11. Jadi...

11.4K 1.1K 41
                                    

Ayesha masih tak bisa mengalihkan pandangannya pada kotak makan yang ada dihadapannya ini. Entah apa menariknya, yang jelas sudah satu jam lebih Ayesha memandang kotak makan tersebut. Bahkan kotak makan itu sudah kosong, karena masakan di dalamnya sudah dilahap habis oleh Ayesha.

Mengenai masakan di dalam kotak makan tersebut, tidak bisa Ayesha pungkiri rasanya sungguh nikmat. Bahkan Ayesha ingin memakannya lagi. Tapi, tidak mungkin kan Ayesha meminta orang itu untuk memasakannya lagi.

Ayesha tersadar dari lamunannya ketika pintu ruangannya di ketuk oleh Erlan, rekan kerjanya.

"Pak Arkan sudah menunggu di ruangan rapat."

"Ah, iya."

Ayesha bangkit dari duduknya. Namun, pandangannya kembali pada kotak makan itu lagi. Ayesha mengambil kotak makan itu dan memasukkannya kedalam laci kerja miliknya.

Erlan yang masih berada di depan pintu memandang heran kepada Ayesha. Gadis itu terlihat aneh hari ini. Ayesha terkesan agak pendiam, seperti ada yang gadis itu pikirkan.

Ketika Ayesha berlajan kearahnya, Erlan mulai berbalik untuk berjalan mendahului Ayesha.

Selama rapat berlangsung Ayesha sama sekali tidak mendengarkan pembicaraan dari Arkan. Otaknya sibuk memikirkan ciuman tidak sengajanya dengan Eza. Ayesha rasanya ingin membenturkan kepalanya kedinding kala mengingat hal itu. Meskipun dia dan Eza sudah sepakat tidak membahas hal itu lagi. Namun tetap saja, bayangan itu hadir dalam pikiran Ayesha.

Melihat Ayesha yang tidak mendengarkannya membuat Arkan sedikit geram. Arkan paling tidak suka dengan orang yang mengabaikan rapatnya, meskipun dengan adiknya sendiri.

"Bu Ayesha, bagaimana dengan perkembangan produk baru yang akan dimasukan ke pasaran bulan ini?"

Arkan mencoba memancing Ayesha dengan pertanyaan seputar rapat barusan.

"Kiss.."

Arkan menyerit, emang ada gitu produk dari perusahaannya yang bermerek kiss. Arkan masih tak mengerti dengan perkataan Ayesha, apalagi adiknya berucap kata itu dengan pandangan kosong.

Arkan menoleh kearah karyawannya yang menertawakan perkataan Ayesha. Arkan memutar otaknya, kiss-ciuman? Adiknya pasti sedang memikirkan hal jorok!

"Ayesha!"

Ayesha tersentak mendengar bentakan dari Arkan. Dia langsung memperbaiki posisi duduknya dan menghadap kearah Arkan.

"Maaf, Pak. Saya kurang memperha-"

"Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?"

Ayesha menaikan sebelah alisnya binggung. Bukan karena pertanyaan Arkan, namun kenapa karyawan lainnya menahan tawa saat melihatnya. Tidak mungkin hanya karena Ayesha melamun karyawan lainnya berminat untuk menertawakannya.

Ayesha menoleh kerah Erlan yang kebetulan ada di sebelahnya. Menatap Erlan seolah meminta kejelasan.

"Tadi saat Pak Arkan tanya tentang produk, lo malah jawab kiss." Erlan berbisik sangat lirih.

Ayesha membelalak kaget. Mungkinkah dia mengatakan hal menjijikkan seperti itu?! Pantas saja karyawan lain menertawakannya! Rasanya Ayesha ingin menenggelamkan dirinya hidup-hidup!

"Ayesha! Kamu belum jawab pertanyaan saya!"

"Maaf Pak, saya hanya kurang fokus."

"Rapat hari ini selesai! Silahkan tinggalkan ruangan ini! Kecuali kamu Ayesha!"

Ayesha yang ditunjuk-pun hanya bisa mengangguk patuh. Siap-siap menerima omelan dari Kakak sekaligus bosnya itu.

Semua karyawan telah meninggalkan ruangan tersebut. Kini hanya tersisa Arkan dan Ayesha.

Dominant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang