03. KULKAS

205 21 12
                                    

"Mau kau apakan jeroan babi itu, nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau kau apakan jeroan babi itu, nak?"

"Mau kumasak, Nek. Aku sedang ingin Samgyeopsal tapi aku harus menjaga kebersihan makananku jadi aku masak sendiri."

"Omo jaman sekarang ada laki-laki tampan bisa memasak. Nenek jadi menyesal kenapa lahir terlalu cepat."

Seokjin tertawa keras sekali mendengar nenek penjual isi perut babi itu menggombalinya. "Nenek ini bisa saja bicara gombal padaku. Tapi karena aku tampan, jadi aku bisa mendapat diskon, kan?"

"Kau dengan kepedeanmu, Kim! Ambil semua yang kau butuh, aku akan membayarnya."

Seokjin serta merta menoleh dan tersenyum mendapati teman lamanya tiba-tiba saja menghampirinya dan membayar semua belanjaannya. "Kau tahu aku suka barang gratis kan, jadi aku akan ambil banyak."

"Sesukamu, Kim! Jangan sungkan-sungkan."

Seokjin benar-benar menghilangkan kata sungkan siang ini. Dia memborong hampir semua jeroan babi dagangan nenek itu. Rautnya sungguh terlihat puas sampai berulang kali dia menaikkan tentengan kreseknya ke udara.

"Sesederhana itu bahagiamu, Kim?"

Seokjin mengangkat bahunya santai, mengiyakan pertanyaan gadis yang kini berjalan di sebelahnya.

"Kapan kau datang?"

"Tadi malam."

"Menginap di mana semalam?" Tanya Seokjin sambil menoleh sebentar ke arah sang gadis.

"Biasa, di hotel papa."

Seokjin diam. Gadis itu juga diam. Ada canggung yang tiba-tiba menyeruak diantara mereka berdua.

Tapi kemudian Seokjin berinisiatif mengusulkan sesuatu. Hitung-hitung sebagai rasa terima kasihnya karena gadis bersurai coklat di sebelahnya ini sudah membayar semua belanjaannya.

"Mau mampir ke rumah?"

Gadis itu mengangguk, tapi mukanya terlihat tak yakin. "Tapi mamamu?"

"Mama sekarang tinggal di Buamdong. Menekuni kembali galerinya sejak kami pulang dari Amerika beberapa bulan lalu. Dan kau tahu kan kalau mama sudah kembali pada galerinya?"

"Tidak akan pulang sebelum frustasinya tersalurkan."

Seokjin menyunggingkan senyumnya. Gadis di sebelahnya ini masih hapal kebiasaan sang mama. "Jadi, mau kan ke rumah?"

"Iya."

---

Vee melorot lemas di pintu kamar apartemen milik Suga yang dikunci rapat dari luar oleh laki-laki itu. Suaranya mulai habis daritadi berteriak tapi tak ada sahutan atau niatan dari Suga untuk membuka pintunya. Sudah satu jam lebih Suga mengurungnya.

Dia tak mengerti kenapa Suga semarah itu padanya. Ya dia tahu, Suga selalu bersikap posesif, tapi masalahnya laki-laki itu mencium seorang gadis di depan kedua matanya dimana seharusnya dia yang marah pada suaminya itu.

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang