05. SISIR RAMBUT

175 21 5
                                    

Dapur yang tadinya lenggang, mendadak riuh ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapur yang tadinya lenggang, mendadak riuh ramai. Bunyi pisau beradu dengan papan pengiris, gemericik minyak panas, dan spatula yang tak mau kalah ikut memeriahkan pagi menjelang siang sepasang teman lama yang baru bertemu lagi setelah tiga tahun lamanya.

Cekikikan mereka mengundang tanya beberapa peralatan masak yang ada di dapur. Kalau saja mereka bisa bicara, mereka pasti sudah sangat kepo tentang hubungan seperti apa yang dimiliki oleh Seokjin dan Lova.

Apalagi Seokjin yang selama ini tidak pernah membawa seorang gadis setelah tiga tahun pindah ke Seoul. Jelas untuk dapurnya yang hanya dan selalu didatangi sang mama, Kim Da Vee--adiknya, dan Seokjin pasti menimbulkan sebuah pertanyaan besar siapa gerangan yang kini menemani Seokjin melakukan kegiatan yang amat laki-laki itu sukai.

Sayangnya, isi dapur itu tak bisa bicara. Hanya bisa melihat penuh  tanya mungkin kalau karakter seperti panci, penggorengan, sendok, dan peralatan lainnya dihidupkan.

"Masih luwes juga tanganmu pegang spatula, Lov?" celoteh Seokjin disela menata sepiring omlet matang di atas meja makan apartemen yang kini hanya ia tinggali sendiri.

"Kau pikir aku lupa cara memasak apa?" sahut Lova dengan nada sedikit ketus.

Seokjin terkekeh pelan, "hidup di Paris, jadi seorang model, bukankah kau lebih suka memegang kuas blush on daripada wajan penggorengan?" sambil melanjutkan menata menu makanan lain yang sudah matang ke piring-piring kosong yang tadi ia ambil dari lemari penyimpanan.

Lova memutar kedua bola matanya. "Hey, kau pikir jadi model tidak butuh makan? Aku selalu masak makananku sendiri selama di Paris. Aku tidak bisa membiarkan diriku sakit hanya karena jajan sembarangan."

Tiba-tiba saja Seokjin menghentikan kegiatan menata makanannya. Dia mematung di belakang Lova untuk sepersekian detiknya. Ada desir aneh yang tiba-tiba melintas di dalam dadanya.

Seperti haru?

Seperti senang?

"Kau masih menerapkan nasehatku?" Bibirnya akhirnya bisa bergerak setelah ia mengambil napas panjang untuk mengontrol desir aneh tadi.

Kini Lova yang terdiam. Begitu juga spatula yang ia gerakkan untuk mengaduk tumis sayur yang sedang dimasaknya.

Kata masih dari kalimat tanya Seokjin membuatnya terpaku. Teringat akan apa yang selama ini ia jalani selama tiga tahun di Paris sebagian adalah nasehat Seokjin. Dia tak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi kecanggungan yang tadinya hilang kembali mengawang. 

"Hey, jangan bayangkan wajah tampanku sampai kau hampir membiarkan sayurnya gosong." Untung Seokjin pintar membuyarkan canggung yang ada dengan menyenggol pinggang Lova. 

"Eh haha brengsek kau, Kim! Siapa juga yang membayangkankan wajahmu."

Seokjin kembali menyenggol pinggang gadis itu dengan pinggangnya sambil memasang muka paling narsis yang selalu ia andalkan. "Ehhey akui saja kalau ketampananku memang suka buat orang-orang dan termasuk model papan atas sepertimu ini terbayang-terbayang."

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang