bangun."
"Kalau begitu saya minta tolong untuk di bukakan pintu, Tante."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant Girl
RomanceSequel My Crazy CEO Niat hanya ingin menjauhkan Eza dari gebetan kakaknya, malah membuat Ayesha pusing setengah mati! Eza, laki-laki yang dulu menghindarinya tiba-tiba datang dan menyatakan cinta pada Ayesha. Gila! ini gila! Warning 17+