17. KEBENCIAN YANG MEMUTUS ASA

144 24 20
                                    

Keputusasaan mendatangkan benci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keputusasaan mendatangkan benci

Benci mendatangkan keputusasaan

Dan ketika dikuasai keduanya,

Iblis merayap dalam diam

Menjelma menjadi sebentuk agoni

Lalu melebur selayak anomali

Yang tak dikenali lagi

Sneaker lusuh itu menapakkan diri ke dalam ruang kerja seorang pria berumur lima puluh tahunan. Bukan mengendap, tapi karena langkahnya pelan membuat derapnya tak terdengar. Seharusnya dengan pakaian yang jauh dari kata sopan, pemilik sneaker itu diusir mentah-mentah. Tapi karena para pekerja di kantor itu sudah tahu siapa gerangan di balik kaos oblong hitam kedodoran lengkap dengan jins belel sobek-sobek--mereka pilih diam. Hanya mengangguk saja tanda menyapa atau mengiyakan apa saja bisa ia lakukan.

Kalau mau menyalahkan, harusnya pria payuh baya itu menyalahkan para pekerjanya karena mengizinkan Suga datang dengan genderang perang. Tapi sudah terlambat jika harus mengoceh panjang lebar dengan karyawannya.

"Sudah berani menampakkan diri, nak?"

"Kau pikir aku seorang pengecut?" Suga bertanya balik dengan nada terlalu dingin untuk Seoul yang sedang musim panas.

Kekehan remeh terdengar dari pria paruh baya yang kini memutar kursi kerjanya, menghadap pada Suga yang tadi ia belakangi.

"Ada perlu apa? Kau sudah diizinkan bergabung untuk menjalankan bisnis keluargamu? Sudah mulai waras untuk berpikir bagaimana mengendalikan perekonomian Asia?"

Tanpa banyak bicara, Suga langsung melompati meja kerja yang jadi penghalang mereka berdua, meraih kerah sang pria tua tersebut, "Kau tahu kenapa aku membiarkan Lova lolos dari tuntutan hukum?"

"Aku tidak tahu, tapi kupikir karena kau terlalu pengecut, nak."

BUKK!!

Pukulan Suga sukses mendarat ke pipi Park Jimin; ayah Lova. Membuatnya terhuyung tanpa terjatuh karena Suga masih memegangi kerah kemejanya.

"Aku bukan anakmu! Berhenti memanggilku nak." Desis Suga.

"Tapi aku memang ayahmu, Min."

BUKK!!

BUKK!!

BUKK!!

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang