35

12.6K 1.9K 695
                                    

Semuanya kemudian berjalan seperti biasa. Hari-hari gue dipenuhin sama tugas dari senior gue, siapa lagi kalau bukan Kak Jano. Tapi bedanya bukan tugas receh ala mahasiswa lagi, tugas gue udah mulai ikut campur bantuin kasus yang masuk.

Kadang gue disuruh bantu buat ngerjain resolution board, bikin memo, masukin materi ke senior advice gue. Tapi ya tetep bakalan mereka check kerjaan gue. Kalau masih kurang ya gak sungkan-sungkan mereka nyuruh gue revisi.

Paling tega itu Kak Jano. Sumpah, pernah gue disuruh revisi 4x waktu disuruh kasih advice masalah salah sengketa tanah warga sipil sama pemerintah daerah. Endingnya? Dia cuma ngerjain gue, karena ternyata sejak revisi ke 2, Kak Jano udah ngirim ke clientnya.

Lanjut.

Kasus makin banyak yang masuk, dan akhirnya untuk pertama kali, law firm Kak Jano mulai hired beberapa staff yang enggak melulu seorang advocate, ada paralegal, staff bagian finance, dan beberapa helper seperti OB dan security pun mulai ditambahin.

Gue ngerasain banget dalam waktu satu tahun law firm ini bener-bener berproses. Dari awal yang kita santai-santai, ninggal kantor buat jajan cilok, ngerjain kerjaan sambil nyemil santai, nonton TV disela jam kantor, sampai sekarang yang serius beneran kerja layaknya orang kantoran.

Kita juga lumayan sering lembur, meeting, dan open discussion tentang kasus-kasus yang tergolong rumit. Berjam-jam duduk di meja bundar sambil ngeluarin pendapat. Terkadang gue bangga sama diri gue sendiri, karena seorang Sharefa Yushrin bisa ngelangkah sejauh ini. Bahkan gue sekarang udah bisa ngasih pendapat gue dalam forum tanpa buka buku atau lihat sources.

Tiap Jum'at, Kak Jano juga selalu ngajak gue ke Kopi Longgar, di mana di sana gue ketemu banyak junior bahkan senior lawyer. Dengerin cerita kasus-kasus legendaris langsung dari yang nangangin. Ternyata gak seburuk itu gabung sama mereka.

Makasih Kak Jano.

Kalau bukan karena Kak Jano, mungkin gue saat ini masih jadi Refa yang manja, suka marah, maunya menang sendiri, dan gak bisa ngapa-ngapain. Gue yang dulu suka keras kepala dan hobby ngebantah, sekarang perlahan mulai berubah.

Oh iya, gue tuh suka banget kalau waktu lagi ngeluarin pendapat, Kak Jano itu selalu natap gue sambil senyum. Senyum nya itu kayak senyum bangga, gue kadang jadi salting kalau dia udah senyum waktu gue lagi ngeluarin pendapat. Kalau udah berhasil bikin gue salting, Kak Jano pasti ketawa tanpa suara ditempat dia duduk.

Mumpung lagi bahas gue sama Kak Jano. Kita masih sama kayak awal pacaran kok, gak ada yang berubah. Dia tetep Kak Jano yang suka bercanda, gak romantis, dan tetep senior gue yang selalu tenang dan adem ketika ngehadapin masalah.

Sabtu ini gue sama Kak Jano ke kantor, karena ada meeting dadakan. Ada kasus urgent yang minta segera dihandle. Kebetulan yang pegang kasusnya itu ada tiga pengacara termasuk Kak Jano, dan gue juga termasuk staff yang ikut bantu nyiapin kasus ini.

Cieee, satu team sama pacar.

Kita selesai meeting sekitar jam tiga sore, dan Kak Jano ngajak gue pergi ke perumahan di daerah Citra Gading. Perumahan itu gak jauh dari Law firm. Gue gatau mau ke rumah siapa, soalnya rumah Kak Jano itu bukan di daerah itu.

Dugaan gue sih ke rumah client, soalnya Perumahan nya, tergolong perumahan exclusive. Kak Jano gak bakal nemuin client di rumah pribadi mereka, kecuali clientnya orang penting.

Mobil Kak Jano terparkir di halaman sebuah rumah dengan cat putih dengan gaya arsitektur modern.

Mobil Kak Jano terparkir di halaman sebuah rumah dengan cat putih dengan gaya arsitektur modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senior [1] : Finding Mr. RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang