"Tidak bisakah ayah berhenti berhubungan dengan Nyonya Kim?"
"Dia sudah bukan Nyonya Kim, Lova. Dia kembali menjadi Nyonya Park."
Gadis yang memiliki kulit kuning madu itu menghela napas panjang dan berat. Sepasang netranya menatap nanar pada sang ayah yang sedang duduk di balik meja kerja.
Pengap dan sesak. Padahal ruang kerja sang ayah bak kamar hotel ukuran suites. Kelegaan dimana-mana. Belum lagi sirkulasi udara sudah dirancang sedemikian baik. Saking sempurnanya, tak akan ada yang percaya jika ruangan ini tetap sejuk meski tak menggunakan AC. Entah bagaimana sang ayah merancangnya, tapi profesi arsitekturnya jelas bukan abal-abal meski kini sang ayah menjadi seorang pria berbisnis yang memiliki hampir separuh layanan hospitality di setiap penjuru Korea.
Namun, semua itu tak bisa mengenyahkan perasaan miskin udara gadis bernama Park Lova yang kini sedang menatap sendu sang ayah. Tatapan nelangsa penuh permohonan agar apapun yang ayahnya lakukan dihentikan sekalipun sang ayah berkata itu bahagianya.
Masihkah disebut bahagia jika ada yang tertimpa lara di baliknya?
"Kenapa ayah tega menghancurkan kebahagiaan Seokjin dan adiknya?"
"Aku tidak pernah menghancurkan kebahagiaan mereka."
"Dengan ayah mengencani ibu mereka, membuat nyonya Kim berpaling dari tuan Ahn, Seokjin sampai harus ke Amerika menemani nyonya Kim--memastikan ibunya tidak kabur dari rumah hanya karena tergila-gila pada ayah, sama saja ayah membuat rumit kehidupan mereka."
"Jaga nada bicaramu, Park Lova!"
Matanya panas. Ayahnya membentaknya begitu kuat. Tapi dia tak mau diam meski bibirnya bergetar hebat.
"Ini yang ayah bilang kebahagiaan? Bahagia diatas penderitaan orang lain? Bahagia dengan cara menjadi duri dalan diam? Bahagia bersama daging busuk yang ayah lempar ke keluarga lain juga yang--"
PLAKKK!!!
Jatuh sudah air matanya, cepat dan tepat setelah sang ayah mendaratkan telapak tangan kekar pada anak gadisnya.
Mereka berdua sama-sama terhenyak. Sang ayah terhenyak karena tak pernah mengira emosi bisa membuatnya tega menampar anaknya. Sementara sang anak terkejut karena ternyata sang ayah menutup malu dengan cara memberikan sapaan panas pada kulit wajahnya.
"You know, Dad... Kemarin nyonya Kim menghancurkan galeri seni yang diberikan oleh mendiang suaminya--
--berniat menjual kenangan manis dimana anak-anaknya tumbuh. Dan membuang semuanya, tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Seokjin dan Vee--
--semua demi siapa? Demi ayah. Ha ha ha. Padahal di belakang ayah memiliki wanita-wanita lain selain Nyonya Kim."
Setelahnya, Lova segera berlalu dari hadapan sang ayah. Perasaannya tak karuan. Jijik, nelangsa, benci, kecewa, menguasai emosinya. Lova sampai harus mampir ke kamar mandi karena apapun yang ia masukkan ke dalam perutnya ingin kembali dimuntahkan. Makanannya tidak ada yang salah, tapi ingatan akan bagaimana kelakuan sang ayah membuatnya muak tak kira-kira. Hingga lambungnya perlu mengosongkan diri agar apapun yang terasa sesak bisa lega meski tetap saja dadanya masih terasa penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW NEIGHBOR ✔
Fanfiction[21+] Dia adalah Min Yoongi. Tetangga baru yang tiba-tiba melamarmu dengan cara yang tidak biasa. --- [After Marriage] Sequel dari New Neighbor. Setelah janji bersama sehidup semati disaksikan dan disumpah dihadapan Tuhan dan para jemaat, semua fakt...