Ainsley Felton, gadis manis yang tidak pernah percaya pada keajaiban. Hidupnya berubah terbalik ketika mengunjungi kakeknya di Kota Shea. Kota misterius yang tidak pernah terlihat di peta maupun satelit.
Awalnya, liburan akhir tahun di Kota Shea ada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~•¤•~
Setelah berhasil melarikan diri dari penjara melewati sebuah jalan rahasia yang diberitahukan oleh Rasbeth. Monster-monster kelinci tadi ternyata mengetahui keberadaan ruang rahasia itu lalu menangkap Rasbeth. Beberapa di antaranya juga berusaha mengejar Ainsley.
Terlepas dari kejaran para monster, Ainsley menemukan dapur di sudut koridor bawah tanah. Lantas dia pun memasukinya, tak lupa menutup pintu serta menahannya dari belakang.
Gadis itu menganga tidak percaya. "Dapur?" gumamnya terkejut seraya menggosok kedua mata berulang kali. "Jadi, perjalanan yang sangat panjang tapi mematikan itu berujung ke tempat ini?"
Ainsley menghembuskan napasnya kuat-kuat. Dia menggeser karung sayur sebagai penahan pintu, siapa tahu monster kelinci mengikutinya, bukan?
"Rasbeth? Bagaimana keadaan Rasbeth? Para makhluk itu pasti sudah menangkapnya. Seharusnya aku tidak mendengarkan dia untuk memasuki pintu rahasia." Ainsley berusaha menetralkan napasnya. Secara reflek, ia mengepalkan kedua tangan. "Cukup, tidak akan ada lagi korban! Aku harus menyelamatkan Rasbeth dan yang lainnya!"
Ainsley melangkah pelan. Rupanya jalan rahasia tadi tersembunyi di balik papan tulis tua yang sudah tidak terpakai. Untungnya jarak papan dengan pintu rahasia tidak terlalu dekat, sehingga Ainsley bisa dengan leluasa berjalan keluar dari sana.
Ainsley mengintip dari balik papan, memandangi dapur secara menyeluruh. Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa Ainsley bisa langsung mengetahui bahwa tempat ini adalah dapur? Padahal jelas-jelas saat ia masuk ke dalam ruangan, Si Felton Kecil telah dihadapkan dengan sebuah papan tua terlebih dahulu.
Ainsley memang cukup tahu, dia sangat mengenal aroma dapur. Tekstur lantai di tempat itu sering digunakan untuk pembuatan dapur. Melihat apa yang ada dihadapannya sekarang, ia menjadi sedikit bingung.
Tempat ini terlihat bersih dan rapi. Yang lebih mencoloknya lagi, dinding dan mejanya terbuat dari emas. Aroma harum masakan menguar lembut, memasuki rongga hidung. Gadis itu memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan lembut aroma harum.
Perut Ainsley berbunyi.
"Kapan ya terakhir kali aku makan?" pikir Ainsley. "Seingatku selama aku menginjakkan kaki di tempat ini, hanya wortel-lah yang selalu mengisi perutku dan tentunya ditambah garam."
Ainsley terkekeh pelan. "Untung saja aku selalu membawa persediaan garam di dalam ranselku." Ainsley berjalan sedikit membungkuk menuju meja dapur yang letaknya berada di tengah ruangan.
Berbagai macam masakan tersaji lengkap di atas meja. Ainsley memeriksa sekelilingnya sekali lagi.
"Aman," gumam Ainsley. "Sangat sepi, apakah koki di tempat ini sedang beristirahat? Sekarang 'kan sudah sudah menunjukkan jam malam, seharusnya mereka tengah beristirahat," ujarnya.