Bab 1- Bagaimana Itu Bermula
Aku ingat malam di mana jantungku berdegup aneh untuk pertama kalinya. Aku ingat itu terjadi di sebuah restoran ternama di kota. Terkenal dengan masakan risottonya yang luar biasa enak, juga ditambah dengan dekorasi lampu emas yang bergantung bagai lilin kecil di udara.
Aku baru saja keluar dari ruang rapat yang membosankan dan membutuhkan hiburan.
Jadi, aku datang ke restoran itu, membawa wanita random untuk diajak berkencan semalam. Meski sebenarnya aku hanya terpikir untuk mengisi perut dan membawa gadis entah siapa ini namanya, ke ranjang dan meninggalkannya esok pagi. Namun, andai aku tahu takdir apa yang telah menantiku, aku ingin sekali mendekap Tuhan dan mengatakan terima kasih sebanyak-banyaknya. Sebab jika bukan karena takdir yang tertulis, mungkin aku tidak datang tepat waktu.
"Ethan, kau mau makan apa di sini?" tanya si gadis muda itu memelas manja sembari menarik tanganku sampai ke dadanya.
"Terserah kau saja," kataku memandangnya tanpa merasa percikan luar biasa atau apapun, "yang penting setelah ini kita kembali ke kamar hotel, bagaimana?"
Gadis itu semakin mirip lem yang tidak mau lepas sebelum mendapat apa yang ia mau.
Namaku Ethan Lumbert, umurku 26 tahun dan pekerjaanku memimpin bisnis perhotelan keluargaku yang sudah dimulai sejak beberapa tahun. Aku sudah pernah bertunangan dengan seorang gadis dari keluarga kaya raya, yang terkenal menjalin bisnis pemasok bahan makanan berkualitas ke hotel kami. Akhir dari kisah perjodohan itu tidaklah baik, sebab gadis itu meninggalkanku lebih dulu untuk lelaki yang lebih ia cintai.
Tentu jika demikian, kita pasti bertanya-tanya, mengapa di zaman sekarang, perjodohan masih laku?
Aku tidak tahu jawabannya, namun aku juga tidak menolak ketika gadis itu datang dan membelikan cincin emas untuknya.
Ah, lamaran, tunangan, pernikahan, musik klasik yang dimainkan, betapa indahnya semua itu. Seperti yang terjadi di restoran yang kudatangi malam itu. Belum sempat duduk, aku menyaksikan momen di mana seorang pria berlutut di depan wanita berambut pirang, dengan tangan menawarkan cincin emas dalam kotak beludru kecil.
Semua orang tertuju pada mereka, begitu pun aku. Tertegun di mana aku berdiri, dan hampir merasa iri. Jika cinta seindah yang mereka katakan, apa aku termasuk orang yang tidak mendapatkannya?
"Lily, maukah kau menikah denganku?" kata si pria.
Wanita yang dilamar tadi seketika menangis dan menutup bibirnya dengan telapak tangan. Sementara si pria menunggu dengan harapan. Aku hampir mengira itu adalah wajah di mana seorang wanita terharu dan tak mampu berkata-kata. Namun, aku salah.
"Maaf, aku tidak bisa," katanya dengan suara serak dan mengambil tas dompetnya, dan berlari di mana pintu ke luar berada tak jauh dariku.
Semua orang di restoran ternganga dengan jawaban si wanita tadi. Setidaknya yang kutahu, ada tata krama tak tertulis di masyarakat kita, bahwa kau tak boleh menolak lamaran pernikahan di depan publik. Sepertinya wanita tadi tidak mengetahuinya. Atau bahkan melirik cincin dari si pria yang sudah nyata sangat bernilai.
"Astaga, benar-benar tega," komentar dari si teman kencanku, "dia mempermalukan pasangannya sendiri di depan semua orang."
Aku pun terpaksa mengangguk. Wanita tidak tahu diri, itu yang kupikirkan.
Aku tahu wanita kadang suka menyombongkan diri, membuat permainan tarik ulur hanya agar kami para pria bertekuk lutut. Tetapi menolak lamaran pernikahan, di restoran mewah, di mana semua orang melihatmu? Itu namanya tidak tahu diuntung!
Andai bukan karena menjaga nama baik keluarga Lumbert, tentu ketika aku dan wanita tadi berpapasan, ludahku mungkin sudah mendarat di wajahnya. Namun, itu tidak terjadi.
Alih-alih meludahinya, mata kami bertemu dalam satu detik yang singkat. Aku ingat mata biru pucat itu, banjir dengan air mata. Hal itu selalu membuatku bertanya-tanya, mengapa dia sesedih itu menolak si pria tadi? Jika kau tidak mencintainya, buat apa buang-buang air mata? Kau yang menyakiti pria itu, apa hakmu menangisi yang sudah terjadi?
Bahkan aku yang tak mengenal cinta ini pun tahu, itu adalah air mata dalam arti sebenarnya. Dan dalam satu detik itu jualah, jantungku berdegup melewati temponya yang biasa. Bagai sengatan nyeri.
Aku ingin mengejar gadis itu, meredakan sensasi aneh yang baru saja ia berikan padaku. Meski kenyataan, aku tidak mengejarnya, dan mungkin itu salah satu hal yang membuatku menyesal. Hanya Tuhan yang tahu wanita itu sudah menyakiti dua pria malam ini. Jika suatu hari aku bertemu dengannya lagi, aku akan meminta tanggung jawabnya dan menyembuhkan kegelisahan yang ia tinggalkan.
Akan kuingat namanya. Bagai bunga—Lily. Si dia yang menolak lamaran pernikahan.
***
Author mau bilang:
*tulisan ini untuk selingan karena aku aslinya emang suka nulis romen 😂Kalian bisa menikmati karyaku yang lain dan mengetahui sedikit siapa Ethan Lumbert melalui karyaku sebelumnya. Kalian bisa lihat di FOTO BAWAH INI
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Untuk Ethan | 0.5 (TAMAT)
RomansaMemangnya kamu mau menghabiskan hidupmu dengan orang yang cacat dan sekarat sepertiku? -Lily Aldren Smith- Sebuah prekuel jauh sebelum dunia First dimulai. Melihat mantan nikah sama adiknya sendiri? Siapa yang sanggup? Begitu pun Lily yang terpaksa...