13. Sebuah Rahasia

11.1K 1K 46
                                        

Eza memegang kepalanya yang sedikit pusing. Mau sampai kapan mereka bertahan di posisi seperti ini. Jika ini di teruskan Eza akan semakin hilang kendali. Sungguh, Eza tidak mau terlihat seperti om-om cabul yang memanfaatkan gadis yang sedang tidur didekapannya sekarang.

Dengan berat hati Eza melepaskan pelukan Ayesha pada pinggangnya. Mendorong pelan kepala Ayesha agar bersandar di sandaran kursi. Meskipun ada sedikit pergerakan pada gadis itu, syukurlah Ayesha tidak terbangun. Eza jadi ingat perkataan Alya, ibu dari Ayesha, Ayesha itu emang kebiasaan kalau tidur ga bangun-bangun.

Eza bernafas lega saat jalanan sudah bisa dilewati. Ditambah hujan yang sudah reda. Melihat kondisi Ayesha yang terlelap seperti itu, Eza memutuskan untuk membawa Ayesha pulang ke apartemennya. Kencannya bersama Ayesha kan masih bisa di tunda lain kali.

Sampainya di apartemen, Eza mencoba membangunkan Ayesha, namun Ayesha tak kunjung bangun. Eza khawatir saat panas tubuh Ayesha mendadak tinggi. Akhirnya Eza membawa Ayesha ke unitnya, karena dia tak tahu berapa kata sandi unit Ayesha. Lagipula, Ayesha sedang demam tinggi, tidak mungkin Eza meninggalkan Ayesha di sana.

Sebagai seorang dokter yang profesional tak sulit bagi Eza menangani Ayesha yang sedang demam tinggi. Hanya menunggu hitungan jam, Eza yakin panas tubuh Ayesha akan segera reda.

Ketika Eza akan meninggalkan Ayesha dikamarnya, pandangannya tertuju pada tubuh bagian bawah Ayesha. Mata Eza mengerjap. Rok pendek Ayesha tersingkap, menampilkan paha mulus gadis itu. Melihat itu, Eza sontak menggelengkan kepalanya. Menepis pikiran kotor yang ada di otaknya. Dengan cepat, Eza meraih selimut tebal untuk menutupi tubuh Ayesha.

Eza bernafas lega, dia bisa menahan godaan yang mematikan itu.

Eza mengusap lembut kepala Ayesha dan berkata lirih. "Kamu jangan godain saya terus dong. Nanti kalo saya beneran khilaf gimana?"

Setelah itu, Eza pergi kekamar satunya. Menenangkan otaknya. Melihat youtube yang menampilkan serial Doraemon, agar bayangan tentang tubuh Ayesha sirna diotaknya.

Ga boleh khilaf, ga boleh khilaf!

***


Ayesha mengerjap saat merasa sinar mentari menusuk-nusuk matanya. Membuka matanya perlahan, dan langsung disuguhkan pemandangan asing di depannya. Ini bukan kamarnya, Ayesha yakin itu! Terus sekarang dia ada di mana?!

Sebelum berfikir terlalu jauh, Ayesha bangkit dari tidurnya. Menyandarkan tubuhnya di tepian ranjang. Ayesha memebalak saat menatap seorang lelaki dengan senyum lebarnya berdiri di depan pintu ruangan ini.

"Udah bangun ternyata."

Siapa lagi kalau bukan Eza. Ayesha semakin tak mengerti. Mengapa Eza ada disini. Atau malah, ini adalah kamar Eza. Lalu kenapa Ayesha bisa ada di kamar Eza?! Pikirannya berkecambuk, membuat Ayesha semakin pusing.

Pikiran gila mulai meracuni Ayesha. Ayesha berfikir apakah dia dan Eza sudah menikah dan dia kini hilang ingatan? Makanya sekarang dia ada di kamar Eza. Atau malah Eza telah menculiknya?!

"Saya udah buatin sarapan buat kamu, dimakan ya."

Lamunan Ayesha buyar saat mendenger suara Eza. Laki-laki itu memberikan nampan yang berisikan sepiring roti isi dan segelas susu coklat.

"Kenapa gue bisa ada disini?"

"Kemaren kamu ketiduran, saya udah bangunin kamu berulang kali, tapi kamu tetep ga bangun-bangun. Karena saya ga tau password unit kamu, jadi saya bawa kamu kesini."

Ayesha bernafas lega mendengar penuturan dari Eza. Setidaknya pemikiran gilanya tidak terealisasi-kan.

Ayesha mengambil sarapan yang dibawa Eza untuk dimakannya. Tidak bisa di pungkiri, perutnya sangat lapar dan siap untuk menyantap makanan yang menggoda ini.

Eza tak melepaskan pandangannya pada Ayesha yang sedang memakan roti buatannya. Gadis itu terlihat berkali-kali lebih cantik saat tak bertingkah seperti ini. Apalagi gaya makan Ayesha yang seperti anak kecil, membuat gadis itu terlihat menggemaskan.

Setelah menyelesaikan sarapannya, sebagai tamu yang baik Ayesha mencuci piring dan gelas yang dipakainya. Kemudian kembali ke kamar dimana Eza masih berada di sana. Dan semua itu tak luput dari pandangan Eza.

"Gue bener-bener ga nyangka ternyata lo Kakaknya Lavanya." Kata Ayesha sambil menatap bingkai foto yang tergantung pada dinding kamar Eza. Dimana didalamnya terdapat foto Eza, Lavanya dan ibu mereka.

"Bukannya kamu kenal Vanya dari SMA? Kenapa bisa ga tau?"

"Anya ga pernya kasih tau gue tentang keluarganya. Karena selama ini, kalau gue ke rumah Anya yang ada cuma dia dan ibu lo. Jadi gue pikir Anya anak tunggal."

"Semenjak kuliah, saya memang jarang banget pulang ke Indonesia. Saya berniat cepat menyelesaikan kuliah saya, bekerja dan kembali ke Indonesia. Biar bisa temenin Mama."

"Kayaknya lo sayang banget ya sama Mama lo."

"Setelah orang tua saya bercerai, Mama saya lah yang bekerja mati-matian untuk menghidupi saya dan Lavanya."

Ayesha terkejut, yang Ayesha ketahui Ayah dari Lavanya sudang meninggal. Itu yang Lavanya ungkapkan saat mereka masih duduk di bangku SMA.

"Bercerai? Sorry tapi bukannya...."

"Meninggal?" Ayeshe mengangguk.

Eza tersenyum tipis. Itu pasti ulah adiknya, Lavanya.

"Ayah saya belum meninggal. Kamu pasti tau itu dari Vanya kan? Semenjak orang tua saya bercerai, Vanya sangat membenci Ayah. Karena Ayah meninggalkan kami hanya karena wanita lain. Meskipun Vanya masih kecil, dia bisa merasakan kesedihan Mama. Makanya Vanya selalu menganggap bahwa Ayah sudah meninggal."

Ayesha tertegun. Ternyata, dia memang sama sekali tak tau tentang sahabatnya. Setelah dikejutkan dengan Eza sebagai Kakak dari sahabatnya, kini dia dikejutkan lagi dengan kenyataan yang sama sekali tidak Ayesha sangka.

Ternyata dibalik sikap periang Lavanya. Gadis itu menyimpan sejuta rahasia, yang membuat luka di hatinya.

"Yang gue tau, Anya ga pernah ada masalah sama keluarganya. Gue ga tau ternyata kalau kayak gini."

"Vanya emang orangnya kayak gitu, dia tertutup sama masalah pribadinya."

Ayesha mengangguk setuju. Memang selama dia bersahabat dengan tidak banyak hal Lavanya ceritakan pada Ayesha. Dan Ayesha-pun bukan tipe orang yang kepo dengan masalah orang lain. Jadi selama Lavanya tak bercerita apapun, Ayesha juga tidak akan bertanya.

"Ay.."

"Ya?"

"Itu rok kamu keangkat, tutupin dong. Saya takut khilaf!"

Ayesha melotot, segera memeriksa bagian tubuh bawahnya. Ternyata benar, rok yang dia pakai sedikit tersingkap keatas, menampilkan setengah paha mulusnya. Segera Ayesga menutupi bagian itu dengan bantal.

Ayesha menatap horor ke arah Eza. Ternyata dibalik pembicaraan yang serius tadi, lelaki itu memandangi tubuhnya. Jangan-jangan semalam Eza mencuri kesempatan saat dia terlelap.

"Dasar om-om mesum!"

Dominant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang