Seharian penuh Ayesha mengurusi kepindahannya diapartemen yang baru di beli oleh Papanya. Dengan Pak Arya supir pribadi keluarganya, membantu memindahkan barang-barang yang terlampau banyak milik Ayesha.
Ayesha sebenarnya sedih karena akan tinggal berpisah dengan orang tuanya. Meskipun Alya suka menjelek-jelekannya, Ayesha tau jika ibunya itu sangat menyanyanginya. Tapi mau bagaimana lagi, sudah waktunya Ayesha tinggal sendiri. Selain jarak apartemen ini dengan kantor yang cukup dekat. Ayesha juga ingin belajar mandiri. Tidak tergantung pada orang tuanya.
Barang terakhir yang dibawa Ayesha adalah box besar yang berisi make up nya.
"Saya aja Pak yang bawa. Pak Arya pulang aja."
"Kalau begitu saya permisi dulu, mbak Ayesha."
Ayesha mengangguk, kemudian masuk kedalam apartemennya sambil membawa box tersebut.
Setelah dilihat-lihat apartemen ini sangat mewah dan luas. Pantas aja Papanya harus mengeluarkan uang banyak untuk membeli apartemen ini.
Apartemen ini memiliki dua unit. Azzam hanya membeli satu unit di apartemen ini, karena yang satunya lagi sudah ditempati oleh orang lain. Entah siapa yang akan tinggal di unit satunya, setidaknya itu tidak akan mengganggu Ayesha.
Perut Ayesha terasa lapar. Dia melupakan makan, karena sibuk mengurusi kepindahannya. Ayesha memutuskan untuk keluar mencari makanan.
"Susah juga ga tinggal sama Mama, jadi ga ada yang masakin."
Ayesha melangkahkan kakinya lemas. Ketika pintu apartemennya terbuka. Dia dibuat terkejut dengan pandangan didepannya. Seorang laki-laki yang ada di unit lainnya, sedang memandang kearahnya.
"Ayesha, kamu ngapain di situ?"
"Lo sendiri ngapain disitu?"
Keduanya saling berbicara di unitnya masing-masing. Depan posisi yang sama, yaitu di depan pintu mereka masing-masing.
"Kan saya emang tinggal disini. Kamu sendiri ngapain disini?"
"Jadi tetangga gue itu si Eza." Ucap Ayesha sangat pelan. Namun masih terdengar di telinga Eza.
Eza yang mendengar kata tetangga langsung memutar otaknya. Kalau mereka tetangga berarti Ayesha tinggal di depan unitnya dong. Bisa diartikan mereka seapartemen, ya meskipun beda unit sih. Ini tadi saya ga salah denger kan? Saya sama Ayesha tinggal dibangunan ya sama?
Ayesha terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga dia lupa jika dihadapannya masih ada Eza. Melihat Eza, Ayesha jadi teringat adegan peluk-peluk itu.
Tak ingin tambah malu Ayesha kembali masuk ke unitnya dan menutup pintunya.
"Mati-matian gue hindarin, eh malah sekarang satu apartemen. Sial banget sih."
Ayesha tersentak ketika mendengar gedoran yang berasal dari pintunya.
"Ay, buka pintunya. Kita perlu bicara."
Ayesha masih diam tak bersuara. Mau bicara apa lagi emang. Mau mempermalukan Ayesha lagi emangnya?!
"Okey saya ga akan bahas lagi kejadian dua minggu yang lalu. Tapi tolong buka pintunya dulu."
Ayesha menghela nafasnya. Emang Eza mau bicara apa sih sambe ngebet banget pengen ketemu Ayesha.
Ayesha bimbang. Dia harus membukakan pintu atau tidak.
Buka-enggak-buka-enggak-buka-eng-buka aja deh!
Jangan dikira Ayesha membuka pintu untuk menemui Eza. Itu salah besar! Ayesha membuka pintu karena perutnya tidak bisa dikondisikan. Bayangkan saja seharian ini Ayesha belum makan nasi sama sekali.
Senyum Eza merekah saat pintu unit Ayesha terbuka.
"Minggir! Lo ngalangin jalan gue!"
"Kamu mau kemana malem-malem gini."
"Kepo banget sih lo kayak dora!"
Eza mencebik, disituasi seperti ini Ayesha masih aja bercanda. Bay the way, ini Ayesha lagi bercanda apa marah sih?
Ayesha berjalan melewati Eza. Tanpa memperdulikan perkataan Eza.
"Jangan pergi sendirian! Ini udah malem!"
Langkah Ayesha terhenti saat mendengar suara tegas dari Eza. Dia berbalik untuk menatap Eza. Terlihat jelas amarah menyelimuti wajah Eza.
"Bisa ga sih lo ga usah ikut campur urusan gue!"
"Bisa ga sih sekali aja kamu dengerin saya!"
Eza melangkahkan kakinya untuk mendekat. Hingga posisinya kini tepat di depan Ayesha.
"Ini udah malem, diluar bahaya kalau kamu pergi sendirian."
"Kalau gue ga pergi, gue bakal mati kelaparan!"
Eza mendengus sebal. Jadi ini yang membuat Ayesha pergi selarut ini.
"Kamu tuh ya, perkara laper aja ngajak ribut."
Ngajak ribut katanya? Hellow! Ayesha ga pernah ngajakin ribut ya! Udah jelas-jelas tadi Eza yang ngerecokin Ayesha yang lagi cari makan. Malah Ayesha sekarang yang di salahin!
"Sekarang bisa kan lo biarin gue pergi?!"
"Gak!"
"Ya terus gimana?! Gue laper bego!"
Tanpa menjawab perkataan Ayesha, pria berumur dua puluh sembilan tahun itu menarik paksanya masuk kedalam unit pria itu.
"Lo ngapain bawa gue ke unit lo! Jangan mentang-mentang disini cuma ada kita berdua, lo bisa macem-macam sama gue!"
"Kamu lupa dulu siapa yang suka macem-macem ke saya?"
Ayesha bungkam, dirinya merasa tertohok dengan ucapan Eza. Menyesal dirinya dulu suka menggoda Eza. Menyentuh laki-laki itu sengan gaya seksinya. Sungguh Ayesha ingin menghapus perbuatan menjijikan itu dari ingatannya!
Tapi kan udah dulu, sekarang udah gak!
"Gausah mikir macem-macem. Saya cuma pengen masakin kamu, katanya laper kan?"
"Emang lo bisa masak?"
"Bisa lah. Emangnya kamu ga bisa masak."
Ayesha melongo. Kok Eza bisa tau sih Ayesha ga bisa masak. Tau dari mana coba!
"Enak aja. Gue bisa masak ya!"
"Modelan kayak kamu tuh ga mungkin bisa masak. Gausah malu, lagian saya bisa masak. Jadi bisa saling melengkapi."
"Melengkapi gundulmu itu!"
Ayesha menginjak kaki Eza. Hingga cengkraman dipergelangan tangannya terlepas.
Namun yang membuat Eza heran. Kenapa Ayesha malah berjalan menuju ruang tamu bukan keluar dari unit Eza.
Ini Ayesha beneran mau dimasakin sama Eza kah?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant Girl
RomanceSequel My Crazy CEO Niat hanya ingin menjauhkan Eza dari gebetan kakaknya, malah membuat Ayesha pusing setengah mati! Eza, laki-laki yang dulu menghindarinya tiba-tiba datang dan menyatakan cinta pada Ayesha. Gila! ini gila! Warning 17+