21. Bimbang

10.7K 1K 125
                                    

Eza menatap datar lemari kaca yang ada dihapadannya saat ini. Sudah tiga hari dia melakukan hal yang sama. Menaruh beberapa bucket bunga disana. Seperti pagi ini, Eza manaruh dua bucket bunga lili.

Selama satu tahun ini, memberi bunga untuk Ayesha setiap hari sudah menjadi kebiasaan. Dan kini Eza tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu. Eza tak mungkin memberikan bunga-bunga ini kepada Ayesha, jadi lebih baik Eza menaruhnya dilemari kaca. Sampai hatinya mampu terbiasa tanpa gadis itu.

Mengingat nama Ayesha membuat hati Eza kembali hancur. Bohong jika dia tidak terluka atas apa yang Ayesha lakukan. Jika memang tak menyukainya kenapa tidak bicara baik-baik. Kenapa Ayesha malah melontarkan kalimat setajam itu.

Eza adalah laki-laki yang sulit jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, dia dihancurkan oleh orang yang dia cintai. Ternyata perasaan tulusnya selama ini tak ada artinya bagi Ayesha.

Ting tong

Eza tersadar dari lamunanya saat mendengar suara bel pintu. Eza melangkah untuk mengecek siapa yang datang ke kediamannya sepagi ini.

Ketika Eza membukakan pintu, Eza tersentak saat seoarang wanita memeluknya sambil menangis. Tanpa melihat wajah wanita itu, dari perlakuannya Eza sudah tau siapa wanita itu. Tapi kenapa dia datang kesini sambil menangis.

"Masuk dulu, jangan nangis disini."

Eza menuntun wanita itu masuk ke unitnya. Kemudian mengajak untuk di ruang tamu.

"Jelasin sama saya kenapa kamu seperti ini?"

Wanita itu masih terisak. Tangannya meremas kuat selembar kertas digenggamannya. Tanpa menjawab pertanyaan Eza, wanita itu menyodorkan kertas itu kepada Eza.

Eza terbelalak saat menbaca isi kertas itu. Satu tulisan positif mampu menggetarkan hatinya.

"Kamu hamil, Zet?"

Zetta mengangguk, masih menunduk tak berani menatap Eza.

"Siapa Ayahnya?"

"Rio, mantan pacar aku." Ucap Zetta sangat lirih.

Eza mengusap wajahnya kasar. Eza tak asing dengan nama itu. Yang dia tahu Zetta dan Rio sudah berakhir tiga tahun yang lalu. Eza tak menyangka jika Rio malah menghamili Zetta.

"Kalian harus segera menikah!"

"Ga bisa, Za. Ga bisa." Zetta semakin terisak.

"Dia ayah dari anak kamu, dia harus menikahi kamu!"

"Rio ga mau tanggung jawab. Dia minta aku buat gugurin kandungan ini. Dia ga mau nikah sama aku, Za!"

Brengsek! Satu umpatan yang Eza berikan untuk Rio. Tega sekali dia meminta seorang ibu membunuh anaknya sendiri.

Eza semakin tak tega melihat kondisi Zetta. Wanita itu masih belum menghentikan tangisnya. Eza memaklumi, karena Zetta mendapat cobaan yang sebesar ini. Wajar baginya merasa sedih.

"Aku harus gimana? Aku binggung, Za."

"Rio harus tetap tangung jawab! Apapun alasannya dia adalah ayah dari bayi dikandungan kamu!"

Jika Rio memang benar Ayah dari bayi yang di kandung Zetta. Laki-laki itu harus tetap bertanggung jawab.

"Aku udah ga bisa harapin Rio. Dia udah kabur. Dan aku gatau bagaimana caranya menghadapi keluarga aku nantinya, mereka akan marah besar kalau tau aku hamil. Apalagi Ayah dari anak aku ga mau tanggung jawab!"

"Kita cari Rio, dan paksa buat dia nikahin kamu."

Zetta menggeleng, membuat Eza memandangnya binggung.

Dominant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang