Kriet....
Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Elin yang berbalut dres panjang selutut dengan handuk menghiasi rambut hitamnya,sudah 1 hari berlalu setelah pertengkaran hebat itu mereka sudah kembali membaik.
“gak biasanya pakai baju segitu dek? Biasanya gamis?”tanya suaminya sembari menaruh androidnya di nakas dan berjalan mendekati sang istri yang sedang duduk di kursi rias.
“enggak...cuman lagi pengen aja mas soalnya hawanya agak gerah di kulit”jelas Elin
“kalau panas AC bisa di nyalain kan?kenapa harus repot-repot pakek baju ini?” sembari mencengkram bahu istrinya secara lembut namun tiba-tiba Elin sedikit meringis
“kenapa...ada apa?”tanya Dafi kawatir segera ia melepas pegangannya pada bahu sang istri
“tidak ada mas “sembari tersenyum kepada sang suami.
“ada apa jangan mulai berbohon dek”kata Dafi
“eh....hanya sedikit pegal di lengan mas dan menjalar kebahu mungkin besok sudah sembuh”bohong Elin
“coba aku liat lenganmu” sembari sedikit menyigap kain yang menutupi lengan sang istri namun ditahan
“tidak terlalu sakit mas...jangan kawatir”jelas Elin sembari memegang tanga suaminya
“kalau tidak papa biar mas lihat” sembari membuka lagi lengan baju Elin yang hanya sebatas siku
Sang istri hanya diam saat gulungan baju itu sudh sampai ke tujuan Dafi tercengng“ini kenapa kok membiru?”tanya Dafi
“itu....itu...hanya...”
“jujur dek.. jangan mulai berbohong pada ku”tegas Dafi“kalau aku jujur mas jangan merasa bersalah”
“ada apa”“ini....ini...luka pertengkaran kemarin mas...tapi tenang aja udah gak terlalu sakit kok, mas jangan kawatir ya” sembari berdiri dan memeluk sang sumi.
“apa aku menyakitimu?”lirih Dafi mengingat pertengkaran kemarin saat ia mencengkram bahu sang isti yang terlalu kuat. Sembari memeluk erat sang istri
“enggak ko mas... mas enggak menyakiti ku...hanya saja aku yang terlalu lemah jadi gampang terluka” sembari mengusap dada sang suami
“maaf kan aku”sesal Dafi
“aku sudah memaafkan mu mas”sembari memindahkan tangannya untuk bergelayut manja di leher sang suami”aku gak papa”“kalau begitu biar aku yang mengobati lukamu”
“baiklah, akan aku ambilkan kotak obatnya” sembari menyudahi pelukan itu.Dafi merasa tidak pantas menjadi suami. Ia hanya laki laki yang cuman bisa menyakiti sang istri tercinta. Membuat sang istri tertawa lepas pun tak pernah, apa dia layak di panggil suami?
“ini mas kotak obatnya” sembari mengulurak benda itu dan menarik sang suami menuju balkon duduk di kursi yang terdapat di sana
“apa sakit” sembari mengoleskan salep diluka Elin dengan perlahan
“enggak kok”bohong Elin padahal rasa sakit itu masih terasa sampai punggung atasnya namun ia tidak mau berkata jujur , itu hanya bisa membuat suminya kawatir dan merasa bersalah
“sudah” sembari mengelus pelan pipi sang istri
“mas aku mau bilang sesuatu tapi mas harus jujur dan pilih salah satu dari pertanyaan ku” kata elin sembari duduk sedikit merapat pada sang suami dan bersandar di bahu Dafi
“bilang lah”
“sejujurnya aku bingung mas, dari awal aku ingin kuliah tapi tabungan yang aku kumpulkan belum terlalu cukup. Apa aku hamil dulu baru kuliah ya mas?atau aku hapus aja harapan ku buat kuliah?seandainya aku sudah punya anak dan aku kuliah. Kan kasihan anak kita nati mas.menurut mas gimana?”jelas Ein“kalau mas tawarin biar mas yang bayar kuliah kamu bagaimana?”tanya Dafi sembari mengusap kepala sang istri
“aku gak mau mas...aku dari dulu ingin kuliah dengan uang usahaku sendiri, aku gak bermaksud menolak usul mas tapi hanya saja aku gak mau ngerepotin mas”jelas Elin
“kenapa kamu masih berfikir seperti itu Dek aku suami mu aku sudah punya kewajiban untuk memenuhi semua kebutuhan mu. Jadi jangan bilang kalau semua itu ngerepotin buat mas” sembari mencium lembut kepala sang istri
“kalau begitu... kita tunggu 3 bulan dari sekarang. Kalau Allah sudah berkehendak memberi kita anak,aku gak akan kuliah .”jelas elin.mungkin ini jalan terbaik menurut wanita itu
“kalau begitu mas setuju, jangan kecewakan mas ya” sembari menarik sang istri agar duduk di pangkuannya
“insyaallah enggak mas” sembari tersenyum.
3 bulan berlalu ini saatnya kepastian apa kah Elin sudah mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliah atau berhenti untuk memilih menjadi ibu rumah tangga.
Wanita ini sedang menyibukan diri di toko Roti, elin masih bertahan bekerja disini.lagi pula suaminya sudah membolehkan untuk bekerja yang terpenting tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri.
Ting...
Suara lonceng Toko bersuara
Elin yang awalnya pandangan tertuju pada roti yang sedang ia tata sekarang berubah memandang sosok yang sedang berdiri di depan pintu toko“kak erlin”lirih elin
“bisa bicara sebentar?”sembari mendekati sang adik.
“boleh...silahkan duduk kak” sembari mengarahkan tangan itu ke sebuah meja yang letaknya di pojok ruangan.
Ngapain juga si Erlin balik lagi ke toko.
Bikin rusuh aja😏.
Pengen tahu PART selanjutnya jangan lupa tinggalkan jejak😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Yang Tertukar.
Fiksi RemajaPerkenalkan namaku Elina Janeta sering di panggil Elin, aku memiliki saudara kembar yang bernama Erlina Janeta. Karena Erlin kakakku,aku harus menikah dengan calon suami saudaraku alasannya ia merasa ditipu karena calon suaminya itu sudah beranak s...