Bab 34 - Bagaimana Satu-Satunya Harapanku Direnggut

1K 42 0
                                    

Bab 34 – Bagaimana Satu-Satunya Harapanku Direnggut

Lily kian tak banyak bicara beberapa hari terakhir.

Sesekali, dia hanya bersuara jika ada yang mengajaknya mengobrol. Tidak seperti Lily yang kukenal, selalu ingin tahu banyak hal, selalu menanyaiku macam-macam. Bahkan ketika anak-anak kami datang menjenguknya, Lily kebanyakan hanya tersenyum.

"Ma, apa kau kenal nama Cheryl White?" Selalu Marianne yang menjadi pemecah suasana hening.

Kening Lily mengerut. "Aku tidak pernah mendengar nama itu, Anne."

"Oh, God. Anne!" gerutu Nathan dan kelihatan sekali dia sangat tidak menyukai nama itu di sebut. "Jangan sekarang, Dad ada di sini!"

Lily memandangku dan pertama kalinya di hari itu dia tersenyum. Kuhela napas panjang dan aku tahu itu sinyalku untuk pergi. "Baiklah, aku akan pergi," sahutku dan beralih pada Nathan yang sudah menyembunyikan wajahnya.

Nathan sudah hampir 15 tahun, dan dia berubah begitu banyak dalam beberapa tahun. Dia tidak lagi mengenakan kacamata. Sejak masuk SMP, kau harus lihat perubahannya dalam sehari dan tiba-tiba aku seratus persen yakin, wajahnya mirip denganku waktu muda. Namun, meski kami sedemikian miripnya, Nathan selalu menahan dirinya jika aku ada. Lily memang selalu memanjakannya sejak kecil dan mungkin itu satu alasan mengapa dia lebih dekat dengan ibunya.

Hingga aku keluar dari kamar, kuputuskan untuk berdiri saja di dekat pintu dan diam-diam mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Siapa Cheryl ini, hm?" tanya Lily.

Marianne menjawab, "Oh, itu nama yang selalu Nathan tulis di buku tulisnya!"

"Tolong tembak aku, ya Tuhan," ucap Nathan yang pasti lagi-lagi menyembunyikan wajahnya.

"Astaga, Nathan." Lily tertawa, "kenapa kau tidak membawa gadis ini pada ibumu?"

"Dia bukan pacarku," timpal Nathan.

Astaga, anak ini. Dia punya wajah tampanku dan otak sepintar ibunya, dan dia bahkan tidak mengajak satu gadis SMP untuk jadi kekasihnya. Maksudku bisakah kau lihat sejarahku dengan wanita? Huh, kurasa dia terlalu merendah diri sebagai salah satu keluarga Lumbert.

"Aku pikir kau pasti sudah bicara dengan gadis itu," kata Lily memberi jeda, "setidaknya, sudah 'kan?"

"Aku tidak ingin membicarakannya. Jadi bisakah kita melupakan semuanya?" Dan, itu adalah jawaban akhir Nathan.

Apa mau dikata? Nathan masihlah remaja, dia akan menemukan hal yang lebih baik suatu hari. Kuharap.

Tak lama setelahnya, Marianne dan Nathan pulang. Aku tetap di rumah sakit dan menemani Lily, untuk sedikit menuntaskan keresahanku seharian ini. Aku mengambil beberapa apel dan memandang perubahan lainnya pada Lily. Dibanding pertama kali bertemu, tubuhnya lebih berisi, rambutnya pun lebih mengembang bagai selimut emas. Dia nampak begitu hidup dengan pipi merah mudanya terangkat ketika tersenyum.

Namun, usai melahirkan, dengan perut mengendur akan strechmark, buah dadanya pun tak lagi sama bentuknya. Juga beberapa tahun keluar masuk rumah sakit. Tiap sesi pertemuan dokter, operasi, dan bau obat-obatan yang merasuki aroma tubuhnya. Meski demikian, dia tetaplah Cinderella yang sama cantiknya seperti dulu kami pertama kali bertemu.

"Lil," panggilku mengupaskan sebuah apel.

"Apa?" balas Lily tersenyum.

"Lil," panggilku lagi dan agak menaikkan nada suara.

Lily tertawa. "Ethan?"

"Tolong, bilang sajalah," bisikku tak sabar, "aku tidak bisa membaca pikiranmu, oke? Aku tahu kau memikirkan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa. Aku penasaran, sungguh Lil!"

Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang