Elin POV
6 bulan sudah berlalu perut ku semakin buncit, tapi beda dengan rumah tanggaku yang semakin rumit.
Padahal aku sudah memulai pembicaraan setiap pagi dan menunggu mas dafi pulang setiap malam,namun suamiku malah mengabaikan ku.
Seperti malam ini aku menunggu mas dafi di sofa ruang tamu sembari duduk membaca buku ibu hamil.
Padahal waktu sudah menunjukan pukul 10 malam namun dia belum pulang juga, sebenarnya apa yang dikerjakannya hingga selarut ini.
“nak Elin, apa kau tidak lelah duduk sendiri di sana?”tanya bu minah sembari membawa susu ibu hamil berjalan mendekati ku.
“tidak bu, hanya saja aku kawatir dengan mas dafi kenapa belum pulang pulang ya? Padahal udah malam”jelas ku sembari menaruh buku di atas meja.
“ya sudah kalau begitu minum susu mu, kau tadi belum makan setidaknya pentingkan kesehatan janin mu nak”sembari memberikan susu itu kepada ku.
“makasih bu” ku terima susu itu dan meminumnya sampai habis, entah kenapa jika aku tidak melihat mas Dafi pulang. Aku tidak merasakan lapar saat makan malam tiba.
“mau di buatkan sesuatu sebelum ibu tidur”
“tidak terima kasih, ibu bisa tidur kalau sudah lelah”“ya sudah kalau begitu ibu tidur dulu kalau ada apa-apa bangunkan ibu saja”
“baik” bersamaan bu minah sudah berjalan meninggalkan ku
Aku pun melanjutkan aktifitasku untuk membaca buku.Namun yang awalnya buku info mengenai ibu hamil sekarang yang ku baca adalah buku yang aku beli 6 bulan yang lalu.
Ya benar, buku kumpulan materi kuliah yang di sobek mas Dafi tapi kalian tahu sekarang sudah dapat di baca.
Ya. . . walau tempelan dan penuh isolasi tapi tetap bermanfaat untuk ku.Kalian tahu? terkadang aku diam diam meminjam komputer mas Dafi yang berada di ruang kerjanya untuk mencari ilmu mengenai kuliah dll.
Sebenernya aku mampu untuk membeli materi perkuliahan yang lebih lengkap, tapi aku memilih jalan itu karen menurutku Lebih baik uang nya aku tabung untuk persalinan dan kebutuhanku saat mendadak akan melahirkan.
Hanya untuk cadangan kalau mas dafi tidak mau membiayai biar uang tabungan ku saja yng berkurang.
Karena aku tahu kalau saat ini kantor suami ku belum sepenuhnya pulih.
Saat ini aku sudah tidak kuat lagi menunggu mas dafi pulng waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Mata ini sudah mulai mengantuk. Ku rebahkan tubuh ini di atas sofa dan mata ini pun mengikuti alur untuk langsung terpejam dan menyusuri alam mimpi
Dafi pov
Pukul 00.30 malam aku tiba di rumah, saat tangan ini membuka pintu pandangan ku langsung tertuju pada sosok wanita yang sedang tidur terlentang di atas sofa sembari tangan yang menggelantung ke bawah.
Siapa lagi kalu bukan istriku, apakah aku masih pantas menyebut dirinya istriku?
Karena selama ini aku sudah tidak memberinya nafkah lahir dan batin.
Aku hanya memberinya kesengsaraan dan menghancurkan cita cita wanita itu untuk menjadi seorang sarjana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Yang Tertukar.
Teen FictionPerkenalkan namaku Elina Janeta sering di panggil Elin, aku memiliki saudara kembar yang bernama Erlina Janeta. Karena Erlin kakakku,aku harus menikah dengan calon suami saudaraku alasannya ia merasa ditipu karena calon suaminya itu sudah beranak s...