09. Pertama

12.5K 1K 38
                                        

Ayesha menatap lurus kearah Eza yang memasak makanan untuknya. Ayesha terpaksa menerima tawaran Eza karena perutnya sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Jika Ayesha tetap nekat untuk mencari makanan sendirian, Eza pasti akan tetap merecoki dirinya. Yang ada Ayesha malah gagal makan malam ini.

Lima belas menit berlalu, masakan Eza pun matang. Makanan yang di masak Eza sudah tersaji. Ayesha menyantapnya dengan lahap. Membuat Eza melongo seketika.

Dengan tubuh Ayesha yang bisa dibilang kurus. Menghabiskan dua porsi nasi goreng sangatlah menakjubkan. Apalagi Eza sudah memperbanyak porsi yang dia sajikan.

Setelah menyelesaikan makanannya. Ayesha membawa piring-piring itu untuk di cuci. Meskipun awalnya Eza sempat melarangnya. Tapi Ayesha tetap gigih mencuci piring tersebut. Rasanya tidak sopan jika Ayesha tidak mencuci piring bekasnya.

Eza yang masakin, Ayesha yang makan. Masa iya Eza juga yang cuci piring.

Ya meskipun Ayesha sering kesal dengan perlakuan Eza. Tapi dia tidak setega itu. Paling tidak Eza sudah membantunya untuk mengatasi rasa laparnya.

Ketika piring sudah tercuci bersih. Ayesha menaruhnya ke rak piring. Dan kembali duduk dimeja makan bersama Eza.

"Makasih ya, masakan lo enak juga."

"Kalau kamu mau saya bisa kok masakin kamu setiap hari. Nanti saya antar ke unit kamu."

"Bilang aja mau modus ke unit gue!"

Ayesha menatap tajam kearah Eza. Dikira Ayesha ga tau apa lagat modus ala Eza. Sorry aja Ayesha ga bakalan ketipu!

"Galak banget sih. Udah dimasakin juga."

"Oh jadi gak ikhlas nih, gue muntahin nih!"

"Coba sini muntahin. Saya mau lihat."

Ayesha melongo. Lah! Kenapa jadi beneran sih. Kan niatnya Ayesha tadi cuma gertakan doang. Lagian ya mana bisa Ayesha memuntahkan makanannya. Udah masuk keperut juga. Kenapa Eza ngeselin banget sih!

"Katanya mau muntahin makanannya. Gak jadi?"

"Gak!"

Eza tertawa renyah membuat Ayesha semakin geram. Bagi Eza melihat Ayesha ketus kepadanya membuatnya semakin tertarik pada gadis itu.

Eza mengingat satu hal. Ada yang harus dia berikan kepada Ayesha. Eza bangkit dari duduknya mengambil sesuatu yang dia tarus pada laci dekat kulkas. Mengeluarkan sebuah bunga yang biasa disebut bunga abadi.

Sebenarnya Eza ingin memberikan bunga ini kepada Ayesha satu minggu yang lalu. Berhubung Ayesha terus menghindar darinya terpaksa Eza menunda itu.

"Ini buat kamu." Eza menyodorkan bunga itu kepada Ayesha.

Ayesha terperangah melihat bunga edelweis dihadapannya sekarang. Sebagai pecinta bunga, edelweis adalah golongan bunga favorit Ayesha.

 Sebagai pecinta bunga, edelweis adalah golongan bunga favorit Ayesha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus banget." Ucap Ayesha sangat lirih.

Ayesha segera mengubah ekspresi kekagumannya dengan ekspresi datar. Dia tidak ingin Eza kegeeran dengan bunga memberian dari pria itu.

"Cuma kasih bunga ini doang?"

"Ya kalau mau bunga bank sih harus jadi istri saya dulu."

Ayesha melotot, hampir saja dia mengarahkan bunga yang dipegangnya untuk menimpuk kepala Eza. Namun niat itu dia urungkan. Kan sayang bunga sebagus ini rusak cuma kerena kepala Eza.

"Sebenernya saya mau kasih bunga itu dari satu minggu yang lalu. Tapi kamunya malah ngilang."

"Lo pikir gue siluman pakek ngilang segala!"

"Kalo lagi marah-marah sih iya."

Eza tanpa sadar mengucapkan kalimat itu. Sedangkan Ayesha sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Gila aja Ayesha di samain sama siluman! Emang dia seburuk itu apa!

Kadang tuh Ayesha binggung. Eza itu suka sama dia beneran ga sih?! Kalo iya, kenapa bawaannya dia ngehujat Ayesha mulu! Bikin kesel Ayesha aja.

"Tau ah gue mau balik!"

Ayesha bangkit dari duduknya. Hampir saja Ayesha melangkahkan kakinya tangannya ditarik oleh Eza, membuat Ayesha terduduk kembali.

"Jangan balik dulu dong. Ada yang harus saya omongin."

Ayesha menulikan telinganya. Kembali bangkit dan melangkahkan kakinya. Eza mencoba mengejar Ayesha.

Eza menarik pergelangan tangan Ayesha berharap gadis itu mau berhenti. Namun Ayesha malah memberontak hingga tak sadar jika di depannya terdapat vas yang membuatnya tersandung. Eza dengan sigap meraih tubuh Ayesha agar Ayesha tidak terjatuh. Namun sial, bukannya berhasil menyelamatkan Ayesha. Malah keduanya tersungkur di lantai. Yang membuat sial lagi bibir mereka bertemu. Membuat Eza ataupun Ayesha terpaku di tempatnya.

Ini memang kesialan untuk Ayesha tapi Eza ini adalah anugrah!

"Minggir lo dari tubuh gue!"

Ayesha mendorong tubuh Eza hingga lelaki itu tersungkur ke lantai. Eza memegangi pantatnya yang sedikit nyeri akibat bertemu langsung dengan lantai.

"Dasar cowok mesum! Ngapain lo cium-cium gue!"

"Saya ga berniat buat cium kamu tadi bener-bener ga sengaja."

Ayesha berlari meninggalkan Eza. Dia sangat malu! Bibir laki-laki yang sangat dia benci menyentuh bibirnya. Sungguh tidak masuk akal.

Sesampai di unitnya, Ayesha langsung mengunci pintu dan berlari ke kamarnya.

Ayesha meraba bibirnya, pipinya memanas mengingat kejadian itu. Jantungnya berdetak tak karuan. Kenapa dia bisa semalu itu hanya karena hal yang tidak di sengaja.

Apa yang harus dilakukan jika besok bertemu dengan Eza. Dia bahkan tak sanggup memandang wajah laki-laki itu.

Sedangkan diunit Eza. Laki-laki itu masih diam di tempatnya. Masih dengan posisi yang sama, duduk di lantai. Bahkan dia yakin kakinya kini lemas tak bisa untuk berdiri. Kejadian barusan terlalu tiba-tiba.

Diunit masing-masing keduanya memikirkan hal yang sama. Tidak dapat di pungkiri ini adalah hal yang pertama bagi keduanya. Karena Eza maupun Ayesha tak pernah bersentuan seintim itu dengan lawan jenisnya, kecuali keluarga mereka.

Dominant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang