Bab 39 - Bagaimana Aku Kehilanganmu

2.2K 46 0
                                    

Bab 39 – Bagaimana Aku Kehilanganmu

The day you slipped away

Was the day I found it won't be the same

Avril Lavigne – Slipped Away

***

Rasa terbakar menyentuh kerongkonganku ketika minuman ini masuk ke dalam mulutku dan hampir membuatku mual. Namun, masa bodo, aku tetap meminumnya. Satu gelas. Dua gelas. Tiga atau entahlah aku tidak bisa menghitungnya lagi. Apa yang kutahu adalah aku harus meminumnya agar bisa melupakan rasa sakit ini dan melanjutkan hidup esok hari.

Hanya untuk satu hari ini saja, aku tidak sanggup mengingat bahwa setahun lalu adalah hari yang sama di mana Tuhan merenggut wanita yang kucintai.

"Oh, kenapa kau terlihat sedih, hm?" ujar salah seorang wanita menghampiri dan menggesekkan dadanya yang besar ke lenganku.

"Bukan urusanmu," jawabku dan meminum segelas lagi.

"Hey, jangan begitu," katanya dan malah tertawa, memberiku kecupan di pipi yang kurasa bekas lipstiknya bakal membekas. "Aku sudah tahu tatapan lelaki sepertimu adalah lelaki yang sedang memerlukan wanita untuk menemani malam sepinya. Aku akan berada di sini jika kau mau, memberimu pelukan atau bahkan lebih."

Aku menoleh dan memperhatikan dengan jelas wanita bodoh mana yang malah menargetkan dirinya padaku. Masih muda, meski cahaya di tempat ini begitu remang dalam gelap, tetapi pakaiannya jelas sekali hanya sebatas menutupi separuh tubuhnya. Belahan dada dan pantatnya pun bisa kelihatan dari jauh. Hah, anak ini tidak punya uang untuk membeli pakaian yang lebih layak, kah?

"Menjauh sana," desiskku tak bisa lagi menahan muak di tambah lagi musik berisik yang mengalir di udara penuh bau alkohol.

Namun, wanita ini lebih keras kepala dari kelihatannya. "Aduh, kau ini," katanya masih bisa tersenyum, "aku bisa menjadi apapun yang kau mau untuk semalam, semua lelaki suka begitu, kau boleh memanggilku kekasih, mantan kekasih, atau bahkan ... mantan istri."

GUBRAKKKKK

Suara jeritan wanita dan bergedebuk nyaring, lantas menghentikan keramaian. Seunyi menghinggap semua orang dan bisa kutebak semua orang memandangku. Namun, di antara sadar dan ketidaksadaranku, aku berusaha menangkap jelas apa yang tengah terjadi.

"KAU INI KENAPA?!" teriak wanita jalang tadi mengeluh kesakitan.

"Nona, ada apa?" tanya seseorang.

"Dia melecehkanku!" seru si jalang menunjukku.

"Astaga, dasar orang tua gila!" sahut yang lain.

"Apa kau tidak punya malu?" Kali ini suara wanita lain yang entah dari mana asalnya.

Heh, sekarang aku ... Ethan Lumbert dianggap manusia tidak bermoral?

Tak lama dua orang pria bertubuh kekar menyeretku paksa keluar. Mereka bilang sudah saatnya aku pulang ke keluargaku sendiri dan mungkin istri serta anak-anakku menunggu di rumah.

"Ethan!" panggil seseorang di belakangku, tetapi aku terlalu malas untuk bertegur sapa.

"Maaf, permisi. Ethan! Hey, tunggu!" pekiknya lagi dan musik sampah ini pun kembali menyala.

Orang-orang yang menyeretku pun ikut berhenti. "Kau mengenal orang ini?"

Aku sadar mereka tengah berbicara dengan ... entah siapa.

"Ya, aku mengenalnya, dia temanku," jawab suara tersebut, "biar aku yang membawanya pulang."

"Oh, baiklah. Bawa dia pergi dan katakan padanya kalau dia sudah di larang masuk ke sini lagi!"

Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang