SICK

294 34 14
                                    

Berhari-hari dia dirundung jengkel. Pertama karena demi apapun dia masih merasa dilecehkan setelah insiden Suga mengetahui jika dirinya tidak menggunakan Breast Holder saat mengantar makanan ke rumahnya.

Gadis itu sampai heran bagaimana Suga bisa tahu padahal dia tidak menggunakan baju transparan. Saat itu dia ingat betul dia memakai kaos hitam dengan sablon full block di depannya yang bahkan Seokjin pun tidak akan tahu jika adiknya sedang tidak pakai BH.

Tapi lagi-lagi Vee dibuat berpikir keras bagaimana Suga bisa tahu kalau dia tidak memakai benda yang sebenarnya tidak berpengaruh pada kencang atau tidaknya bentuk payudara perempuan.

Kedua, karena entah bagaimana Seokjin dan Suga menjadi berteman. Padahal jika dilihat, mereka memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Suga yang dinginnya seperti kutub utara, sedangkan Seokjin dengan kelakuannya yang kadang bisa membuat anak TK merasa malu berdekatan dengannya.

Selama mereka berteman, hanya sekali dua kali Vee dan Suga berinteraksi. Selebihnya, Vee memilih menghindar karena dendam kesumat akan bibir Suga yang sekonyong-konyong mengingatkannya untuk mengenakan underwearnya.

Tapi, terkadang, manusia selalu kalah dengan takdir. Kita bisa saja menginginkan A, tapi seringnya semesta memberikan kita B. Dan hal itu sedang dialami Vee. Mati-matian dia bersumpah tidak ingin berinteraksi dengan Suga, tapi kini dia malah harus berhadapan dengan laki-laki itu.

Mamanya sedang pergi menemani Seokjin yang tiba-tiba mendapat jackpot karena program game terbarunya dibeli dan akan diluncurkan oleh salah satu perusahaan game ternama di Amerika.

Sementara Vee tiba-tiba jatuh sakit karena berhari-hari dia harus begadang karena deadline pekerjaannya. Ditambah pola makan yang tidak terjaga membuat lambungnya sedikit rewel.

“Makanya kakak sudah bilang kan kalau kau harus belajar mandiri. Kemampuan masak itu penting. Paling tidak dengan memasak kau tahu makanan apa yang kau makan. Sehat atau tidak. Bersih atau tidak. Lihat karena jajan terus di luar kau jadi sakit.”

KLIK !!!

Vee mematikan teleponnya. Kupingnya panas mendengar ocehan Seokjin.

TENG NING NENG !!!

Setelah Vee manaruh handphonenya, suara pintu rumahnya yang terbuka membuatnya mengernyitkan dahi. Dia sudah mau beranjak dari tempat tidurnya untuk melihat siapa yang bisa membuka password rumahnya itu.

Matanya membeliak saat Suga tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan hanya menggunakan celana boxer hitam pendek dan kaos berleher rendah berwarna senada dengan celananya.

“Kau ? Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku ?”

“Lewat pintu, bodoh !”

“Ck, kau tahu maksud pertanyaanku.” Sahut Vee cepat-cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya menggunakan piyama tipis. Dia tidak mau lagi dilecehkan oleh Suga.

“Tidak usah kau tutupi. Aku tetap bisa melihatnya.”

Vee sudah akan melempar bantal yang ada di sebelahnya, tapi Suga yang duduk di sebelahnya, mengecek dahinya, dan mengusap lembut puncak kepalanya yang membuat niatnya tertahan.

“Kau demam. Bisa saja lambungmu infeksi. Ayo ke dokter. Dan jangan menolak ! Aku capek setiap hari di telpon Seokjin untuk mengecek keadaanmu. Kalau tahu adiknya gampang tumbang begini kenapa tak dibawa saja.”

Vee tidak bisa berkata apapun. Suga yang ia tahu selama ini sangat dingin membuatnya terpana sekarang. Laki-laki itu masih sama sebenarnya. Raut mukanya datar. Tatapan matanya tetap tajam. Tapi ada nada bicara yang sarat akan kekawatiran yang bisa Vee tangkap.

Gadis itu ingin menolak bantuan Suga karena yah mau bagaimana pun Suga dan mulutnya yang suka nyablak tanpa tedeng aling-aling sering membuatnya jengkel. Tapi mau bagaimana lagi daripada dia mati sia-sia karena tidak ada yang merawatnya, membuat Vee membiarkan Suga merawatnya.

Apalagi dia tahu kakaknya sudah berteman baik dengan Suga meski karakter mereka bertolak belakang. Hal itu bisa jadi tolak ukur Vee melihat bahwa Suga sebenarnya tidak semengerikan itu ?

- to be continued -

Thanks if you vote and comment.

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang