Aku percaya bahwa manusia serigala itu tidak ada
~¤•¤~
"Isabel! Ayo! Nanti kita bisa terlambat!" panggil Bibi Clara kesekian kalinya.
"Iya sebentar!" jawab Isabel berusaha mempercepat langkah untuk menata rambut di meja rias.
"Sudahlah Isa! Jangan berdandan terlalu lama! Kita bisa terlambat." kata Clara yang sudah siap sedari tadi. Wanita itu mengenakan gaun biru yang elegan beserta aksesoris cantik pada rambut panjangnya. Begitupun juga dengan Nyonya Felton. Beliau mengenakan gaun hitam berlengan panjang agar warnanya sepadan dengan jas gelap Tuan Felton.
Orang-orang rumah terlihat panik, mempersiapkan diri mereka menjadi yang terbaik untuk pesta kecil keluarga Dirgory, kecuali Ainsley. Gadis itu telah selesai bersiap-siap sejak satu jam yang lalu.
Dia bahkan sudah duduk bersantai di atas sofa ruang tamu, menikmati kepanikan keluarganya terhadap pesta yang katanya dihadiri oleh bangsawan kelas atas. Sungguh, pemandangan yang langka.
Di Kota Shea, istilah bangsawan digunakan untuk keluarga yang memiliki kedudukan tinggi, jabatan, dan gelar. Rata-rata keluarga bangsawan juga memiliki uang yang sangat banyak, karena hidup mereka dihabiskan untuk berbisnis. Kota Shea memandang nama keluarga sebagai prioritas penting. Mungkin karena budaya leluhur yang telah diwariskan sejak turun-temurun.
"Sayang, dasi warna biruku dimana?!" panik Tuan Felton. Wajahnya mendadak bingung, sembari berjalan mondar-mandir menyusuri satu rumah—demi mencari dasinya. Ternyata, sosok seperti Tuan Felton juga bisa merasakan serangan panik.
"Ada di lemari! Aduh! Kenapa rambutku berantakan lagi?!" pekik Nyonya Felton ketika menyadari sanggulnya mulai terlepas. Beliau mendadak kebingungan sembari berjalan menuju ke kamarnya, bahkan sempat beberapa kali menabrak Tuan Felton.
Ainsley hanya bisa menggeleng pasrah, setelah menyaksikan kepanikan kakek dan neneknya. Lalu, keluarlah Isabel dari kamarnya. Rupanya ia sudah selesai berdandan setelah dibantu oleh Bibi Clara.
"Astaga Ainsley, kenapa penampilanmu seperti itu?!" marah Bibi Clara tiba-tiba, ketika mendapati gaun dan tatanan rambut Ainsley terlihat polos dan biasa-biasa saja.
"Ini bagus kok, Bi," jawab Ainsley dengan tersenyum.
Bibi Clara menggelengkan kepalanya. "Tidak-tidak, sekarang kamu harus ikut bibi ke kamar!" Bibi Clara menarik Ainsley ke meja rias terdekat.
"Tapi, Bi—"
"Tidak ada tapi-tapi! sekarang biar Bibi tunjukan apa arti kecantikan seorang gadis yang sebenarnya." Bibi Clara menuntun Ainsley untuk duduk di kursi meja riasnya. Kemudian, disisirlah rambut berwarna brunette milik keponakannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainsley Tricks: The Mysterious Puzzle
FantasyAinsley Felton, gadis manis yang tidak pernah percaya pada keajaiban. Hidupnya berubah terbalik ketika mengunjungi kakeknya di Kota Shea. Kota misterius yang tidak pernah terlihat di peta maupun satelit. Awalnya, liburan akhir tahun di Kota Shea ada...