Bab 6 – Bagaimana Kita Mencari Arti Kebebasan
Beberapa jam sebelumnya.
Ethan Lumbert namanya.
Itu yang tertera di kartu nama milik pria yang pernah meniduriku di sembarang malam. Tiga bulan lalu aku benar-benar shock membaca kartu nama itu pertama kali. Namun, ini juga pasti tidak salah memang milik Ethan. Ya! Ethan yang itu!
Sebagai seorang editor jurnalis surat kabar, aku tentu mempunyai akses kabar terbaru tentang si lelaki tengik yang pernah menjamah tubuhku. Dia memiliki kuasa penuh atas Hotel Gala cabang New York City dan malam itu aku pernah memanggilnya sebagai pelayan!
Astaga! Aku yang begini menyebut pria itu pelayan?! Pasti Ethan kesal setengah mati denganku!
Kabar terakhir dia putus dengan tunangannya dan sering berhubungan dengan wanita penghibur. Namun, itu baru rumor dan belum mendapat klarifikasi. Seiring waktu, orang-orang juga melupakan gosip ini.
Tetapi malam itu ya ampun! Aku menjadi "wanita penghibur" Ethan Lumbert! Dan jujur saja itu tidak buruk amat. Malah sangat ... sangat .... Arghh! Aku sudah gila! Meski kelakuannya tengil dia benar-benar hebat di ranjang. Apalagi tubuhnya, sentuhannya, mata abu-abunya, ....
"Lily!" teriak seseorang di sampingku.
"Hah?" jawabku seperti orang paling bodoh sedunia.
Teman serekan kerjaku, Sophia hanya mencibir, "Kau memikirkan apa?"
Pipiku menghangat, "Bu-bukan apa-apa!" sahutku agak nyaring dari biasa.
"Kau ini," Sophia menggeleng, "ayo kita ke ruang rapat, sudah mau waktunya nih!"
Aku mengangguk gugup dan merapikan barangku. Sembari merutuki diri, masih saja mengingat si tengil nan songong Ethan itu. Aku ini kenapa sih? Memangnya aku pemeran utama novel erotis macam *Fifty Shade Of Greg? Seolah baru pertama kali mendengar kata "seks" dan aku langsung jatuh cinta pada pria malam pertama itu?
Hah! Otakku sepertinya mau rusak saja! Fokus kerja, Lily! Jangan pikirkan yang aneh-aneh!
"Kita masih kesulitan mendapat kontak Tuan muda Lumbert," sahut Chief Editor kami, "rencananya untuk edisi bulan ini, kita harus mendapat kesempatan interview dengan beliau."
Eh? Apa? Apa? Apa?
"Soph! Itu maksudnya si Lumbert muda yang mana sih?" tanyaku berbisik agak panik.
Sophia nyengir, "Lumbert muda yang mana lagi? Ada si ayah Jonathan dan anaknya Ethan, menurutmu mana yang lebih muda?"
Oh sialan!
"Lily dan Sophia, ini tugas interview kalian, oke?"
Double sialan! Sekarang aku malah wajib bertemu Ethan.
Tuhan, apa kau sedang kesal padaku?
***
Sinar jingga gelap menyeruak melalui jendela taksi yang kutumpangi. Udara sudah menghangat dan tak sepanas siang tadi. Gedung-gedung tinggi dan jendela mereka yang berkilau bagai permata yang berdiri di tanah New York. Sebagian aku bisa melihat lampu-lampu jalanan pun menyala. Bersama serang-seranga ngegat berterbangan mengelilinginya bagai ritual suci.
Aku menyandarkan kepalaku ke kursi dan menghela napas pelan. Mengingat tugas interview tiba-tiba yang tak bisa kutolak. Entah namanya takdir atau apa, aku akan bertemu Ethan lagi.
"Terima kasih, Pak," kataku membayar si supir taksi beberapa saat sampai di tempat asing yang kusebut "rumah".
Sepanjang perjalanan, pikiranku sudah mengkhayal macam-macam pertemuan macam apa yang akan terjadi. Apalagi tubuhku seolah begitu mengingat jelas sejarah malam sialan itu. Andai aku tidak ceroboh, pasti mewawancarai Ethan akan lebih mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)
RomansaMemangnya kamu mau menghabiskan hidupmu dengan orang yang cacat dan sekarat sepertiku? -Lily Aldren Smith- Sebuah prekuel jauh sebelum dunia First dimulai. Melihat mantan nikah sama adiknya sendiri? Siapa yang sanggup? Begitu pun Lily yang terpaksa...