PART 9🍁HAK YANG TERTUNDA🍁

14.2K 542 4
                                    

“apa kamu gak mu punya anak El?” tanya Dafi pelan karna pria itu takut jika kalimatnya membuat istrinya tersinggung. Karena selama ini Dafi belum menyentuh tubuh Elin sedikit pun.

_____________________

“am.....melodi udah selesai mandi waktunya kita pakai baju ya” sembari menggendong Bayi itu menuju ranjang ganti. Dafi yang tahu kenapa istrinya pergi ia segera menyusul gadis itu.

“kenapa pergi?kalau belum siap gak papa tinggal bilang jangan buat aku menunggu, aku juga butuh kepastian”sembari memeluk pinggang istrinya dari belakang

“kalau aku di tanya udah siap atau belum, aku jawab udah mas. Tapi Melodi masih kecil aku takut jika kasih sayang kita akan terbagi. Tunggu melodi hingga  ia sudah tahu apa yang namanya adik”masih sibuk mamakaikan baju ke tubuh anaknya

“....” hening
“mas jangan salah paham ya.... aku siap kalau mas mau ambil hak mas sekarang... tapi pikirkan melodi mas”jelas adis itu

“aku tahu, apa aku harus mengalah untuk satu orang anak? Aku harus menunggu ia berapa tahun lagi?” lesu Dafi

“kalau mas Dafi gak sabar. Aku siap kok ...kapan aja”jelas Elin
“kalok nanti?” tanya Dafi

“ insyaallah”
“ ya udah aku mau mandi dulu, gak sabar nunggu nanti malam" seru Dafi sembari ngacir menuju kamar mereka.

“mbak”panggil Minah
“iya bu”
“tuan kenapa?’
“enggak papa. Aku titip melodi ya bu...aku mau nyusul mas Dafi.”
“iya mbak” Elin pun berjalan menuju kamar

Sesampai di sana Elin menyiapkan baju untuk dirinya dan suaminya, selang 5 menit Dafi keluar dari kamar mandi dengan  menggunakan celana pendek dan handuk yang di sampirkan di bahu tegapnya itu

“kamu udah makan mas?” tanya Elin
“udah tadi sama klayen, buruan mandi keburu azan maghrib”
“iya mas”sembari berjalan menuju kamar mandi tidak lupa dengan baju gantinya

Belum lama gadis itu masuk kekamar mandi ia kembli keluar untuk mengambil sesuatu dari almari

“ada yang ketinggalan?”
“iya mas” buru buru Elin ngacir ke kamar mandi lagi

Setengah jam lebih baru Elin keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju dan rok panjang,   ia berjalan mendekati suaminya yang  duduk bersandar di kepala ranjang sibuk dengan laptopnya

“mas” sembari ikut ikut bersandar di sana
“ada apa? Udah selesai?” sembri menaruh laptop itu di nakas.
“udah...tapi”

“tapi apa?” tanya  Dafi sembari menyandarkan kepalanya ke bahu istrinya.

“aku...aku lagi dapet Bulan mas, maaf...” sembri memainkan jari kelingkingnya

“lah....kenapa harus sekarang...gak bisa di tunda ya?”kata Dafi polos
“ya gak bisa lah mas, maaf. “

“terus gimana” sembari mengubah posisi yang tadinya kepalanya di bahu istrinya sekarang berganti di pangkuan istrinya

“aku gak tahu, tapi tunggu sampai selesai ya mas”

“aduh....kalok gak bisa gimana?”
“aku minta maaf”
“....”
“mas?”
“hem....”
“jangan marah... aku juga gak tahu”
“ya udah mau gimana lagi”sembari memeluk perut istrinya
“aku harus puasa berapa hari?”
“kenapa harus puasa? Kan gak hari ramadhan”
“auk ah.... lebih baik aku shalat... udh mau azan” masih dengan kepala di prut istrinya.

2 minggu sudah berlalu saat Dafi meminta haknya kepada sang istri dan selesai itu pun istrinya menepti janjinya kalau ia akan melayani suaminya. Malam itu mulai berlalu hingga sinar matahari mulai mengusik sepasang manusia yang sedang bermesraan di dalam selimut tebal itu

“mas bangun” seru Elin setelah ia selesai menyesuaikan matanya untuk menerima cahaya .

“nanti aja aku capek....libur aja sehari ya... kita main lagi” kata sang suami sembari memeluk istrinya lebih erat lagi

“mas...jangan mulai deh! Ayo bangun kita nanti telat kerja” jelas Elin

“kita? Bukannya cuman aku yang kerja? Kamu kerja apa”
“ aku...aku...aku kan juga harus kerja jaga  Melodi terus bantu bersihin rumah...udah ah mas....aku mau mandi”

karna Elin mulai takut kalau kebohongannya itu terbongkar ia segera memaksa tangan suaminya untuk lepas dari perutnya dan ngacir menuju kamar mandi tapi sebelum sampai di sana ia berhenti di tempat duduk dekat kaca rias

“kenapa? Masih sakit?” tanya sang suami sembari menggunakan celana pendek dan mendekati istrinya yang sedang pringas-pringis menahan sakit

“iya...tapi dikit....”
“ya udah sini serahkan padaku”sesampai di hadapan istrinya Dafi segera menggendong istrinya dan berjalan menuju kamar mandi.

“malu maluin aja mas...aku masih bisa jalan sendiri” sesampai di kamar mandi namun Elin masih berada di gendongan sang suami

“gak papa...itu karna ulah ku jadi aku mah siap kapan aja bantu kamu, udah cepet mandi terus  gantian aku” sembari  menurunkan istrinya dari gendongan dan mulai keuar dari kamar mandi tidak lupa sebelum keluar Dafi menyempatkan untuk mencium dahi sang istri. Sepertinya itu sudah menjadi hoby untuknya saat ini.

Pengantin Yang Tertukar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang