Bab 17 - Bagaimana Rasanya Mengembalikan Waktu

1.1K 62 0
                                    

Bab 17 – Bagaimana Rasanya Mengembalikan Waktu

Namaku Ethan Lumbert dan aku berumur 26 tahun. Meski aku yakin ingatan terakhir, aku masih 25 tahun dan aku akan menikah. Namun, entah mengapa aku tidak bisa menggapai ingatan selanjutnya. Satu tahun berlalu sesingkat detik. Apa aku sudah menikah? Apa Helen sudah jadi istriku? Apa aku bahagia? Apa setidaknya aku sudah punya anak?

Di seberang tempat tidur, ayahku—Jonathan Lumbert—berdebat dengan salah seorang dokter di rumah sakit ini. Sejak beliau menyatakan ada masalah dengan otakku, ayahkulah yang paling panik.

Andai bisa aku ingin memanggil dokter yang lain saja. Seperti dokter yang pertama kali kutemui kala mata ini terbuka. Dia mengenalkan dirinya sebagai Lily dan harus kuakui dia begitu cantik. Namun, untuk satu alasan dia tampak sedih ketika berbicara denganku. Apa dia mengalami hari yang buruk?

"Maaf, aku terlambat!" Suara seorang wanita mendobrak pintu dan menjadi pusat perhatian semua orang di ruangan.

Helen mengatupkan bibir dan mataya menemukanku.

"Helen," ucapku lega.

Wanita itu seketika mengerjap. Kenapa dia memandangku seperti itu?

"Helen!" Ayahku ikut menyahut. Bahkan terdengar begitu tinggi saking girangnya.

Setelahnya, hanya masalah waktu sampai Helen mendengar penjelasan dokter apa yang terjadi. Wanita itu sesekali melirikku dengan tangannya memeluk diri. Aneh sekali, bukan? Aku ini tunangannya, bukan? Harusnya sebagai kekasih sekaligus calon istri, mungkin setidaknya Helen memberi perhatian dan entahlah, memelukku dan bersyukur masih hidup.

Kugelengkan kepala dan menghela napas panjang. Kumainkan sebentar jemariku dan barulah tersadar ada sesuatu yang telah hilang.

"Dok, di mana cincinku?" tanyaku.

"Cincin?" balas Dokter seolah aku adalah orang terdungu sedunia.

Belum lagi di tambah raut wajah ayah dan Helen yang sama-sama ternganga. Memangnya salah jika aku mengkhawatirkan cincin pertunanganku sendiri?

Aku mengangguk sebal. "Ya, cincin pertunanganku!" ujarku bersikeras, "jangan bilang kalian menghilangkannya?"

Aku mendengar ayahku mengajak dokter tadi entah membicarakan apa. Helen ikut dengan mereka. Selama satu menit aku bagaikan hantu di sudut kamar. Sampai kemudian Helen memutuskan mendekat semantara ayah serta dokter tadi memutuskan keluar.

"Apa yang terjadi?" tanyaku tak bisa menahan penasaran, "apa cincinnya betulan hilang?"

Helen menutup mulutnya dengan telapak tangan seketika. "Oh, astaga! Kecelakaan itu benar-benar membentur kepalamu begitu keras!" ucapnya terisak.

Aku mengangkat bahu dan memaksa seulas senyum. "Tak apa, syukur aku masih mengingat siapa diriku, siapa orangtuaku, atau siapa tunanganku. Iya, 'kan?"

Tatapan Helen melembut. Dia ini kenapa sih?

"Helen, kita sudah menikah, 'kan?" tanyaku ragu, "kau istriku, 'kan?"

Dia menggeleng. Nah, sekarang aku bingung. "Ada apa?" tanyaku lagi.

Akhirnya Helen membuka mulut. "Pertunangan dan pernikahan kita batal setahun lalu, Ethan," jelas Helen dan otakku terasa berputar.

Seolah ada seseorang yang baru saja menyajikan sampah di depan wajahku dan membuatku ingin mual. "Bagaimana bisa?" tanyaku putus asa.

Mungkin bukan zamannya aku mengatakan perjodohan masih trend sekarang, tetapi aku menolak ketika ayahku memperkenalkan Helen ketika aku baru lulus kuliah. Kami menjalani hubungan selama tiga tahun dalam ikatan cincin pertunangan dan sungguh itu berjalan baik. Helen tidak banyak mengeluh dan kadang membantu pekerjaanku. Dia pengertian dan tahu luar dalam diriku.

Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang