Sebuah buket bunga yang di dominasi warna soft blue tiba-tiba ada di kamar gue. Tanpa mencari tau, gue udah tau dan yakin kalau buket bunga itu dari Dandy.
Gue mengambil buket bunga yang terdiri dari beberapa jenis bunga itu. Tapi yang gue tau cuma bunga carnation atau anyelir. Lainnya gue enggak tau namanya. Di salah satu ujung buket tersebut ternyata terselip sebuah surat berwarna biru muda.
My dearest Sharefa Yushrin.
Babe, maaf akhir-akhir ini jarang punya waktu bareng. I always wanted to make sure you're okay, but sometimes my crazy schedules take all of my time. Hope you understand my current situation. Here are beautiful flowers for my love.
Dan senyum gue mengembang sendirinya, meskipun sebenarnya masih ada perasaan sedih. Gue sedih karena akhir-akhir ini gue merasa sepi. Gue sedih karena akhir-akhir ini gue lebih sering sendiri. Akhir-akhir ini Dandy makin sibuk. Bahkan bisa sampai seharian dia enggak ngabarin gue.
Gue berusaha buat mencoba mengerti. Tapi ego gue masih terlalu besar buat menahannya. Tiga tahun pacaran sama Dandy, gue udah terlalu bergantung banyak hal sama dia. Gue seperti orang yang kecanduan zat adiktif sehingga dengan enggak adanya Dandy, gue bakalan selalu nyariin dia. Gue mau dia ada di deket gue, gue mau perhatian dia yang dulu.
Bagi gue, Dandy itu segalanya. Gue memang segila itu sama dia. Tapi kalian harus tau satu hal. Kalau Dandy enggak muncul di hidup gue, mungkin gue udah lama ninggalin dunia ini.
Dandy itu cahaya. Dia datang ketika gue ingin mengakhiri hidup. Dandy ada ketika gue udah enggak kuat karena tekanan dari orang-orang di sekitar gue, ketika dunia berubah jadi jahat, dan ketika para pembeci makin bahagia ngeliat gue mulai lemah.
Gue ulangi. Kalau Dandy enggak pernah datang ke hidup gue, gue mungkin udah terkubur batu nisan bertuliskan nama gue.
Semarah apapun, sekecewa apapun, gue bakalan balik lagi ke Dandy, karena gue enggak tau tempat lain selain dia. Kini gue tersenyum sambil memeluk buket bunga dari Dandy.
Gue berharap gue bisa tahan sama kesibukan dia dan efek sampingnya di mana gue harus menahan sepi sendirian.
***
Lantai tiga di mana gue biasa bekerja hari ini sepi banget, tadi pada pamit ke pengadilan. Lantai tiga di kantor ini bisa dibilang markasnya anak-anak yang handle masalah litigasi. Kalau lantai empat sarangnya pengacara yang keluar masuk gedung perkantoran tinggi. Kalau lantai tiga pengacaranya keluar masuk kantor pengadilan dan kantor polisi.
Kalo lagi sepi gini enak gue bebas berleha-leha.
"Pada kemana nih?"
Hampir aja gue latah. Kak jano tiba-tiba dateng. Cowok bertubuh tinggi itu kemudian duduk di depan meja dia. Penampilannya nggak kayak orang mau kerja. Gue udah cerita kan Kak Jano ini kalau ngantor kadang gak kayak orang mau kerja. Apalagi kalau nggak lagi mau pergi ketemu client.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior [1] : Finding Mr. Right
FanfictionCinta aja ternyata enggak cukup dalam sebuah hubungan. Secermerlang apapun karier juga ternyata enggak cukup kalau itu hanya untuk ajang pembuktian. Semuanya rumit bagi Sharefa Yushrin. Inginnya, sang kekasih selalu perhatian dan ada untuk dirinya...