Cinta aja ternyata enggak cukup dalam sebuah hubungan. Secermerlang apapun karier juga ternyata enggak cukup kalau itu hanya untuk ajang pembuktian.
Semuanya rumit bagi Sharefa Yushrin. Inginnya, sang kekasih selalu perhatian dan ada untuk dirinya...
Mata gue dengan mudah langsung menangkap Dandy yang lagi berdiri dideket mobilnya dengan kaos press body warna hitam. Langkah gue terhenti sejenak di depan pintu kantor, mengamati sejenak yang dia lakukan disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue mau langsung pergi aja tanpa nyamperin dia, tapi sialnya suara keras Kak David bikin Dandy ngeliat kearah gue.
Aish!
Dandy terlanjur ngeliat gue dari dekat mobilnya, seolah menunggu gue buat berjalan mendekat. Mau gak mau gue berjalan mendekat, dari pada nanti malah ribut karena kejar-kejaran.
"Kamu ngapain disl sini?" Gue bertanya dengan raut tak suka.
"Jemput kamu. Sekalian aku mau ada yang mau diomongin.l," jawabnya sambil memasukkan hp nya kedalam saku serta membenarkan posisi topinya.
"Gak ada operasi apa? Mending kamu balik ke RS aja. Barangkali ada pasien nungguin kamu."
"Aku mau ngomong penting sama kamu."
"Ya, omongan kamu selalu penting kok Dan. Enggak kayak omongan aku yang gak penting," sarkas gue.
"Aku mau langsung balik," kata gue tak peduli dan membuka pintu Cadillac hitamnya malas.
Dandy mulai menjalankan mobilnya dan ngebawa gue kesalahan satu restoran favorite kami. Tapi percuma gue gak ada selera makan sama sekali.
Beberapa kali Dandy nyuruh gue makan, tapi gue diemin doang sambil ngeliat kesembarang arah. Yang penting gak lihat kearah dia.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya gue dengan dingin.
Tadinya gue mau nunggu dia makan, tapi Dandy kayaknya gak niat buat menjamah hidangan yang udah ada dimeja itu. Yang dia lakukan berikutnya adalah nyuruh pelayan beresin meja.
"Udah malem aku mau balik." Gue kembali bersuara dengan dingin.
Dandy gak ngejawab, sebagai gantinya dia malah ngeluarin sebuah kotak kecil berwarna hitam yang dia geser maju kearah gue.
Gue gak bego buat gak tau apa isinya.
"Dandy, No!" pekikku pelan.
Dia ngebuka kotak kecil itu dan menampakkam sebuah bracelet di dalamnya. Gue makin kaget karena gue tau banget itu gelang apa.
Frivole bracelet with 7 flowers, warna yellow gold. And it's from Van Cleef & Arpels!
Gue gak lagi jadi badut kan?
Gue masih gak percaya sama cowok yang lagi menatap gue dengan tatapan sayunya itu. Memory sekitar enam bulan yang lalu berputar dikepala gue.
'Dan, liat deh. Cantik banget, aku lebih suka Van Cleef & Arpels dari pada Cartier atau Tiffany. Van Cleef kayaknya masih jarang yang pakai.'