@Chapter 4.

1.2K 133 4
                                    

Yabuki Nako bisa dibilang tidak begitu menyukai tinggi badannya. Dia kesal setiap kali di panggil 'dek' oleh adik kelasnya. Sesuatu seperti itu bisa melukai harga dirinya sebagai seorang kaka kelas. Tapi mau bagaimana lagi. Nako tidak bisa mengubah tinggi badannya sebanyak apapun usaha yang di perbuatnya. Sudah minum susu peninggi badan, latihan renang, sampai makan makanan aneh yang katanya bisa meninggikan badan pun Nako tetap segini-segini saja. Ia pun mulai menerimanya akhir-akhir ini. Karena banyak yang bilang dia imut. Jadi pikir Nako punya tinggi badan segini tidak terlalu buruk juga.

Sekarang Nako baru saja selesai mandi. Dinginnya air membuat badannya gemetar. Setelah selesai berpakaian Nako duduk di ranjangnya. Ia mulai mengambil ponsel dan menjelajah internet. Dahinya mengernyit ketika di temukannya sebuah artikel rekomendasi yanh aneh di linimasanya. Nako membaca artikel itu.

Seseorang yang mengaku sebagai peramal telah mengumumkan ramalannya pada dunia. Dalam ramalan tersebut ia mengklaim telah melihat sisi dunia lain yang sama persis seperti dunia yang kita huni sekarang. Peramal tersebut melanjutkan bahwa sebentar lagi bencana akan datang dan keselamatan para manusia terancam.

Beberapa ahli pun mulai mengatakan pendapatnya. Banyak yang bilang hal itu hanyalah keisengan belaka untuk membuat panik atau mencari sensasi. Namun tak sedikit juga yang mengatakan kalau kemungkinan dunia paralel memang ada tidaklah mustahil. Ilmuwan seperti Dr. Michio Kaku, Max Tegmark dan yang lainnya pun menyatakan hal yang demikian.

Nako terdiam di tempatnya. Teori tentang dunia parallel memang sudah lama di dengarnya. Tapi Nako bukan orang yang sangat tertarik dengan hal semacam itu. Baginya, buat apa mencari keberadaan dunia lain jika kita masih punya dunia sendiri. Nako tidak bisa menjangkau jalan pikir para ilmuwan itu.

"Yabuki Nako."

Nako hampir melemparkan ponselnya ketika mendengar suara yang tiba-tiba hadir di kamarnya itu. Seorang pria berjubah putih bergaris merah muda ada di depannya. Nako tak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu.

"Siapa kamu ? Bagaimana kamu masuk ke sini ?" Nako mulai merasa takut.

"Aku adalah perwakilan." Jawab pria itu.

"Apa ? Perwakilan siapa ?"

"Kamu akan paham nantinya. Kamu sudah terpilih. Kamu adalah salah satu pemegang kunci. Mulai sekarang suara dari Nophara akan datang padamu. Ikuti dia."

"Hah ? Kamu ngomong apa, sih ? Aku tidak mengerti."

"Sampai jumpa."

Nako merasakan sakit kepala, dada yang berdebar, lalu tubuh yang bergetar hebat. Ia jatuh telentang pada kasurnya. Kesadarannya pun melayang jauh.

~~~

Ahn Yujin, gadis yang menyangkal kalau dirinya dibilang tomboy itu menendang bola dengan keras. Bola itu melesat menuju gawang lawannya. Sang penjaga gawang yang kurang tangkas itu pun kewalahan. Bola memasuki gawang dengan mulus.

"YEAH !" Yujin bersorak. Mengangkat tangan yang terkepal ke udara. Teman-temannya dan semua orang yang menonton juga bersorak. Pesona Ahn Yujin membius para siswa, juga para siswi. Entah mengapa Yujin kelihatan sangat keren di mata para gadis.

Lelah merayakan kemenangan. Yujin duduk di bangku penonton. Lapangan futsal yang menjadi medan pertarungan futsal putri antar kelas itu kini kosong. Menunggu tim lain yang masih akan bertanding. Yujin yang menerima pujian dari teman-teman sekelasnya karena membuat kelas mereka memenangkan pertandingan pun kini di kerumuni. Ia menerima semua pujian itu. Tapi kalau boleh jujur, Yujin terlalu lelah dan ingin sendiri saat ini. Ia pun pamit pergi ke toilet untuk menghindari keramaian.

Yujin kini sendirian. Ia menyandarkan badannya pada dinding koridor yang sepi karen penghuninya semua ada di lapangan menyaksikan pertandingan selanjutnya. Yujin pun merosot ke bawah. Pertandingan hari ini cukup melelahkan. Lalu keramaian itu, kadang menyesakkan.

"Ahn Yujin."

Sebuah suara membuatnya mengangkat tubuhnya. Ia mendongak menatap seorang laki-laki berjubah putih dengan garis merah muda yang berdiri di sampingnya.

"Kamu sudah terpilih. Kamu adalah salah satu pemegang kunci. Mulai sekarang suara dari Quilan akan datang padamu. Ikuti dia." Lanjut laki-laki itu.

"Kamu siapa ?" Tanya Yujin tegas.

"Kamu nanti akan tahu. Sampai jumpa."

Kemudian seraya hilangnya sosok itu, tubuh Yujin mulai gemetaran. Dadanya berdebar kencang. Kesadarannya hilang seketika.

~~~

Yujin kini sedang berdiri di tengah-tengah air yang membeku membentuk permukaan es biru. Yujin berdiri di atasnya. Setelah memperhatikan lebih lama permukaan es itu, ia pun menyadari bahwa warna biru yang sedang di lihatnya adalah pantulan dari langit di atasnya. Yujin mendongak. Namun betapa terkejutnya ia ketika mendapati seseorang sedang berdiri di atasnya. Itu adalah seorang perempuan bertubuh mungil. Yang membuat Yujin lebih heran lagi adalah perempuan itu berdiri terbalik. Kakinya menempel pada langit. Tapi langit itu pun kelihatan sangat dekat. Rambutnya masih lurus ke bawah tubuhnya, seakan gravitasi perempuan itu adalah langit yang sedang jadi pijakannya saat ini. Mereka saling menyadari keberadaan satu sama lain dan saling memandang satu sama lain dalam diam. Yujin melihat perempuan itu pun juga sedang kebungungan.

"Kamu sudah terpilih, Ahn Yujin." Sebuah suara aneh didengarkannya. Yujin melihat sekeliling hanya untuk mendapati hamparan es membentang jauh. Tak ada siapapun.

"Kamu harus bertahan. Kami bergantung kepadamu."

Suara itu membuat Yujin kebingungan sampai tak sempat membalas. Dilihatnya gadis pendek yang masih berdiri di sana. Ia sedang melihat ke sana kemari.

"Hei !" Yujin memanggilnya. Perempuan itu menoleh. "Apa yang terjadi di sini ?"

"Aku juga tidak tahu." Perempuan pendek itu menjawab dengan cemas. Lalu Yujin mendengar suara retakan. Ia menunduk dan melihat es di bawahnya mulai retak. Retakan itu membesar di bawah kaki Yujin. Tak lama kemudian es yang jadi pijakannya pun pecah. Yujin terjatuh ke bawah.

~~~

Nako terkejut melihat apa yang terjadi pada gadis yang baru saja berbicara padanya dengan posisi terbalik. Ia sudah cukup kebingungan berada di tempat aneh bernuansa biru langit ini. Sekarang ia melihat pemandangan dimana seseorang tenggelam ke dalam es. Nako mulai merasakan rasa takutny menjalari tubuh. Suara aneh yang di dengarnya belum lama tadi juga masih terngiang.

"Kamu harus bertahan. Kami bergantung kepadamu." Lanjut suara aneh itu lagi. Nako mulai panik dan meneteskan air mata. Lalu Nako merasakan pijakannya menghilang dan ia terjatuh lepas.

~~~

Nako tersentak di ranjangnya. Air mata di pipinya masih tersisa. Ia tahu dirinya benar-benar menangis tadi. Tapi mimpi itu memang menakutkan bagi Nako. Satu hal yang tersisa dari mimpi itu adalah sebuah kata.

"Nophara ?"

~~~

Yujin bangun masih pada tempatnya tadi. Jadi tak ada seorang pun yang menyadari aku di sini, pikirnya. Mimpi itu terasa menakutkan sekaligus terasa aneh. Yujin ingat ada seorang gadis bersamanya berdiri dalam posisi terbalik darinya. Lalu suara aneh itu. Dan kata yang asing itu...

"Quilan..."

~~~

To Be Continued...

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang