THE DAY : MEAL BEFORE CEREMONY

269 26 29
                                    

Belum sempat Vee menanyakan maksud Suga, laki-laki itu sudah memasukkan kepalanya ke dalam gaun Vee. Gadis itu tak sempat protes karena Suga melakukannya dengan cepat. Vee hanya bisa menutup rapat bibirnya saat lidah Suga sudah bermain intens di dalamnya.
 
“Masih ada waktu 30 menit sebelum pendeta datang, jadi biarkan aku sarapan dulu.” Ucap Suga setelah puas menjilati rekahan manis milik Vee di bawah sana.
 
Vee tidak bisa menjawab apa-apa karena kini bibir Suga melumat bibirnya lembut dan tangan laki-laki itu mengelus lembut klitorisnya yang semakin menegang. Tubuhnya mulai bergetar saat satu persatu jari-jari Suga masuk ke dalam kewanitaannya. Vee sampai harus menahan desahannya karena bagaimana pun juga, mereka sedang di tempat umum. Ingin sekali tangannya memukul kepala Suga karena bisa-bisanya laki-laki itu melakukan ini, tapi yang ada Vee malah melingkarkan tangannya ke leher Suga karena laki-laki itu membuatnya takluk tak ukur-ukur.
 
Gerakan jemari Suga semakin cepat dan menimbulkan suara khas karena cairan demi cairan terus keluar. Tanpa Vee sadar, Suga sudah melepas resleting celananya dan merapatkan Vee ke dinding ruang tunggu itu. Suga melakukan itu tanpa melepas ciumannya pada bibir Vee. Setelah beberapa kali tubuh gadisnya bergetar karena permainan jarinya, Suga mengangkat sebelah kaki Vee dan mulai memasukkan miliknya yang sudah sangat tegang.
 
“Jangan ditahan lagi. Keluarkan saja. Aku akan membersihkannya dan kupastikan pengantinku tetap cantik di hari spesialnya.” Bisik Suga bersamaan dengan meleburnya miliknya di dalam Vee.
 
Vee hanya bisa pasrah sambil berpegang pada leher Suga saat laki-laki itu mulai menggerakkan pinggulnya.
 
“Ahh—“ Gadis itu tak bisa lagi menahan desahnya. Suga menikmatinya dengan sangat intens tapi tidak meninggalkan kesan kasar sama sekali. Gerakannya cepat, liar, tapi juga sarat dengan kelembutan. Tangannya yang terbalut jas hitam menopang sebelah kakinya yang terangkat dan tangan lainnya memegangi tubuh Vee, memastikan gadisnya tidak jatuh atau terluka.
 
“Baby, aku—ahh—“ Suga terbata saat Vee menggelinjang nikmat karena buncahnnya pecah. Laki-laki itu semakin menenggelamkan dirinya ke tubuh Vee. Suga tak lagi mengangkat sebelah kaki Vee, dia menggendong tubuh gadisnya tanpa melepaskan bagian bawahnya yang semakin dalam memasuki rekahan Vee.
 
Lima belas menit berlalu dan Suga semakin mempercepat gerakannya. Kedua tangannya melingkar di tubuh Vee yang sedang di gendongnya. Sementara gadisnya pun semakin menenggelamkan dirinya di gendongan Suga karena selain nikmat yang ia rasakan, Vee tidak mau jatuh karena pertama kalinya dia melakukan ini dengan Suga menggendongnya. Dia tidak pernah menyangka jika posisi ini membuatnya benar-benar mabuk. Kakinya tak berhenti menjempit pinggul Suga saat laki-laki itu menaik turunkan tubuhnya—membuat dinding rahimnya tak luput dari milik Suga yang memasukinya semakin dalam.
 
Kalau tidak salah hitung, dalam waktu lima belas menit, Vee sudah keluar sebanyak empat kali. Dia mulai resah gaunnya basah karena cairan miliknya terasa sangat banyak. Apalagi sudah pasti Suga akan mengeluarkan buncahnya di dalam seperti yang selama ini Suga lakukan. Laki-laki itu merasakan kegelisahan Vee. “Jangan khawatir, sayang. Gaunmu panjang dan bahannya bagus. Jadi tidak akan ada yang tahu jika nanti cairan kita mengalir keluar saat di altar. Ada aku disana, jadi jangan takut.” bisik Suga di sela gerakannya yang semakin liar.
 
Tak tahan dengan jepitan Vee, Suga benar-benar mempercepat gerakannya, menghentakkan miliknya hingga Vee meremas rambut Suga. “Aku—ahhh aku sampai.”

“Ahh...”

Mereka berdua saling mendekap saat cairan Suga menyembur dengan deras ke dalam rekahan Vee. Perasaan hangat dan lega mekingkupi mereka. Masih dengan posisi Vee dalam gendongannya, tanpa melepaskan dirinya, Suga berjalan ke kursi yang ada di dekat mereka. Dia duduk dengan Vee ada di pangkuannya. Suga mulai mengatur napasnya, mendongak pada wajah Vee yang bersemu merah, merapikan anakan rambut Vee yang sedikit berantakan karena permainannya, dan mengecup lembut bibir calon istrinya itu.
 
“Kau tahu kenapa aku mengajakmu menikah secepat mungkin ?” tanya Suga sambil menatap lekat sepasang obsidian milik Vee.
 
“Karena kau sudah menghamiliku ?” sahut Vee dengan wajah sedikit sewot.
 
Suga terbahak. Tangannya yang melingkar di pinggang Vee meraih kedua pipi Vee, “Mungkin ini sedikit gila, tapi bahkan tak jarang aku cemburu pada Seokjin yang bisa 24 jam bersamamu.”
 
“Kau benar-benar gila. Seokjin itu kakakku, bagaimana bisa kau cemburu padanya ?” Vee melepas tangan Suga dan bersiap beranjak dari pangkuan Suga. Tapi gerakannya terhenti saat dia merasa bagian vital Suga yang masih berada di dalamnya kembali menegang.
 
Suga memerkan smirknya dan menatap tajam pada Vee yang menutup mulutnya untuk tidak mendesah, “Dan karena kau satu-satunya gadis yang selalu membuatku lapar bahkan saat kau marah-marah.”
 
TOK TOK TOK !!!
 
“Pendetanya sudah datang, jadi sudahi dulu apapun yang kalian lakukan di dalam !!!” Seokjin berteriak dari luar. Membuat Vee kembali berusaha melepaskan diri dari Suga.

Tapi mana Suga melepasnya. Laki-laki itu malah kembali melahapnya tak kenal ampun. Bahkan gadis itu sampai hampir jatuh saat memasuki altar karena lututnya lemas setelah dua puluh lima menit sebelum prosesi pernikahannya, Suga menjadikannya sebagai santapan utama untuk sarapannya.
 

- T H E E N D -



💜
Yeayyyy !!! Jadi Keluarga sakinah, mawadah, warohmah ya Suga & Vee.
 
 
 

NEW NEIGHBOR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang