Bab 14 – Bagaimana Aku Membunuh Satu Kehidupan
Aku ingat bagaimana jantung berdetak nyeri kala melihat sosoknya terbaring lemah di antara mesin-mesin yang berbunyi. Kukira aku akan gugup kala bicara dengan salah satu perawat agar mengizinkanku masuk kemari. Namun, hal yang lebih mengerikan menantiku di balik pintu.
"Ma ...," panggilku berjalan cepat mendekati wanita yang kini membuka matanya perlahan, menyadari tanganku menggenggam miliknya.
Julie tersenyum tipis, "Mama ... ki ... ra ... ka ... mu ... takh ... kan ... da ... tang ...," ujarnya begitu lemah.
"Aku di sini, Ma ...," kataku menahan panas di mata, "aku di sini ... aku di sini ...."
Kudengar napasnya mengalir melalui selang. Aku bisa merasakan dingin tangannya. Tulang-tulang yang berada dibalik kulit keriputnya. Pandangan matanya yang menyipit nan mengantuk. Menyembunyikan iris zambrudnya yang selalu membuatku kagum.
"Mama ingat ...," bisiknya dalam lelah, "bagaimana ... dulu pertama ... kali ... melihatmu di panti. Kamu baru berumur 3 bulan ... dan ... orang bilang kau ... ditelantarkan ... di rumah sakit."
Hatiku serasa diremas kala melihat setitik permata jatuh di pelupuk mata Julie, "Ma, sudah ...," ucapku serak kehabisan suara. Aku tidak sanggup mendengar kisah masa laluku, sementara Julie tengah meregang nyawa.
"Papamu ... awalnya tidak setuju," Julie memilih untuk melanjutkan ceritanya, "bahkan kakek dan nenek ingin mengembalikanmu ke panti."
Dengan susah payah Julie menyulam senyum di bibirnya, "Mama paham kenapa mereka begitu," Julie menjelaskan, "mereka bilang tidak ingin ... mengurus anak yang tidak jelas asal-usulnya ... apalagi ketika dokter menemukan kelainan di jantungmu," Kudengar napasnya menghela seolah tak sanggup mengatakan kata-kata selanjutnya, "maafkan Mama ya? Karena Mama egois begini ... kamu harus tinggal di keluarga ini ...."
"Mama, jangan bilang begitu ...," Panasnya air mata tak tertahan mengalir di detik itu pula di pipi, :"Lily bahagia sama Mama ... malahan Lily bersyukur."
Julie menggeleng dan aku mendengar suara erangannya tertahan, "Mama tidak bisa selalu melindungimu ...," Julie menarik tangannya dari genggamanku dan memilih menutup wajahnya, "aku ... aku hanya wanita yang berharap memiliki anak dan aku bahkan tidak bisa ... melihatmu menikah ... Mama tidak bisa melihatmu memiliki keluargamu sendiri ... keluarga yang akan menyayangimu seperti mama sayang sama kamu ...."
Aku menggeleng dan menyembunyikan wajahku di dekatnya, "Ma, kumohon," isakku, "jangan bilang begitu ... Mama bakalan punya umur panjang, kok! Nanti kalau ada yang mau ngirim Mama ke panti jompo, biar Lily yang ngurusin Mama. Pokoknya ... sampai kapan pun ... Lily bakal selalu nemenin Mama, oke? Jadi ... jadi ...."
Tuhan, aku harus bilang apa lagi? Sebegitu teganya Engkau ingin membawa ibuku? Satu-satunya orang yang masih menerima diriku yang seperti ini? Satu-satunya orang yang tidak akan membuangku?
Sekarang Kau ingin merenggutnya?
"Lily, jangan menangis, sayang ...," ujar Julie dan aku seolah kembali menjadi anak balita yang mencari ibunya.
Padahal biasanya aku kuat jika Mia tiap hari menggangguku. Aku kuat ketika mendengar suara Jack meneriakiku. Aku bahkan sanggup melihat Luke menikah dengan Mia. Namun, kala mengingat tangan Julie yang begitu ringkih, mengusap kepalaku kala putrinya ini menangis ... aku merasakan rasa takutku menjadi nyata. Tak pernah aku merasa setakut ini pada kematian.
"Lily, sayang ...," Julie meraih daguku dan membuatku terpaksa menatapnya, "mama akan selalu bersama Lily ... bahkan jika Mama sudah pergi nanti ... Mama akan selalu menjaga Lily ... kamu kan anak Mama. Bahkan ... kalau disuruh mengulang hidup lagi ... Mama tidak akan pernah menyesal memilih kamu lagi sebagai anak Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)
RomanceMemangnya kamu mau menghabiskan hidupmu dengan orang yang cacat dan sekarat sepertiku? -Lily Aldren Smith- Sebuah prekuel jauh sebelum dunia First dimulai. Melihat mantan nikah sama adiknya sendiri? Siapa yang sanggup? Begitu pun Lily yang terpaksa...