15. KEMBALILAH

146 19 20
                                    

"Hey, ayo bangun putri tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey, ayo bangun putri tidur..."

Hoseok membelai kepala Vee lembut, membangunkan gadis yang sudah satu minggu lebih menginap di kos-kosan tipe one roomnya.

"Kim Tidur, ayo bangun..."

Hoseok kembali mencoba membangunkan Vee yang masih terlelap di balik bed cover bewarna hitam dengan corak abstrak miliknya. Tapi Vee tak juga bangun. Gadis itu hanya menggerak-gerakkan kepalanya dan malah semakin menenggelamkan diri di dalam selimut.

Hoseok tersenyum kecil melihat Vee. Tangannya kini menyusuri setiap helai rambut panjang teman lamanya itu, merapikan anakan rambutnya, lalu kembali mengusapnya ke atas dengan sangat lembut.

Tanpa sadar, Hoseok menundukkan kepalanya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Vee. Dan ketika napas mereka saling bertabrakan, Hoseok menghentikan dirinya. Jantungnya berdegup sangat kencang ketika ia bisa mencium harum tubuh Vee melalui napas yang saling bersinggungan.

Wajahnya masih terlalu dekat dengan gadis yang sedang mengandung bayi dari laki-laki bernama Min Yoongi. Hoseok memang berhenti mendekatkan wajahnya, tapi ia juga membeku tak bergerak di sana. Matanya terpatri pada bibir mungil milik Vee. Berkali-kali ia menelan salivanya, menahan diri agar tak sembarang mengecupnya.

Hoseok tak pernah sedekat ini dengan Vee, meskipun mereka sering kali melakukan skinship. Sekalipun mereka sering berpelukan, dia menggendong Vee, atau saling pangku memangku, tapi tak pernah jarak wajah mereka hanya sebatas 3cm.

Laki-laki itu juga tak pernah bermasalah dengan harum tubuh Vee selama ini. Jantungnya selalu baik-baik saja. Tak bertalu seperti sekarang. Hoseok merasa aneh dengan dirinya.

Apa yang salah denganku?

Kenapa aku jadi berdebar di dekatmu?

Ucap Hoseok dalam hati.

Kemudian pikirannya mengawang pada sebuah kalimat, "Beri syarat apapun, aku akan memenuhinya. Asal Vee kembali padaku."

Kalimat yang membuatnya ingin sekali mencium Vee saat ini. Merengkuh gadis itu dalam-dalam pada sebuah penyatuan yang begitu manis yang ternyata sudah sejak lama ia ingini.

Aku pikir rasa peduliku padamu hanya sebatas teman. Teman dari SMA dan berlanjut ketika kerja. Tak pernah aku punya perasaan muluk-muluk padamu apalagi sampai jantungku bertalu-talu.

Rasanya semua biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Meski kadang ketika kau sedang susah, hatiku merana. Tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih.

Namun, ketika tiba-tiba tahu jika kau menikah, perasaanku kosong. Ada yang tiba-tiba lepas begitu saja tanpa aku tahu itu apa. Aku seperti sedang kecurian di tengah tidur siang yang benderang.

Aku memikirkannya dalam diam. Dalam rasa penasaran yang hanya mampu kulempar dalam bentuk canda lewat pesan.

Sampai suatu malam, tanpa kau tahu, aku tergugu pilu. Melihat kenangan kita berdua selama hampir sepuluh tahun dalam bingkai foto--membuatku terasa sesak apalagi ketika pagi itu suamimu berkata jika dia melarangmu dekat denganku. Saat itu rasanya ingin sekali marah, tapi aku tak bisa. Aku tidak punya hak untuk marah.

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang