Bab 24 – Bagaimana Aku Harus Memilih
Jangan menangis.
Itu yang pertama kali kupikirkan ketika terbangun di atas ranjang asing. Kamar Asing. Kasur asing. Dinding putih asing. Jendela asing. Bahkan aroma ruangan ini pun asing. Aku sudah cukup bersyukur menyadari bahwa aku masih mengenakan pakaian lengkap, dan tak berubah sejak keluar dari rumah sakit.
Namun, aku merasa ingin meremas kasur kala menemukan pergelangan tangan kananku dilingkari oleh borgol besi yang dingin.
Jangan menangis.
Apapun yang akan terjadi, aku tidak boleh menangis. Semua akan baik-baik saja. Jika aku akan mati, maka aku pasti sudah mati kemarin. Aku dibiarkan hidup untuk satu alasan.
"Kau sudah bangun, sayang?" Suara itu langsung membuat sekujur saraf tubuhku menegang. Panggilan "sayang" bahkan tidak mengurangi rasa takutku.
"Apa maumu?" tanyaku dingin dan memilih tak bergerak dari pembaringanku yang tak berdaya. "Aku bukan lagi anggota keluarga Smith jika kau ingin membual soal uang."
Aidan terkekeh dan meletakkan nampan berisi telur dadar serta segelas susu. Dia duduk dan memperhatikanku melalui dua iris birunya. "Aku sudah tahu semuanya, Lil," desahnya dan tangannya sudah berada di pipiku. Mengelusnya bagai permata berharga.
Aku ingin berjengit menjauh, namun teringat dengan besi yang menyakiti tanganku. "Lalu apa yang kau mau?" tanyaku berusaha tak terdengar jijik.
"Aku ingin memanfaatkanmu," katanya dengan seringai lebar, bersama jemari kurusnya menyentuh kulit bibirku, "kau adalah tambang emasku, sayang."
Aku begitu tergoda ingin mengigit jari si Aidan ini sampai putus. Namun, aku berusaha tetap tenang. "Apa maksudmu?" balasku bertanya dan kali ini ibu jarinya mengusap bibir bawahku.
"Helen Carter ingin aku menyingkirkanmu," terang Aidan dan mendekatkan dirinya.
Kupejamkan mata dan membiarkan rasa sakit memenuhi dadaku. Helen pasti benci padaku setengah mati karena tahu Ethan dulu berpaling darinya. Jika amnesia adalah kabar baik, maka aku pasti kabar buruk baginya.
Andai aku punya kesempatan lebih banyak bertemu Ethan, pasti ada peluang dia akan mengingat sedikit tentangku.
"Jadi sekarang aku harus apa, hm?" tanyaku sejujurnya tak berminat. "Kau ingin membunuhku sekarang?"
Aidan menggeleng dan kali ini kurasakan usapan lembut di pipi. "Tidak, sayang. Aku harus membiarkanmu hidup, karena Helen menginginkannya. Apa kau tahu apa yang menarik? Helen akan mengundang kita ke pernikahannya agar kau bisa melihat jelas bagaimana rasanya kehilangan Ethan sekali lagi. Perempuan yang rumit, bukan? Dia masih ingin bermain licik denganmu."
"Bagaimana jika aku memilih meninggalkan kota, hm?" tanyaku lebih seperti sedang tawar-menawar akan hidupku sendiri.
"Apa kau lupa?" Aidan lalu memamerkan salah satu foto di mana aku dan Ethan berciuman. "Sejak kau tahu aku juga bekerja di salah satu perusahaan media surat kabar, kurasa aku bisa dengan mudah menyebarkan judul berita menarik, seperti; Ethan membawa pelacur ke Hotel Gala atau Ethan berselingkuh dan membawanya tiap malam ke Hotel Gala. Pasti dalam beberapa hari kalian berdua akan sangat populer. Hidup kalian berdua akan sama hancurnya."
Borgol besi ini seolah ingin mengiris tanganku. Namun, itu kalah menyakitkannya dibanding berada dalam situasi ini.
"Jadi, tolong jangan pergi dari kota ini, Lil," Aidan memohon, "kau pasti sangat mencintai Ethan, 'kan? Jika kau mencintainya, kau harus menuruti permainan ini sampai berakhir. Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)
RomanceMemangnya kamu mau menghabiskan hidupmu dengan orang yang cacat dan sekarat sepertiku? -Lily Aldren Smith- Sebuah prekuel jauh sebelum dunia First dimulai. Melihat mantan nikah sama adiknya sendiri? Siapa yang sanggup? Begitu pun Lily yang terpaksa...