Bab 36 - Bagaimana Aku Membuang Harga Diri

1.1K 46 0
                                    

Bab 36 – Bagaimana Aku Membuang Harga Diri

"Pemasukan kita cukup bagus bulan ini," ujar Jane, asistenku yang sekaligus resepsionis untuk Penginapan Rosie, "para tamu sudah memberikan feedback, mereka menyukai interior kamarnya, juga pemandangan yang terlihat. Kamar sangat bersih, bla bla, dan oh! Mereka suka sekali dengan menu baru sarapannya. Kirim salam untuk Chef Arnold katanya. "

Aku tidak bisa menaruh perhatian sedikit pun pada ucapan May. Meski aku tahu pasti kabar macam apa yang ingin dia sampaikan. Aku tidak terkejut jika mengetahui salah satu pelanggan bahkan menyebut Penginapan Rosie adalah tempat terbaik untuk menginap di Gatlinburg. Aku membawa semua pelajaran dan pengalamanku dari Hotel Gala ke penginapan kecil ini. Tak heran jika Penginapan Rosie pun akan bernasib sama.

Namun, kehidupan nyatanya tidak semirip aku mengurus sebuah penginapan. Setelah hampir 20 tahun menikah, baru kali ini aku merasa Lily tidak bisa sepemikiran denganku. Dia memang sering keras kepala. Kadang aku sendiri butuh berhari-hari untuk mengubah pikirannya. Aku sudah bersabar sekian lama dengannya.

Lalu sekarang soal donor ini, Tuhan aku tidak punya kesabaran lagi untuk menghadapi Lily. Apa yang terjadi pastilah pertengkaran tiada henti dan kali ini aku yakin Lily tidak akan mengubah keputusannya.

Pagi ini, Dokter Alex juga mengabariku bahwa keluarga pendonor pun sudah menolah untuk mendonor. Ironis sekali.

Lily, kenapa kau bahkan tidak ragu-ragu memutuskannya, huh? Kau ingin membuang semua ini? Anak-anak kita?

Bahkan aku?

Aku tidak mengerti, aku sungguh tidak mengerti.

Tok! Tok! Tok!

Jane menyahut pada siapapun yang berada di luar pintu agar masuk. Aku diam memperhatikan pintu itu terbuka, yang kemudian memperlihatkan wajah Marianne yang tengah menyeringai. Anne berkata kalau dia ingin berbicara denganku secara empat mata.

"Baiklah," ucap Jane menghela napas, "aku akan memberi kalian waktu."

Mulanya, Marianne hanya membicarakan soal kabar sekolahnya dan dia juga sudah mendapat surat pengumuman bahwa dia akan masuk salah satu Universitas di New York. Tahun depan Marianne resmi bakal jadi mahasiswa dengan jurusan perhotelan. Tentu itu bukan tanpa alasan, dia dari dulu sudah berniat ingin melanjutkan bisnis keluarga.

"Ayah ada rencana mau ke rumah sakit?" Sekonyong-konyong Marianne bertanya, "Mama mencari ayah, tahu!"

Aku hanya dapat mengigit bawah bibir. "Ayah, sedang sibuk, Anne."

Sibuk saja, itu yang bisa kulakukan. Kalau tidak, aku bisa gila.

"Ayah bohong," ujar Marianne begitu santainya sembari memainkan sejumput rambutnya, "dari dulu ayah tidak pernah terlalu sibuk untuk menjenguk Mama. Ayah kan kerjanya sebagai pemilik penginapan, bukan pegawai kantor."

"Well, sekarang ayah sibuk," sanggahku tak sabar, "ini bulan-bulan sibuk liburan dan turis semakin banyak datang. Kalau kau nanti jadi pengurus Hotel Gala, kau akan tahu betapa sibuknya aku mengurus—"

"She miss you," potong Marianne sebegitu seriusnya hingga aku sendiri pun tercenung akan ucapannya. "Mama gak mau bilang, karena tahu itu bakalan merepotkan ayah, tapi sekarang ... dia sangat membutuhkanmu, Dad. Aku juga tidak mau ayah menjadi orang brengsek yang baru menyesal di kemudian hari, karena aku akan membenci Dad selamanya kalau itu betulan terjadi. Jadi kumohon, bisakah Ayah menemui Mom?"

Kuhela napas dan berkata, "Anne, kau tidak perlu melakukannya, ini masalahku dan ibumu. Ayah bisa menemuinya nanti—"

"Jangan nanti! Tapi sekarang!" timpal Anne lagi, "istrimu menunggu di rumah sakit, Ayah mau membuatnya menunggu lagi? Lupakan pertengkaran kalian, dan berbaikan saja sana! Kalian sudah menikah hampir 20 tahun, dan itu pernikahan yang bahagia! Jangan biarkan satu kesalahan menghancurkan itu semua! Aku tahu ayah sangat mencintai Mama, jadi jangan ... jangan bersikap pengecut seperti ini. She needs you, Papa. Please, Papa...."

Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang