PART 22🍁MABUK 🍁

11.1K 420 11
                                    

"tidak mas aku tidak minta uang padamu, bolehkan aku memeriksanya sekali ini saja aku mohon mas”
“TIDAK....!!”

Brak. . .

Ku dorong pintu sekuat mungkin.

_____________

Elin pun berjalan menuju ruang makan menemui bu minah.

“nak Elin sudah membuat susu?”tanya bu minah sesampai elin di sana

“belum bu_nanti aja aku belum lapar” jawab Elin sembari duduk di ruang makan dan mengambil air putih dari meja dan menuangkannya di gelas

“bagaimana? Apa kau boleh pergi?”
“tidak bu. Mungkin lain kali boleh”sembari tersenyum pada bu minah

“tidak usah menutupi kesedihanmu dengan senyumanmu itu”
“maaf”

“ya sudah tuan ingin makan apa? Biar ibu yang belanjakan dan kamu yang memasaknya”hibur minah

“tidak bu, seperti biasa mas dafi makan di kantor”lesu Elin
“kalau begitu apa kau mau masak sayur?biar ibu yang belanja”

“tidak usah bu, yang makan cuman aku jadi masak seperti biasa aja. Kalau ibu mau masak sayur tidak apa”

“kenapa seperti biasa terus nak? Apa kau tidak bosan dengan lauk telur dan kecap saja?”
“tidak bu, biar uangnya buat masak nanti malam jika mas dafi ingin makan.”

“biar ibu belanjakan dengan gaji ibu ya nak”
“tidak bu tidak usah_aku cukup dengan telur dan kecap sudah menyenangkan,nanti malam saja masak sayur nanti aku akan belanja ke pasar sembil beli buah”

“kalau nanti malam tuan tidak makan pastinya kamu juga tidak ikut makan dan lauk terbuang sia-siakan”

“ibu benar, tapi jika aku makan dengan lauk seadanya pastinya nanti malam bisa masak buat mas dafi kan” senyum elin

“terserah nak, ibu akan masak telur. Kau buatlah susumu dan makan pagi ya”
“baik bu”

Tanpa mereka duga ternyata dafi mendengar percakapan mereka

Saat ingin berangkat bekerja dan tanpa sengaja percakapan itu menarik pehatian dafi.

Daf POV

Ternyata selama ini istriku saat pagi tidak masak apa apa jika aku tidak sarapan,

Dia hanya makan telur dengan kecap. Sedangkan aku dipagi hari mampir ke lestorant mewah memesan makanan yang paling enak.

Sedangkan istriku dirumah hanya makan lauk seadanya untuk menyisakan uang agar bisa memasak di malam hari agar aku bisa ikut makan malam.

Namun nyatanya aku tidak makan malam, dan akhirnya masakan itu berakhir di tong sampah.

Apa kah aku sejahat itu? Hingga istriku dengan relanya menyisakan uang untuk ku agar aku bisa makan.

Nyatanya aku tidak pernah memberi uang padanya,hingga ia merelakan dirinya dengan lauk seperti itu.

Apa kah Aku masih pantas di panggil suami?

Kulihat di sana Elin sudah memulai sarapannya dan saat ingin memasukkan nasi di mulutnya aku berjalan memasuki ruangan ini dan duduk di depan istri ku.

Pengantin Yang Tertukar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang