Hari-hari lalu, sekuat mungkin ia menahan diri untuk menghentikan tangis. Mencoba waras agar fisiknya tak semakin lemah, terkuras karena terus terisak.
Namun, kini, di depan altar pemakaman mamanya, Vee bahkan tidak menitikkan air mata sedikit pun. Juga ketika Seokjin tergugu begitu hebat, Vee sama sekali tak ikut menangis.
Sepasang netranya mungkin tampak kosong, tapi sebenarnya ia sedang menatap lekat foto mendiang mamanya. Ia amati foto mamanya lekat-lekat, meresapi arti lengkung kedua sudut bibir sang mama yang tertarik ke atas, menampilkan senyum begitu rupawan.
Vee ingat betul bagaimana senyum itu terukir. Saat itu ayahnya baru saja membeli kamera profesional demi menekuni hobi barunya. Ia dan kakaknya sampai berebut ingin difoto, tapi sang ayah menolak mati-matian dengan canda bahwa ayah mereka sedang tidak ingin memotret anak-anaknya yang belum mandi.
Seketika, saat itu, Seokjin mandi-- membersihkan diri demi memperoleh perhatian dari sang ayah. Sementara Vee acuh tak acuh meski sebenarnya dalam hati ingin difoto juga.
Ayahnya memang sedang mengoda mereka. Seokjin sudah mandi, sang ayah tetap tidak mengambil gambar Seokjin. Padahal kakaknya itu sudah memasang pose paling menggemaskan yang sebenarnya malah membuat Vee merasa malu sendiri melihat tingkah sang kakak.
Park Yura; alasan sebenarnya sang ayah tidak mau memotret mereka adalah ibunya. Laki-laki paruh baya yang sudah mulai memutih rambutnya itu ingin mengisi memori pertama pada kameranya dengan potret sang istri. Saat itu Yura sedang berpergian bersama dengan teman-temannya. Dua hari ayahnya menyembunyikan kameranya, menunggu pujaan hatinya pulang terlebih dahulu.
Sampai dua hari kemudian, mamanya pulang dan sang ayah baru menggunakan kameranya. Entah sihir apa yang digunakan sang ayah, tapi mamanya terlihat begitu cantik melalui bidikan suaminya padahal saat itu Yura belum membersihkan diri dari sisa perjalanannya.
Dan kini, foto yang selalu disimpan sang ayah terpajang begitu apik bersama dengan setumpuk bunga di atas meja, berjejer dengan lilin kecil yang digunakan oleh pelayat yang ingin memberi penghormatan terakhir dengan cara menyalakan dupa dan menancapkannya di atas guci.
Satu persatu kerabat dekat mereka datang memberi penghormatan pada mamanya. Mereka tampak begitu kehilangan sampai ada yang lemas terduduk di depan meja persembahan. Berpikir mungkin, bagaimana seorang Yura yang terlihat sangat kuat dan keras menyerah pada kehidupan dengan cara yang sangat tragis. Tapi, di mata Vee, raut duka mereka malah terlihat indah. Vee berpikir, itu artinya mendiang mamanya banyak dicintai oleh orang-orang terdekatnya.
Mungkin itu yang membuat Vee tidak bisa menangis meski hatinya terasa begitu sakit setiap kali teringat wanita yang sudah melahirkannya mati bunuh diri.
Selain ia dan Seokjin, tidak ada yang tahu alasan dibalik mamanya mengakhiri dirinya dengan cara begitu menyedihkan. Dan alasan itu kini sedang duduk terpekur di sampingnya yang diminta menyingkir sebentar guna mempermudah para pelayat untuk memberi penghormatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW NEIGHBOR ✔
Fanfiction[21+] Dia adalah Min Yoongi. Tetangga baru yang tiba-tiba melamarmu dengan cara yang tidak biasa. --- [After Marriage] Sequel dari New Neighbor. Setelah janji bersama sehidup semati disaksikan dan disumpah dihadapan Tuhan dan para jemaat, semua fakt...