Dimohon baca author note setelah part ini ya. Karena pendapat kalian berpengaruh untuk part selanjutnya ☺☺
Satu bulan telah berlalu, laki-laki itu menepati ucapannya. Dia benar-benar pergi. Tinggal satu atap dengan Eza tak membuat Ayesha bertemu dengan Eza. Jangankan bertemu, mendengar suaranya pun juga tidak. Yang Ayesha tau Eza masih tinggal di unit itu, karena setiap Ayesha pulang dia masih menemukan mobil Eza terparkir disana.
Satu bulan tanpa Eza, membuat hidup Ayesha berubah. Tak ada lagi yang menanggunya, tak ada lagi bunga yang datang ke unit atau kantornya. Yang Ayesha rasakan hanya kekosongan.
Awalnya Ayesha berfikir semuanya akan baik-baik saja. Kepergian Eza tak akan berpenagruh dalam kehidupannya, ternyata dia salah besar! Dia merasa kehilangan laki-laki itu. Bisakah Ayesha berkata jika dia merindukan gangguan dari Eza?
Ayesha sadar dia salah, namun sungguh Ayesha tak bermaksud berkata seperti itu kepada Eza. Ayesha hanya marah dan muak atas kehadiran Valdo secara tiba-tiba. Tanpa dia sadari amarahnya dia luapkan kearah Eza.
Arkan menatap kearah adiknya yang sedang murung di meja kerjanya. Semenjak pulang dari Bali, Arkan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setiap hari Arkan hanya melihat raut kesedihan yang terpancar dari wajah cantik Ayesha.
"Sha, kenapa laporannya jadi kacau gini sih?! Banyak banget yang salah!"
Arkan melemparkan tumbukan kertas kearah Ayesha. Ini bukan yang pertama kalinya Ayesha bersikap teledor seperti ini. Pekerjaannya kacau, laporan yang Ayesha buat selalu salah. Arkan seperti tak melihat jati diri Ayesha yang perfectionist dalam mengerjakan sesuatu.
"Ayesha!"
Arkan geram, karena Ayesha tak menyahuti perkataannya.
"Maaf, Pak."
Ayesha menatap Arkan sebentar, kemudian kembali mengarahkan tatapan kosong kesegala arah.
Arkan mendengus, sungguh tidak bisa dipercaya! Benar-benar bukan seperti Ayesha. Kenapa Ayesha jadi lemah seperti ini?!
"Kerjaan lo kacau semua! Lo bahkan ga bisa meyakinkan client kita yang kemaren! Kalau kayak gini terus, mending gue ganti sekretaris aja!"
Arkan sudah tak tahan, karena ulah teledor adiknya, dia harus kehilangan banyak client. Belum lagi Arkan harus merevisi sendiri laporan-laporan yang di buat Ayesha, karena semuanya kacau! Tak sesuai dengan apa yang dia harapkan.
Jika seperti ini terus, yang ada perusahaannya akan mengalami banyak kerugian. Arkan ga mau bangkrut! Arkan juga alergi kemiskinan! Dia tak ingin istri dan kedua anaknya hidup miskin!
Ketika Arkan sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara tangis dari arah Ayesha.
Arkan tersentak, tak biasa Ayesha menangis. Apalagi hanya karena bentakan dari Arkan. Sungguh tidak mungkin! Pasti ada hal lain yang membuat Ayesha seperti ini.
"Lo sebenernya kenapa sih?"
Arkan menarik sebuah kursi. Mendudukan dirinya di samping Ayesha.
Ayesha mengusap kasar air matanya. Kemudian menggeleng lemah. Arkan mendengus, dasar wanita! Udah kecyduck nangis, masih aja bilang ga papa.
Arkan mengusap lembut rambut Ayesha, kemudian membawanya Ayesha kedekapannya.
"Jujur sama gue, lo kenapa?"
Ayesha memejamkan matanya sesaat. Mungkin dengan bercerita dengan Arkan akan sedikit mengurangi beban pikirannya.
"Gue bodoh, Mas. Gue udah sia-siain orang yang tulus sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant Girl
RomanceSequel My Crazy CEO Niat hanya ingin menjauhkan Eza dari gebetan kakaknya, malah membuat Ayesha pusing setengah mati! Eza, laki-laki yang dulu menghindarinya tiba-tiba datang dan menyatakan cinta pada Ayesha. Gila! ini gila! Warning 17+