“kenapa? Kenapa ini bisa terjadi? Apa alasannya? Lalu saat ijab kobul nama siapa yang aku sebutkan? Dan orang yang aku temui saat diner itu siapa?”tanya Dafi masih dengan nada biasa.
Ia tahu saat ini tidak ada baiknya jika dirinya marah,malah akan memperpuruk masalah, lebih baik ia bertanya dengan nada halus,secara agar orang yang berada di depannya bisa sedikit reda tangisannya.
_________________
"karna kakaku Erlin tidak suka di jodoh-jodohin. Dan saat diner itu selesai kak Erlin ingin membatalkan pernikahan karena orang yang akan menjadi suaminya sudah punya anak, ia tidak mau kalu dia menikah dengan duda anak satu. Maka dari itu aku di paksa untuk menggantikan kakaku. Kalau masalah nama yang kau sebut aku tidak tahu karna saat pernikahan itu aku sibuk dengan gaun yang sangat terbuka hingga aku mencari baju dan hijab yang senada dengan gaun itu"jujur Elin sembari mengusap kasar pipinya.
Tanpa di sangka setelah mendengar penjelasan dari istrinya Dafi segera keluar dengan membawa hp, tanpa berpamitan kepada istrinya.
"apa dia marah?"resah Elin sembari duduk memeluk kedua lututnya.
Hingga azan subuh sudah terdengar baru suami Elin kembali ke kamar mereka
Elin yang tadinya duduk di sofa segera bangun dan berjalan mendekati suaminya" maaf jika itu membuatmu marah. Tapi jangan menyiksa dirimu sendiri, insyaallah aku siap untuk kau ceraikan"
"cukup untuk bilang kata itu Elin, aku tidak masalah siapa yang akan menjadi istriku. Tapi aku bersyukur karna apa? Karena Allah memilihkan istri sebaik dan sesolehah dirimu" jelas Dafi sembari memeluk Elin.
Elin yang tidak pernah di peluk laki-laki selain ayahnya merasa terkejut dan bingung,gadis itu hanya dia dan tidak membalas pelukan suaminya.
"apa kamu marah?" tanya gadis itu lirih masih di dalam pelukan suaminya
"ya...aku akan marah jika kau tidak menjelaskan itu semua, tapi aku senang ternyata nama yang aku sebut di dalam ijab kobul adalah dirimu istri dunia akhirat ku"jelas Dafi sembari mencium kening istrinya itu."apa kau menyesal menikahi ku?"
"insyaallah tidak"kata Elin
"kalau begitu bolehkah aku melihat sesuatu di balik hijab panjang mu itu?"tanya Dafi sembari memegang bahu istrinya
"boleh tapi aku malu""kenapa malu kau sudah jadi istri sah ku" jelas Dafi
"baiklah tapi jangan marah jika saat membuka tidak seperti ekspetasi" jelas Elin sembari ingin membuka hijabnya"tunggu......biar aku saja yang membukannya ya" bersamaan Elin menjawab dengan anggukan pelan.
"betapa indah surga yang kau berikan kepadaku ya Allah" puji Dafi sembari mencium pipi Elin. Wanita itu pun dengan secepat kilat berubah menjadi kepiting rebus."oek....oek.....oek...." tiba tiba suara bayi mengganggu kemesraan mereka berdua.
"Melodi menangis aku harus kesana" sembari berjalan meniggalkan istrinya.
"begitu sayangnya mas Dafi kepada putrinya" kata Elin di dalam hatiElin pun menggunakan hijapnya kembali dan berjalan mengikuti suaminya itu.
"oek......oek....." sura bayi itu semakin dekat dan semakin jelas.
Elin pun berhenti dan bersandar di tembok sembari melihat suaminya menggendok bayi itu."maaf tuan ...popok melodi kepenuhan jadi ia menangis" jelas pelayan itu
" ya sudah kalau begitu biar saya yang menggantikannya. Kamu kembali saja ke kamar"
" baik tuan" sembari berjalan menuju pintu keluar.
dengan secepat kilat Elin berjalan cepat dan bersembunyi di balik guci besar.setelah menurut gadis itu aman ia keluar dari persembunyian dan muli berjalan dan berdiri di depan pintu kamar bayi itu.
Elin hanya bisa diam mematung sembari melihat betapa telaten suminya itu menggantikan popok.
Tanpa di sengaja pula saat Dafi sudah selesai dengan kesibukannya ia sedikit menengok ke arah pintu karena ia merasa ada seseorang di sana dan ternyata benar istrinya yang sedang berdiri memandang dirinya.
" kenapa tidak masuk?" tanya Dafi sembari menggendong Melodi
"a....apa aku boleh masuk?"tanya balik Elin" siapa yang melarang mu, ayo masuk"wanita itu pun berjalan memasuki kamar itu dan berdiri di depan suaminya sembari pandangannya masih tertuju pada melodi.
"kau mau menggendongnya?"tawar Dafi
"mau, tapi takut" jelas Elin
"tidak apa, pelan pelan saja. Kau bisa menggendong nya begini ini disini dan kepalanya di sebelah tangan kiri" jelas Dafi sembari menyerahkan Melodi ke gendongan Elin"wah.....dia sangat cantik....tapi aku takut kalau bergerak malah mebuat melodi bangun"lugu Elin
"jika kau tidak menimangnya ia akan menangis ayunkan dia kekanan dan ke kiri" jelas Dafi sembari memeragakan tangannya yang kosong tanpa membawa apa apa"dia....dia... melihatku mas... dia melihat ku..." antusias Elin tanpa sengaja gadis itu memanggil suaminya denga kata mas.
"benarkah" kata Dafi sembari tersenyum karena ia senang dapat mendengar Elin menyebut dirinya dengan kata itu.
"tapi kalau boleh jujur maaf sebelumnya, tapi...tapi.... melodi tidak mirip dengan mu mas?" tanya Elin polos.
" kau lelah berdiri?" tanya Dafi
"iya, tapi apa aku bisa duduk saat menggendong dia?""tentu saja bisa" sembari nenuntun gadis itu menuju sofa
" kalau boleh jujur di bukan anak kandung ku.... dia anak dari temanku yang melakukan hubungan tanpa ikatan pernikahan hingga ia hadir di dunia ini. Saat ia ingin di masukkan ke panti aku menahannya dan mengadopsi anak mereka" jelas Dafi
"mas sangat baik, lalu mas....maksud ku mas...berarti belum menikah?"
" ya benar aku masih lajang tapi sekarang aku sudah melepas masa lajang ku dengan mu"kata pria itu.
"lalu yang-"
"ya benar mugkin kakak mu itu salah paham jadi ia menolak ku""kalau begitu aku harus bilang ke kak Erlin kalau mas masih lajang" polos Elin
" lalu kalau sudah bilang mau apa?"
"enggak tahu" sembari cengar cengir." udah ayo kita shalat subuh... aku akan menaruh melodi kamu ke kamar dulu nanti aku nyusul" sembari mengambil alih melodi
" baik mas" berjalan meninggalkan kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Yang Tertukar.
Teen FictionPerkenalkan namaku Elina Janeta sering di panggil Elin, aku memiliki saudara kembar yang bernama Erlina Janeta. Karena Erlin kakakku,aku harus menikah dengan calon suami saudaraku alasannya ia merasa ditipu karena calon suaminya itu sudah beranak s...