Ainsley Felton, gadis manis yang tidak pernah percaya pada keajaiban. Hidupnya berubah terbalik ketika mengunjungi kakeknya di Kota Shea. Kota misterius yang tidak pernah terlihat di peta maupun satelit.
Awalnya, liburan akhir tahun di Kota Shea ada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~¤▪¤~
Jantung Ainsley berdetak dengan sangat cepat. Nasibnya kali ini sungguh sial. Keringat dingin mulai membasasi pelipis ketika taplak berwarna merah tersebut perlahan-lahan dibuka.
"Hormat saya, Yang Mulia. Maaf saya datang sedikit terlambat untuk menghadap anda." Sosok lain tiba-tiba menghadap bertepatan dengan terhentinya tangan penjaga.
"Terima kasih, Ya Tuhan," gumam Ainsley lega.
"Kenapa lama sekali? Duduklah di kursi sebelah kananku, Hugo," ucap Fis pada orang yang baru datang itu.
"Apa?! Hugo?" pikir Ainsley terkejut.
"Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada anda, Yang Mulia." Hugo berucap sopan sambil menunduk hormat.
"Tidak masalah," jawab Fis. Penjaga beruang pun kembali melanjutkan aksinya yang sempat tertunda.
Ainsley semakin dibuat ketakutan ketika tangan besar bercakar tajam tersebut mulai menyentuh taplaknya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Hugo, membuat penjaga beruang seketika terhenti.
Penjaga berkepala beruang yang semula berjongkok, secara reflek berdiri berhadapan dengan Hugo. Sementara Fis, dia hanya memperhatikan tingkah laku jendral barunya.
"Itu bukan hal yang penting untukmu," jawab penjaga dengan raut wajah seram kepada Hugo.
"Harus ku-ulangi lagi? Aku bertanya padamu, penjaga." Hugo dengan beraninya menantang, membuat penjaga berwajah sangar itu semakin geram dibuatnya.
Ainsley sedikit tersentak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Hugo. Laki-laki itu sepertinya tidak takut mati, pikirnya.
Makhluk berkepala beruang terkekeh. "Bocah sepertimu perlu diberi pelajaran sepertinya."
Senyuman misterius mulai menghiasi wajah tampan Si Lichfield Muda. "Tutup mulut kotormu itu, Penjaga!"
"Apa?"
"Apakah makhluk tingkat rendah sepertimu selalu berbicara tidak sopan kepada seorang jendral di tempat ini?" Kalimat tenang tapi menusuk, berhasil lolos dari bibir tipis Hugo. Kilatan petir kecil hendak keluar dari balik jubah hitamnya. Tatapan mata berwarna hijau emerald seakan-akan memancarkan badai dahsyat yang siap menyambar siapa saja, membuat nyali sang penjaga menciut. "Sepertinya kau tidak tahu siapa aku, Penjaga. Haruskah aku memperkenalkan diriku lagi kepada makhluk sepertimu?"