Ayesha merasa tidurnya terusik saat mendengar suara bel yang berbunyi berulang kali. Padahal biasanya Ayesha tak akan mempan dengan suara apapun. Tapi, entah mengapa suara itu terdengar berisik.
Ayesha menolek kearah Eza yang masih tertidur pulas. Ternyata Eza sama saja dengannya, susah untuk terbangun, meskipun mendengar suara yang begitu menganggu.
Ayesha turun dari ranjang hendak membukakan pintu. Sebelum Ayesha membukakan pintu, dia terlebih dahulu mengecek dari monitor siapa yang datang. Mengingat dia hanya menggunakan kaos kebesaran Eza. Rasanya akan canggung jika ada tamu penting, dan dia memakai pakaian seperti ini ketika membuka pintu.
Ayesha memutar bola matanya malas saat tau siapa yang tadi sepagi ini. Ternyata dia adalah Zetta. Ngapain coba itu cewek pagi-pagi udah kesini! Mau bangunin Eza?! Sorry aja! Eza udah ada yang bangunin! Bukan cuma bangunin, ada yang nemenin tidur juga!
Dengan terpaksa Ayesha membukakan pintu untuk wanita itu. Karena jujur saja Ayesha penasaran, apa maksud kedatangan Zetta.
Zetta tercengang saat Ayesha yang membukakan pintu. Sedangkan Ayesha masih menatap datat Zetta, masih tak berminat berbicara.
"Kamu kenapa bisa ada disini?"
"Memangnya salah kalau saya ada di unit kekasih saya?"
Zetta terbelalak tak percaya. Kekasih? Bagaimana Ayesha bisa menjadi kekasih Eza. Karena setahu Zetta, selama satu bulan ini Eza sama sekali tidak dekat dengan wanita manapun.
Tidak, Zetta tidak akan membiarkan wanita manapun merebut Eza darinya. Sudah satu bulan Zetta menunggu jawaban dari Eza, dan Eza harus menerima permintaannya. Zetta tak ingin menunggu dengan sia-sia.
"Tapi saya akan menikah dengan Eza."
Zetta masih menjaga nada bicaranya yang terdengar begitu lembut. Tapi sayang, itu tak berpengaruh untuk Ayesha.
Ayesha menaikan sebelah alisnya. Menatap Zetta dengan pandangan mengejek.
"Memang Eza pernah bilang mau menikah dengan kamu? Tidak kan?"
Zetta mulai menggeram marah, dia merasa terhina dengan ucapan Ayesha.
Kala pikirannya berkecambuk. Pandangan Zetta terfokus pada baju yang di kenakan Ayesha. Zetta merasa sangat familiar dengan baju itu. Jelas sekali itu baju milik Eza. Zetta menampik pikiran kotor yang bersarang di otaknya. Eza tak mungkin seperti itu!
Ayesha sadar saat Zetta mulai memperhatikan pakaiannya. Ayesha sengaja menyingkirkan helainnya rambut yang menutupi lehernya. Betapa terkejutnya Zetta saat melihat banyak sekali tanda keunguan disana. Zetta berpikir keras. Bagaimana bisa Eza melakukan hal seperti itu?!
"Apa yang sebenarnya kamu lakukan kepada Eza?! Menawarkan tubuh kamu untuk menggoda dia?! Iya kan?!"
Ayesha menatap tajam kearah wanita itu. Berani-beraninya dia berkata seperti itu kepada Ayesha.
"Jaga mulut kamu!"
"Saya tau, pasti kamu memberi obat perangsang keminuman Eza. Karena saya yakin, tanpa adanya hal seperti itu dia tidak akan mau menyentuh kamu!"
Plak
Ayesha menampar keras pipi Zetta. Hingga membuat darah segar mengalir di sudut bibir Zetta. Ayesha tak bisa lagi menahan emosinya. Dia tak terima Zetta merendahkannya seperti itu.
Zetta tak pernah tau, betapa berartinya Ayesha untuk Eza. Betapa gilanya laki-laki itu mencintai Ayesha. Tanpa godaan dari Ayesha pun, Eza sudah terlebih dahulu mencintai Ayesha.
"Kamu merendahkan saya seolah-olah kamu wanita yang paling suci! Hamil diluar nikah dan meminta pertanggung jawaban kekasih orang lain! Kamu pikir tindakan kamu lebih terhormat?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominant Girl
RomansaSequel My Crazy CEO Niat hanya ingin menjauhkan Eza dari gebetan kakaknya, malah membuat Ayesha pusing setengah mati! Eza, laki-laki yang dulu menghindarinya tiba-tiba datang dan menyatakan cinta pada Ayesha. Gila! ini gila! Warning 17+