Gue keluar dari Cafe tempat ketemu Dandy dengan tangan yang masih gemetaran. Sebelum masuk mobil gue mencoba berusaha setenang mungkin. Gue enggak terbiasa nutupin perasaan gue, tapi sore ini gue coba buat nutupin perasaan gelisah gue.
"Udah?"
"Udah," jawab gue sambil tersenyum.
"Oh iya, maaf ini mendadak banget. Mau ke apartemen enggak?"
"Tapi di sana ada Mama sama Papa aku. Mereka jarang banget mampir, dan gue juga jarang pergi ke rumah. Jadi kalau lo mau ke rumah, hari ini gue kenalin ke Mama sama Papa," lanjutnya.
Speechless.
"Terlalu mendadak ya? Kalau belum siap gakpapa, mungkin next time," lanjut Kak Jano enteng.
Tapi bukannya bagus kalau dikenalin sekarang Fa? Artinya cowok lo kan beneran serius!
"Kak?"
"Ya?"
"Kalau ketemu sama Mama Papa Kakak, gue harus gimana?"
Seketika senyum Kak Jano mengembang. "Tau enggak jurus adalah yang harus lo bilang ke mereka itu apa?"
"Apa?"
"Bilang ke mereka lo anaknya Pak Yushrin."
Ya, that's right. Nama Papa selalu jadi kartu joker di setiap keadaan kritis.
Waktu gue kecil, Papa selalu bilang ke gue. Kalau ada yang iseng sama gue, atau ketika ada orang mau rendahin gue, Papa selalu nyuruh gue buat bilang ke orang-orang itu siapa bokap gue. Namun sepertinya ada yang salah ketika gue terus-terusan gunain Papa sebagai tameng. Gue merasa gue ini cuma anak ayam yang dilindungi sama macan.
Ketika gue mau nyembunyiin segala sesuatu tentang keluarga gue, semuanya udah terlanjur. Orang-orang udah tau tanpa gue kasih tau.
"Kalau gue bukan anak Pak Yushrin, orangtua Kakak gak bakal suka ya?"
"Enggak juga. Tapi buat hindarin pertanyaan macem-macem, lo bilang aja anak bokap lo."
"Kak?" panggil gue.
"Hmm?"
"Gue gak mau bawa-bawa nama Papa."
Kak Jano akhirnya ngelirik kearah gue sekilas sebelum kembali fokus dengan jalanan.
"Iya. Gapapa kok. Kenapa emang?"
"Kalau bawa-bawa nama Papa, kadang mereka ngeliat gue karena anak Pak Yushrin."
"Oh, terserah. Senyamannya aja. Yang jelas sih, orangtua gue enggak pernah memandang orang dari latar belakang dia dari keluarga yang kayak gimana."
Gue narik nafas panjang.
"Gue belum pernah tanya-tanya tentang orangtua kakak. Kalau boleh tau mereka orangnya gimana?"
Iya, gue belum pernah tanya-tanya soal keluarga Kak Jano. Soalnya gue sendiri juga kurang suka ditanyain soal keluarga gue kayak gimana.
"Mama sama Papa itu dosen di PTN daerah sini. Papa dosen seni rupa, kalau Mama dosen seni tari."
Jauh banget sama Kak Jano yang jadi pengacara. Biasanya kalau orangtuanya berjiwa seni, anaknya gak beda jauh.
"Sebagai anak sih, bisa gue bilang mereka ramah dan kalau sama orang baru responnya welcome. Ya mungkin faktor mereka dosen, jadi udah biasa ketemu mahasiswa yang banyak dan kelakuannya random."
"Mereka dosen semua. Kenapa Kak Jano enggak jadi dosen juga? Atau mungkin ambil jurusan yang nyerempet sama mereka?"
"Banyak yang bilang gitu. Tapi jiwa seni mereka sama sekali enggak nurun ke gue. Yang agak nyerempet si Reno, dia jago gambar kayak Papa. Ya meskipun akhirnya enggak ngikutin jejak Papa, dia lebih pilih gambar rumah katanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/191885712-288-k216030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior [1] : Finding Mr. Right
FanfictionCinta aja ternyata enggak cukup dalam sebuah hubungan. Secermerlang apapun karier juga ternyata enggak cukup kalau itu hanya untuk ajang pembuktian. Semuanya rumit bagi Sharefa Yushrin. Inginnya, sang kekasih selalu perhatian dan ada untuk dirinya...