Pagi sudah tiba,matahari mulai menunjukkan dirinya. Malam tadi biasanya Elin akan shalat tahajud bersama dengan sang suami namun saat wanita itu sudah sampai di depan pintu kamar sang suami,ia takut kalau suaminya itu akan marah lagi.
Akhirnya ia urungkan untuk kembali dan menjalankan shalat sunah terebut sendiri,pagi ini Elin sudah kembali bergulat di dapur untuk memasak.
saat wanita itu melihat sang suami yang sedang mengambil air putih di meja ia menawarkan makanan dengan nada lirih namun jelas untuk di dengar.
"mas mau makan dulu atau_"
"aku gak napsu makan"setak sang suami sembari berbalik keluar dari dapur."kalau begitu apa mas mau bawa bekal? Aku sudah menyiapkan"jelas elin sembari membawa kotak bekal itu dan berjalan menyusul sang suami menyodorkan di depannya
"sudah ku bilang aku gak napsu makan "sembari mendorong kasar bekal itu, beruntung tidak sampai terjatu.
"kalau begiu perbolehkan aku menyalamimu mas"ijin Elin kepada sang suami.
Dafi pun menyodorkan tangannya itu di depan sang istri Elin pun dengan senang hati menerima uluran itu dan menciumnya denga tulus.
"mas aku izin beli buku setelah pulang kerja boleh gak?soalnya ada info dari TV kalau ada buku kumpulan materi Kuliah yang bisa aku pelajari"jelas sang istri
"jika aku melarang apa yang akan kau lakukan?"tanya sang suami dengan nada sedikit meninggi sembari menarik tangannya dari genggaman sang istri.
"tapi mas...aku butuh buku itu, aku biar bisa tahu bagaimana materi perkuliahan itu dan seperti apa"jelas Elin sembari merunduk
"terserah jika kau ingin kesana. Itu hanya alasan mu saja ingin bertemu dengan selinguhanmu" sembari berjalan cepat meninggalkan sang istri yang masih menunduk
Wanita ini hanya bisa diam sembari meremas kuat bekal makan yang di tolak sang suami.
Elin sudah mendengar deru mobil sang suami yang keluar dari pekarangan rumahnya,ia segera bergegas mengambil tasnya dan berangkat untuk bekerja.
Elin kira suaminya akan memperbolehkan dirinya ke Toko buku, padahal wanita itu sangat membutuhkan buku itu untuk menambah ilmu sebelum ia ingin kuliah.
Mau bagaimana lagi Dafi tidak memperbolehkannya ia harus menelan pahit harapannya saat ini.
"Elin"panggil lusi dari depan pintu toko
"iya ada apa?" sembari berjalan mendekati teman kerjanya itu."aku udah gak sabar ke Toko buku, nanti jadi ke sana kan?" semangat lusi.
"maaf lus...tapi aku di suruh langsung pulang sama mas Dafi, aku gak boleh kesana"jelas elin sembari masuk dan mengambil topi kerja di meja kasir
"kenapa?katanya kamu butuh buku itu?lagi pula jalan kaki dari sini kan bisa, deket kok hanya di ujung jalan sana"jelas Lusi
"aku takut soalnya gak dikasih ijin sama mas Dafi"lesu Elin
"kalau begitu pas istirahat kerja nanti aku mau kesana sendiri aja , ngomong ngomong mau titip buku yang kamu pengen?""mau....mau banget.....
beneran boleh?kalau begitu pakai uang mu dulu nanti kalau udah tahu harganya akan ku ganti sesampai kau di sini" senang elin"boleh....kalau begitu kan kamu gak melanggar perkataan suamimu, dan buku yang kamu inginkan juga dapat."
"makasih banya ya""santai aja"
Dafi POV
Saat ini aku sedang menyibukkan diriku di depan laptop sembari membolak balik dokumen yang membuatku frustasi,bagaimana aku bisa teledor hingga ada pegawai dengan pandainya korubsi 1M.
Beberapa hari yang lalu aku terpaksa meminjang uang di bank untuk memulihkan kantorku, mau bagaimana lagi hanya ini cara ku untuk mempertahankan usahaku yang sudah aku bangun dari nol hingga seperti ini.
Memikirkan kantor membuatku ingin marah dan di tambah lagi masalah di rumah. Rasanya hati ini tidak tega saat memarahi istri tercinta, istri yang patuh terhadap setiap peraturanku.
Namun aku juga sangat terpukul saat melihat foto yang dikirimkan oleh Erlin,teganya istri ku sendiri selingkuh di belakangku.
Tok....
Tok....
Tok...
Kriet...Tiba tiba suara pintu di ketuk di selingi dengan decitan pintu yang di buka pelan.
"maaf tuan ada yang ingin bertemu dengan anda" jelas sekertaris ku.
"siapa?"
"namanya nyonya Erlin tuan"
"biarkan di masuk" kataku sembari menata berkasku."baik tuan"berjalan meninggalkan ruangan ku.
Tok....
Tok...."masuk" seru ku
"hai...." sapa Erlin sembari berjalan mendekati meja ku"ada perlu apa kau datang ke kantor ku?"tanyaku
"kebetulan aku tadi lewat di depan kantormu jadi aku mampir kesini. Apa aku salah?""tidak, silahkan duduk" kata ku sembari menunjuk ke arah sofa di ruangan ini
"oh...terima kasih" jawabnya menuju sofa dan duduk di sana."bagaimana? "
"apanya yang bagaimana?"tanyaku bingung
"tidak....maksud ku bagaimana dengan foto itu?apa kau memarahinya?""ini urusan keluargaku jangan kau ikut campur"jelas ku
"wow....santai dong....kalau boleh jujur saat pernikahan kita yang sedang berlangsung saat itu, aku di paksa untuk tukar tempat agar yang menikah dengan mu itu Elin bukan aku"jelasnya
"apa maksud dari perkataan mu?"bingungku
kenapa Erlin bisa bilang seperti itu.
Maaf belum bisa teratur untuk nambah PART.
Sekolah saya menerapkan Full Day School jadi saya gak bisa tiap hari aplout di karenakan banyak tugas jadi mohon keringanan pembaca.
Insyaallah saya usahakan segera menyelesaikan cerita ini sampai
Ending.😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Yang Tertukar.
Teen FictionPerkenalkan namaku Elina Janeta sering di panggil Elin, aku memiliki saudara kembar yang bernama Erlina Janeta. Karena Erlin kakakku,aku harus menikah dengan calon suami saudaraku alasannya ia merasa ditipu karena calon suaminya itu sudah beranak s...