Bab 32 - Bagaimana Aku Ditampar Oleh Kenyataan

1K 53 0
                                    

Bab 32 – Bagaimana Aku Ditampar Oleh Kenyataan

Kuhirup napas dan menikmati manisnya udara pagi. Pemandangan Gunung Great Smoky sampai sekarang masih membuatku terpana. Kuambil wadah penyiram tanaman dan berjalan menuju rumah kaca di seberang. Seperti biasa aku tersenyum melihat Rosie sudah memekarkan mawar lagi.

"Selamat pagi, Rosie," sapaku dan menuangkannya guyuran air padanya.

"Adikmu Anne, Nathan dan Ibumu sedang menyiram tanaman yang lain." Aku mulai bercerita. "Penginapan kita lancar seperti biasa, banyak yang suka pemandangan di sini dan ...."

Baru beberapa saat, kurasakan pusing kepala tak terkira. Sakitnya tak biasa, seolah seluruh tubuhku kosong atau darahku yang mengalir tak biasanya. Hingga pegangan tanganku tak sanggup lagi membawa penyiram tanaman dan tahu-tahu kedua kakiku melemas.

"Argh," erangku tak tahan.

Jangan pingsan, Ethan.

Kepalaku berputar bagai gasing.

Jangan pingsan. Jangan pingsan. Jangan pingsan.

Istri dan anakmu di sini. Mereka membutuhkanmu! Kau harus kuat!

Jangan lemah seperti ini!

***

Lima Tahun Kemudian

"Perkembangannya semakin lemah," jelas Dokter Alex memberiku gambaran tentang kondisi Lily, "donor jantung akan semakin sulit didapatkan terutama karena faktor usia."

Aku mengusap setiap jemariku dengan perasaan cemas lebih dari pada sebelumnya. Lily sekarang berada di luar, menikmati hangat cahaya pagi di satu taman rumah sakit. Dia tidak terlalu suka menemui Dokter Alex, terutama sekian tahun dia selalu mendapat kabar yang tak mengenakkan. Lily kian bosan dan akhirnya aku yang duduk di sini, mendengar setiap ucapan Alex yang menohok.

"Jadi, intinya satu-satunya harapan adalah operasi transplantasi jantung?" balasku setelah diam sebentar.

Alex tahu kabar yang ia bawa tidaklah mengenakkan hati. Meski dia sudah menjadi Dokter langganan keluarga Lumbert, tetapi tetap saja situasi yang keluarga ini hadapi sangatlah sulit. Apalagi beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatanku sendiri juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Ngomong-ngomong anda sudah cek darah minggu ini?" tanya Alex tiba-tiba.

Aku terpaksa mengulas senyum. "Tekanan darahnya tinggi," jawabku seadanya, "jika tidak ditanggulangi dengan serius, maka ...."

Aku tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatku sendiri. Namun, Alex berusaha terdengar optimis. "Setidaknya anda sudah menyadarinya di awal," katanya, "lebih baik mencegah dari pada mengobati."

***

Moodku membaik setelah keluar dari ruang kerja Dokter Alex. Pandanganku menemukan Lily mengobrol dengan seorang wanita yang tengah hamil. Raut wajah Lily lebih ceria dari biasa, mengingat sepanjang waktu di rumah sakit, Lily pasti kadang-kadang kesepian. Semenjak jantungnya semakin lemah, Lily juga berhenti dari pekerjaannya dan jarang bersosialiasasi. Tentu, aku dan anak-anak sering menjenguknya, tetapi aku selalu tahu jiwa wanita itu bukanlah untuk rumah sakit.

"Ethan!" panggil Lily melambaikan tangannya, mengisyaratkanku agar mendekat.

Aku tersenyum dan barulah mengetahui siapa wanita yang Lily ajak bicara. "Carly?" panggilku heran.

Merasa terpanggil namanya, Carly tersenyum makin lebar dan memberiku pelukan. "Hey, senang sekali bertemu dengan kalian!"

"Carly sekarang hamil anaknya yang ketiga!" pekik Lily girang dan Carly mau tak mau tertawa.

"Sudah hampir sembilan bulan," terang Carly mengusap perut besarnya, "kelaminnya sudah dipastikan perempuan."

"Oh! Dia pasti sangat cantik!" sahut Lily dan tampak sekali kebahagiannya adalah tulus.

Sepanjang yang kutahu, Carly adalah apoteker langganan Lily. Mereka berteman semakin dekat sejak Lily memutuskan tinggal di Gatlinburg.

Beberapa saat setelah berbincang, suami Carly—Tony—datang dan mengajak Carly pulang. Mereka pun pamit, sementara aku menemani Lily kembali ke kamar rawatnya.

"Kenapa kita hanya punya dua anak?" tanya Lily dengan nada meledek.

Aku tersenyum dan mengecup puncak kepalanya. "Tidak pernah terlambat kalau mau bikin satu lagi."

Suara tawa Lily merekah. "Sudah terlambat banget!" katanya, "umurku udah 40 lho! apa kamu gak lihat aku udah punya beberapa uban di sini?"

"Ubanmu masih sedikit kok, dan kurasa sampai sekarang aku masih menikahi wanita paling cantik sedunia," kataku ketika kami sampai di depan pintu kamarnya.

"Dan aku gak percaya kau masih suka menggombal," ucapnya,tetapi aku bisa melihat semburat merah di kedua pipinya. Bahkan setelah bertahun-tahun menikah, Lily masihlah wanita yang sama kucintai sejak pertama kali melihatnya.

Aku bersyukur bahwa pekerjaanku di Gatlinburg bukanlah berada di kantor dan mengurus hal-hal yang membuatku stres. Aku sudah bahagia hidup dengan penginapan kecil, dua anak yang luar biasa serta waktu bersama istriku lebih banyak. Hanya ini yang bisa kulakukan.

***

From Tony

To Lily

Subject: Carly kecelakaan

Hey, aku hanya ingin memberi kabar, sebab aku tahu Carly pasti menyuruhku mengirimimu email ini. Beberapa hari setelah bertemu kalian, Carly sudah hampir ingin melahirkan, tetapi diperjalanan kami mengalami kecelakaan. Aku dan si bayi kecil kami selamat. Namun, Carly sudah tidak sadarkan diri berhari-hari. Aku harap kau bisa datang dan menjenguknya. Carly pasti senang sekali.

***

From Dr. Alex

To Ethan Lumbert

Subject: Donor Jantung Untuk Lily

Saya ingin mengabarkan kabar baik melalui email ini bahwa pihak rumah sakit kemungkinan sudah menemukan donor jantung yang cocok untuk Lily. Jika anda memiliki waktu besok, saya ingin membicarakan hal ini lebih rinci dengan anda.

***

Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang